Pemerintah Jajaki Evakuasi WNI di Kapal Pesiar Diamond Princess

Selasa, 18 Februari 2020 - 06:34 WIB
Pemerintah Jajaki Evakuasi WNI di Kapal Pesiar Diamond Princess
Pemerintah Jajaki Evakuasi WNI di Kapal Pesiar Diamond Princess
A A A
JAKARTA - Pemerintah menjajaki kemungkinan menjemput 78 warga negara Indonesia (WNI) yang berada di kapal pesiar Diamond Princess. Kapal ini tengah sandar di Pelabuhan Yokohama, Jepang. Untuk itu Indonesia melakukan komunikasi dengan Pemerintah Jepang.

Penjajakan pemulangan WNI tersebut disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap warganya. Sejauh ini pemerintah masih menunggu laporan dari Kementerian Kesehatan Jepang.

Diamond Princess yang telah dikarantina sejak 3 Februari merupakan kluster terbesar penyebaran virus korona di luar China. Hingga kemarin dari 3.700 orang berada di dalam kapal, 454 orang di antaranya positif virus korona.

Adapun WNI yang berada di tempat yang sama belum ada yang dilaporkan terpapar. Sebagian besar WNI merupakan awak kapal. “Kita tunggu hasil PCR-nya (polymerase chain reaction). Kalau itu negatif, saya juga akan ke sana, mengecek dan menjemputnya. Tapi saya berkoordinasi dulu diperkenankan atau tidak secara protokoler kenegaraan," ujar Terawan di Kantor Staf Presiden (KSP) kemarin.

Penyelamatan 3.700 penumpang dan awak kabin di kapal pesiar Diamond Princess menjadi ujian terbesar dunia, selain ujian mengatasi wabah yang menewaskan 1.770 orang di China dan 5 di luar China. (Baca: Cerita WNI tentang Kengerian Virus Corona di Wuhan)

Perkembangan wabah virus korona ini memang masih memprihatinkan. Laporan terbaru, jumlah kasus virus korona meningkat 2.048 orang menjadi 70.548 kasus. Itu mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan akhir pekan lalu.

Evakuasi terhadap penumpang Diamond Princess sudah mulai dilakukan. Amerika Serikat (AS) telah mengevakuasi 300 warganya kembali ke negaranya dari total 400 warganya yang turut terjebak di kapal pesiar itu.

Negara lain yang bersiap untuk mengevakuasi warganya dari Diamond Princess adalah Israel, Hong Kong, dan Kanada. Australia kemarin mengumumkan akan mengevakuasi 200 warganya. Inggris juga sedang mempertimbangkan penerbangan evakuasi.

Kemarin dua pesawat AS mengangkut ratusan warganya tiba di Negeri Paman Sam setelah terbang dari Bandara Haneda, Tokyo. Satu pesawat mendarat di pangkalan Angkatan Udara AS di California, sedangkan satu pesawat lainnya di Texas. Para penumpang tersebut akan diisolasi di fasilitas militer selama 14 hari.

Di antara warga AS yang dievakuasi, 40 orang positif terinfeksi dan dirawat di Jepang. “Alasan karantina adalah tingkat menular virus di dalam kapal pesiar yang menjadi titik pusat,” kata Anthony Fauci, Direktur Institute Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi, kepada CBS.

Departemen Luar Negeri AS menuturkan, sebanyak 300 penumpang tersebut kembali ke negaranya secara sukarela. Beberapa warga AS menolak untuk dievakuasi. Mereka lebih memilih menunggu proses karantina selesai hingga 19 Februari. Adapun 40 di antara mereka dilaporkan terinfeksi virus korona dan dipisahkan dari penumpang lain.

“Saya tidak akan bepergian di dalam bus menuju pesawat dengan orang yang terinfeksi virus korona,” kata Matthew Smith, seorang pengacara asal AS. Dia memilih akan tetap berada di Jepang selama beberapa hari mendatang dan kembali ke AS sesuai dengan rencana mereka.

Sebelumnya kapal pesiar Diamond Princess harus dikarantina di Pelabuhan Yokohama, Jepang, setelah seorang pria yang turun di Hong Kong ditemukan terinfeksi virus. Pada Senin lalu pejabat Jepang menyatakan terdapat 99 kasus baru infeksi di kapal pesiar Diamond Princess. Dengan demikian jumlah total yang terinfeksi mencapai 454 kasus. Itu menjadikan kapal pesiar tersebut sebagai kluster kasus virus corona terbesar di luar China.

Reuters melaporkan, seorang perempuan di kapal pesiar itu terinfeksi virus corona. Dia warga Rusia pertama yang terkena virus. Sebelumnya dua kasus yang ada di Rusia adalah warga China. Perempuan tersebut dibawa ke sebuah rumah sakit untuk menjalani perawatan. (Baca juga: Indonesia Tolak Masuk Ratusan WNA yang Baru Kunjungi China)

Untuk melaksanakan proses pengobatan dan perawatan, Pemerintah Jepang memberikan 2.000 iPhone kepada penumpang di kapal tersebut, satu untuk masing-masing kapal. Dengan ponsel tersebut, penumpang bisa menggunakan aplikasi yang diciptakan kementerian kesehatan Jepang untuk berhubungan dengan dokter, apoteker, dan ahli kesehatan mental.

Sementara itu pemerintah negara lain juga sedang menangani penumpang kapal pesiar lain, Westerdam, yang sempat dua pekan ditolak berlabuh oleh beberapa negara hingga akhirnya berlabuh ke Kamboja pada Kamis lalu. Satu penumpang asal AS yang turun di Kamboja dan ternyata terinfeksi virus tersebut saat tiba di Malaysia pada Sabtu lalu.

Carnival Corp yang mengoperasikan Westerdam tetap bekerja sama dengan pemerintah untuk melacak penumpang. Namun tidak ada dari 1.454 penumpang dan 802 awak kapal yang dilaporkan mengalami tanda-tanda terserang virus korona. “Tamu yang sudah kembali ke rumah tetap akan dihubungi dinas kesehatan,” demikian keterangan pengelola kapal pesiar tersebut. Namun ratusan penumpang kapal itu masih bertahan di Kamboja ataupun di kapal atau di hotel.

Para penumpang kapal juga mengaku bingung dan tidak tahu kapan akan diperiksa oleh dokter dari kementerian kesehatan Kamboja. “Kita tidak tahu kapan kita akan kembali pulang,” ujar Holley Rauen, bidan asal Forth Myers, Florida.

Antisipasi Masih Diintensifikan

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendi menegaskan pemerintah terus mengintensifkan antisipasi terhadap kemungkinan adanya virus korona. Dia menandaskan, walaupun observasi warga negara Indonesia dari Wuhan selesai bukan berarti kewaspadaan menurun.

“Sekarang yang harus kita intensifkan adalah pemantauan dalam negeri kita, yaitu dengan selalu mewaspadai, memonitor seluruh Indonesia semua kejadian yang diduga atau dicurigai sebagai infeksi virus corona. Terutama pada pasien-pasien yang memiliki gejala seperti terkena virus corona,” katanya di Kantor KSP kemarin.

Antisipasi dimaksud dilakukan dengan memperketat pintu-pintu masuk. Termasuk menelusuri perjalanan-perjalanan siapa pun yang akan masuk ke Indonesia sesuai dengan standar yang ditetapkan Kementerian Luar Negeri (Kemlu). “Misalnya itu mereka orang yang 14 hari terakhir tidak pernah berada di pusat sumber wabah, yaitu di mainland dan seterusnya. Jadi itu akan kita perhatikan betul,” ungkapnya.

Muhadjir kembali menegaskan bahwa kemampuan Indonesia melakukan antisipasi terhadap virus korona. Menurutnya tidak tepat jika masih ada yang meragukan kapasitas Indonesia. “Saya ingin menegaskan bahwa reagen premier yang digunakan oleh Indonesia merupakan kerja sama dengan CDC di AS, Atlanta. Itu adalah reagen yang masih andal. Jadi tidak benar kalau ada yang bilang bahwa diragukan kemampuannya itu. Kita juga memiliki jumlah yang cukup untuk mengantisipasi kalau nanti memang dibutuhkan,” jelasnya.

Selain itu dia meyakinkan seluruh rumah sakit yang ada juga memiliki kesiapan jika suatu waktu ada pasien yang terkena korona. Termasuk jika terkait dengan ketersediaan ruang-ruang untuk isolasi. “Memang ada dibutuhkan isolasi yang bertekanan negatif. Itu hanya diperlukan kalau memang pasien-pasien sudah dalam keadaan gawat. Jadi kalau belum gawat bisa diisolasi yang biasa, tidak harus isolasi bertekanan negatif. Jumlah kamar yang tersedia untuk isolasi negatif cukup memadai, yaitu 227 bed,” paparnya.

Dia mengungkapkan, sejauh ini Kementerian Kesehatan telah memeriksa 104 sampel terduga korona dari seluruh Indonesia. Hasil pemeriksaan memastikan 102 sampel negatif virus korona, 2 sisanya masih dalam proses pemeriksaan. “Jadi setiap hari kita terus mendapatkan kiriman spesimen dari seluruh Indonesia untuk memastikan bahwa sampai sekarang dan mudah-mudahan sampai terus 0, tidak ada yang terjangkit virus korona di Indonesia,” ungkapnya.

Senada, Terawan Agus Putranto menegaskan pemerintah tidak akan kehilangan kewaspadaan. Bahkan pintu-pintu masuk akan semakin diperketat. “Supaya kita tidak kehilangan kewaspadaan kita. Terutama di pintu-pintu penjagaan mewaspadai 135 pintu masuk,” ungkapnya.

Dia lantas menuturkan, langkah Indonesia dalam mengantisipasi virus korona terus dipantau oleh WHO, termasuk dalam hal pengecekan sampel terduga korona. “Pengecekan lab dipantau WHO dan sangat memenuhi syarat. Semua antisipasi sudah dilakukan dan ini membuat kita akan menjadi bangsa yang selalu bersyukur,” jelas dia.

Sementara itu Direktur Izin Tinggal Ditjen Imigrasi Bambang Widodo membeberkan, pemerintah telah menolak 109 orang masuk ke Indonesia sejak akhir Januari hingga saat ini. Selain itu terdapat 36 usulan visa yang ditolak usulannya.

Sebelumnya pemerintah memutuskan tidak memperbolehkan pendatang yang sudah 14 hari di Cina masuk dan transit ke Indonesia. “Karena berdasarkan asesmen paspor, mereka pernah tinggal 14 hari di mainland (daratan China),” ujar Bambang Widodo di KSP kemarin. (Dita Angga/Andika Hendra Mustaqim)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5665 seconds (0.1#10.140)