Kisah Deteni Rudenim Medan: Berasal dari Berbagai Negara, Rindu Berkumpul Bareng Keluarga
loading...
A
A
A
MEDAN - Sebanyak 47 orang dari berbagai negara, kini menjadi penghuni Rumah Detensi Imigrasi ( Rudenim ) Medan. Para deteni ini mengisi waktu dengan kegiatan positif sambil berharap bisa kembali berkumpul bersama keluarga.
Diketahui, para penghuni Rudenim disebut deteni. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, deteni adalah orang asing dari penghuni Rumah Detensi Imigrasi atau Ruang Detensi Imigrasi yang telah mendapatkan keputusan pendentensian dari pejabat Imigrasi.
Satu di antara 47 deteni yang menghuni Rudenim Medan adalah Anwar Hossain (47), seorang warga negara Banglades. Dia terpaksa berpisah dengan istri dan anaknya, lantaran tidak ada izin saat masuk ke Indonesia dan ditangkap Imigrasi Medan.
Pantauan SINDOnews, Rabu (11/12/2024) siang, Anwar bersama empat temannya sesama penghuni Rudenim Medan, asyik bercocok tanam di bagian belakang Kantor Rudenim Medan di Jalan Selebes, Belawan I, Kota Medan, Sumatera Utara. Kegiatan tersebut dilakukan Anwar karena dia memang memiliki hobi bercocok tanam. Hobi yang dia miliki itu disampaikan kepada pihak Rudenim Medan, yang kemudian menberikan fasilitas bagi mereka.
"Bulan delapan tahun ini, tahun 2024," kata Anwar saat ditanya sejak kapan dia menghuni Rudenim Medan yang terletak di Jalan Selebes, Belawan I, Kota Medan, Sumatera Utara.
Anwar lalu mengisahkan hidupnya sampai akhirnya menghuni Rudenim Medan. Menurut Anwar yang berlatar belakang petani, dari Banglades dia ke Malaysia. Di Negeri Jiran tersebut, dia bertemu jodohnya yang berasal dari Sumatera Utara. Mereka pun menikah dan memiliki tiga anak.
"Berikutnya, mereka yang mungkin kurang enak perasaannya atau tidak, dilaporkannya (saya) ke Imigrasi, setelah itu mereka datang dan tangkap dan periksa, berkas apa yang ada, kosong, Pak," jelasnya.
Kini, dia berupaya terus untuk memproses agar bisa secepatnya keluar dari Rudenim Medan. "Insyallah kami proses secepatnya, sehingga bisa kami bergabung dengan keluarga," ujarnya.
Selama tinggal di Rudenim Medan, Anwar mengaku perlakuan petugas sangat baik. Para petugas Rudenim Medan yang berkeliling secara bergantian, kerap menyapa deteni. "Tidak pernah mereka lakukan yang tidak kami inginkan, mereka selalu lakukan yang terbaik kepada kami," ujarnya.
Deteni yang ada di Rudenim Medan bukan hanya berasal dari Banglades. Menurut Kepala Seksi Registrasi, Administrasi, dan Pelaporan Rudenim Medan Donny Bahar mengatakan, Rudenim Medan membawahi dua wilayah kerja yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Aceh.
"Di Rudenim Medan ini tidak terdapat pengungsi, di sini hanya deteni. Kalau pengungsi dia di luar dari rudenim. Di Rudenim Medan sekarang ini deteni berjumlah 47 orang. Negaranya, Banglades, Srilanka, Myanmar, Filipina, Malaysia, Afganistan, Uzbekistan, dan etnis Rohingya," jelasnya.
Donny mengatakan, para deteni yang masuk Rudenim Medan ini adalah deteni yang dikenakan tindakan keimigrasian. Misal, karena overstay, penyalahgunaan izin tinggak, eks napi. "Contoh, mereka yang tadinya dikenakan tindakan pidana umum ditempatkan di lapas, kemudian untuk proses kepulangannya, maka deteni tersebut ditempatkan di sini sambil menunggu proses kepulangannya. Jadi, dari 47 orang itu case-nya berbeda-beda," paparnya.
Soal pemulangan pata deteni, Donny mengatakan kepulangan mereka dibiayai oleh diri sendiri atau sponsornya. "Kalau misalnya sponsornya itu cepat merespons, mereka akan cepat pulang ke negara asalnya. Cuma terkadang sponsornya lambat," ujarnya.
Soal fasilitas yang ada di Rudenim Medan, Donny menjelaskan ada Wi-Fi. Fasilitas ini disediakan agar para deteni bisa terus berhubungan dengan keluarganya.
"Jadi, terkadang ada deteni yang menggunakan handphone agar bisa menghubungi keluarganya. Di sini juga kita fasilitasi My Hobby Is, salah satu inovasi dari Rudenim Medan. Mereka kita fasilitasi tergantung hobinya apa. Hobinya bertanam, kita fasilitasi lahan. Hobinya memasak, kita fasilitasi dapur. Hobinya menjahit, kita fasilitasi peralatannya," ujarnya.
Untuk deteni yang masih anak-anak, ada perlakuan khusus. Mereka akan tetap belajar di aula yang terletak di lantai 2. "Dia dikasih ruang belajar. Ruang belajar itu tergantung kedutaannya. Jadi nanti dari kedutaannya ada yang menghubungi, melalui online, melalui daring, pembelajaran daring," jelasnya.
Untuk diketahui, di Rudenim Medan ada 30 kamar berukuran sekitar 3 x 4 meter. Satu kamar ada yang diisi satu orang, ada juga yang diisi empat orang. Satu kamar yang diisi empat orang biasanya untuk ibu dan anak-anaknya.
Ada pula kamar yang terpaksa diisi empat orang karena para deteni tersebut merasa nyaman tinggal dengan orang yang berasal dari negara yang sama.
Rudenim Medan juga menyediakan fasilitas klinik bagi para deteni dan petugas. Begitu ada deteni yang sakit, akan dibawa ke klinik. Jika tidak sembuh dalam jangka waktu tertentu, akan dirujuk ke rumah sakit.
Di Rudenim Medan ini juga ada musala, namanya Al-Karim. Musala yang terletak di lantai 1 ini menjadi tempat bagi para rudenim dan petugas yang beragama Islam untuk beribadah.
Diketahui, para penghuni Rudenim disebut deteni. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, deteni adalah orang asing dari penghuni Rumah Detensi Imigrasi atau Ruang Detensi Imigrasi yang telah mendapatkan keputusan pendentensian dari pejabat Imigrasi.
Satu di antara 47 deteni yang menghuni Rudenim Medan adalah Anwar Hossain (47), seorang warga negara Banglades. Dia terpaksa berpisah dengan istri dan anaknya, lantaran tidak ada izin saat masuk ke Indonesia dan ditangkap Imigrasi Medan.
Pantauan SINDOnews, Rabu (11/12/2024) siang, Anwar bersama empat temannya sesama penghuni Rudenim Medan, asyik bercocok tanam di bagian belakang Kantor Rudenim Medan di Jalan Selebes, Belawan I, Kota Medan, Sumatera Utara. Kegiatan tersebut dilakukan Anwar karena dia memang memiliki hobi bercocok tanam. Hobi yang dia miliki itu disampaikan kepada pihak Rudenim Medan, yang kemudian menberikan fasilitas bagi mereka.
"Bulan delapan tahun ini, tahun 2024," kata Anwar saat ditanya sejak kapan dia menghuni Rudenim Medan yang terletak di Jalan Selebes, Belawan I, Kota Medan, Sumatera Utara.
Anwar lalu mengisahkan hidupnya sampai akhirnya menghuni Rudenim Medan. Menurut Anwar yang berlatar belakang petani, dari Banglades dia ke Malaysia. Di Negeri Jiran tersebut, dia bertemu jodohnya yang berasal dari Sumatera Utara. Mereka pun menikah dan memiliki tiga anak.
"Berikutnya, mereka yang mungkin kurang enak perasaannya atau tidak, dilaporkannya (saya) ke Imigrasi, setelah itu mereka datang dan tangkap dan periksa, berkas apa yang ada, kosong, Pak," jelasnya.
Kini, dia berupaya terus untuk memproses agar bisa secepatnya keluar dari Rudenim Medan. "Insyallah kami proses secepatnya, sehingga bisa kami bergabung dengan keluarga," ujarnya.
Selama tinggal di Rudenim Medan, Anwar mengaku perlakuan petugas sangat baik. Para petugas Rudenim Medan yang berkeliling secara bergantian, kerap menyapa deteni. "Tidak pernah mereka lakukan yang tidak kami inginkan, mereka selalu lakukan yang terbaik kepada kami," ujarnya.
Deteni Bukan Cuma dari Banglades
Deteni yang ada di Rudenim Medan bukan hanya berasal dari Banglades. Menurut Kepala Seksi Registrasi, Administrasi, dan Pelaporan Rudenim Medan Donny Bahar mengatakan, Rudenim Medan membawahi dua wilayah kerja yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Aceh.
"Di Rudenim Medan ini tidak terdapat pengungsi, di sini hanya deteni. Kalau pengungsi dia di luar dari rudenim. Di Rudenim Medan sekarang ini deteni berjumlah 47 orang. Negaranya, Banglades, Srilanka, Myanmar, Filipina, Malaysia, Afganistan, Uzbekistan, dan etnis Rohingya," jelasnya.
Donny mengatakan, para deteni yang masuk Rudenim Medan ini adalah deteni yang dikenakan tindakan keimigrasian. Misal, karena overstay, penyalahgunaan izin tinggak, eks napi. "Contoh, mereka yang tadinya dikenakan tindakan pidana umum ditempatkan di lapas, kemudian untuk proses kepulangannya, maka deteni tersebut ditempatkan di sini sambil menunggu proses kepulangannya. Jadi, dari 47 orang itu case-nya berbeda-beda," paparnya.
Soal pemulangan pata deteni, Donny mengatakan kepulangan mereka dibiayai oleh diri sendiri atau sponsornya. "Kalau misalnya sponsornya itu cepat merespons, mereka akan cepat pulang ke negara asalnya. Cuma terkadang sponsornya lambat," ujarnya.
Soal fasilitas yang ada di Rudenim Medan, Donny menjelaskan ada Wi-Fi. Fasilitas ini disediakan agar para deteni bisa terus berhubungan dengan keluarganya.
"Jadi, terkadang ada deteni yang menggunakan handphone agar bisa menghubungi keluarganya. Di sini juga kita fasilitasi My Hobby Is, salah satu inovasi dari Rudenim Medan. Mereka kita fasilitasi tergantung hobinya apa. Hobinya bertanam, kita fasilitasi lahan. Hobinya memasak, kita fasilitasi dapur. Hobinya menjahit, kita fasilitasi peralatannya," ujarnya.
Untuk deteni yang masih anak-anak, ada perlakuan khusus. Mereka akan tetap belajar di aula yang terletak di lantai 2. "Dia dikasih ruang belajar. Ruang belajar itu tergantung kedutaannya. Jadi nanti dari kedutaannya ada yang menghubungi, melalui online, melalui daring, pembelajaran daring," jelasnya.
Untuk diketahui, di Rudenim Medan ada 30 kamar berukuran sekitar 3 x 4 meter. Satu kamar ada yang diisi satu orang, ada juga yang diisi empat orang. Satu kamar yang diisi empat orang biasanya untuk ibu dan anak-anaknya.
Ada pula kamar yang terpaksa diisi empat orang karena para deteni tersebut merasa nyaman tinggal dengan orang yang berasal dari negara yang sama.
Rudenim Medan juga menyediakan fasilitas klinik bagi para deteni dan petugas. Begitu ada deteni yang sakit, akan dibawa ke klinik. Jika tidak sembuh dalam jangka waktu tertentu, akan dirujuk ke rumah sakit.
Di Rudenim Medan ini juga ada musala, namanya Al-Karim. Musala yang terletak di lantai 1 ini menjadi tempat bagi para rudenim dan petugas yang beragama Islam untuk beribadah.
(zik)