5 Jenderal TNI-Polri yang Dikenal Sederhana dan Tak Suka Hidup Bermewah-mewahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada sejumlah nama jenderal TNI-Polri yang dikenal sederhana dan tak hidup bermewah-mewahan. Kisah-kisahnya menjadi inspirasi bagi para penerusnya sampai sekarang.
Layaknya sosok penting dalam pemerintahan, penyandang pangkat jenderal di TNI atau Polri umumnya juga mendapat fasilitas dari negara. Tujuannya tak lain adalah untuk membantu pekerjaan atau aktivitas sehari-harinya.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi sejumlah nama pensiunan jenderal TNI/Polri. Meski memiliki hak untuk memiliki atau mendapatkannya, mereka memilih untuk tetap hidup dalam kesederhanaan.
Terlepas dari reputasi dan jabatan yang pernah diembannya, M Jusuf dikenal sebagai sosok sederhana. Salah satu kisahnya pernah diungkap dalam buku Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.
Pada buku itu, Prabowo bercerita pernah mengunjungi rumah M Jusuf usai pensiun dari TNI. Rumahnya berada di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.
Prabowo yang waktu itu baru pecah bintang mengunjungi M Jusuf usai menghadiri agenda laporan korps kenaikan pangkat kepada Panglima TNI Jenderal Feisal Tanjung. Ketika sampai di rumahnya, dia kaget karena tidak ada yang berubah dengan perabotan di rumah mentornya itu.
”Saya kaget semua furniture, kursi dan mebel yang ada di rumah tersebut sama persis dengan yang dulu saya lihat pada 1982. Warnanya sudah terlihat sangat belel bahkan kursi-kursinya dan benang-benangnya sudah mulai lepas,” ujar Prabowo.
Dia juga mengungkap M Jusuf tidak mau membeli mobil baru. Dia bahkan tidak memiliki penjagaan ataupun ajudan yang menemaninya.
Melihat kondisi mentornya itu, Prabowo sempat menawarkan pengawal dan ajudan dari Kopassus. Jusuf merespons tawaran Prabowo dengan berjanji akan menghubungi jika membutuhkan pengawalan.
Sepanjang kehidupannya, Hoegeng memiliki sederet kisah tentang kesederhanaan dan kejujurannya yang menyentuh hati. Salah satunya ketika menolak pemberian mobil dinas.
Singkat cerita, waktu itu Hoegeng menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet. Status tersebut membuatnya mendapatkan jatah dua mobil, yakni mobil untuk dinas sebagai menteri dan mobil untuk keluarga.
Lalu, setelah menjadi Wakapolri, dia kembali ditawari mobil dinas jenis Holden keluaran terbaru. Namun, Hoegeng kembali menolaknya.
"Hoegeng mau simpan di mana lagi ini, Mas Dharto? Hoegeng tak punya garasi lagi?" ucapnya saat beralasan ketika sekretarisnya saat itu, Soedharto Martopoespito, memberitahukan soal jatah mobil dinas untuk keluarganya, dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Namun, aturan waktu itu memang mengharuskan Hoegeng untuk mengambilnya. Dia pun akhirnya mengalah, tapi dengan memberi syarat.
"Ya sudah, tetapi tolong disimpan di rumah Mas Dharto saja ya, suatu saat Hoegeng perlu, Hoegeng akan pinjam saja," kata Hoegeng.
Pada kepribadiannya, Mung dikenal sebagai sosok bersahaja. Hal ini pernah diungkap Prabowo Subianto dalam buku “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.
Kendati statusnya jenderal, Mung tak memiliki asisten rumah tangga. Prabowo menceritakan bahwa Mung bangun pukul 04.30 WIB, lalu menyapu dan mengepel rumah.
Setelah pekerjaan rumah teratasi, jenderal kelahiran Yogyakarta itu baru berangkat ke kantor. Selain itu, Mung juga dikenal sangat disiplin dan tidak mencampurkan urusan dinas dengan kepentingan pribadi.
Contohnya, dia melarang istri dan anaknya untuk memakai kendaraan dinas. Alhasil, anak Mung harus berjalan kaki ke sekolah, sedangkan istrinya naik becak ketika berbelanja.
Kesederhanaan lain dari Mung adalah sikapnya yang tak mau merepotkan orang lain. Suatu ketika, dia menolak disuguhi makanan mewah ketika bertamu.
“Jamuan itu mesti sama dengan prajurit. Beliau bahkan kerap membawa air minum sendiri,” ucap Prabowo.
Setelah pensiun dari militer, Djoko menggeluti dunia politik. Dia memilih bergabung dengan Partai Gerindra dan sempat menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
Pada kesehariannya, Djoko dikenal sebagai sosok yang sederhana sejak kecil. Dia menyadari ayahnya hanya pensiunan guru dan punya penghasilan pas-pasan, sehingga terpacu untuk bekerja keras mewujudkan impiannya.
Pada sepak terjangnya, Pak Nas pernah memangku sederet jabatan tertinggi di dalam pimpinan TNI. Kendati begitu, dia tetap dikenal sebagai sosok pribadi jujur dan sangat sederhana.
Kehidupan sederhana tersebut tetap dipilih Nasution hingga pensiun dari militer. Dikutip dari buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia karya Floriberta Aning, Jenderal Besar AH Nasution tinggal di rumah sederhana di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta.
Rumah tersebut tampak kusam dan tak pernah direnovasi. Berstatus pensiunan jenderal bintang lima, dia bahkan disebut mengalami kesulitan air bersih karena keterbatasan ekonomi.
Layaknya sosok penting dalam pemerintahan, penyandang pangkat jenderal di TNI atau Polri umumnya juga mendapat fasilitas dari negara. Tujuannya tak lain adalah untuk membantu pekerjaan atau aktivitas sehari-harinya.
Baca Juga
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi sejumlah nama pensiunan jenderal TNI/Polri. Meski memiliki hak untuk memiliki atau mendapatkannya, mereka memilih untuk tetap hidup dalam kesederhanaan.
Jenderal TNI-Polri yang Dikenal Sederhana dan Tak Hidup Bermewah-mewahan
1. Jenderal TNI (Purn) M Jusuf
Jenderal TNI (Purn) Andi Muhammad Jusuf Amir merupakan tokoh militer kenamaan Indonesia. Puncak kariernya didapat ketika menjabat Panglima TNI periode 1978-1983.Terlepas dari reputasi dan jabatan yang pernah diembannya, M Jusuf dikenal sebagai sosok sederhana. Salah satu kisahnya pernah diungkap dalam buku Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.
Pada buku itu, Prabowo bercerita pernah mengunjungi rumah M Jusuf usai pensiun dari TNI. Rumahnya berada di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.
Prabowo yang waktu itu baru pecah bintang mengunjungi M Jusuf usai menghadiri agenda laporan korps kenaikan pangkat kepada Panglima TNI Jenderal Feisal Tanjung. Ketika sampai di rumahnya, dia kaget karena tidak ada yang berubah dengan perabotan di rumah mentornya itu.
”Saya kaget semua furniture, kursi dan mebel yang ada di rumah tersebut sama persis dengan yang dulu saya lihat pada 1982. Warnanya sudah terlihat sangat belel bahkan kursi-kursinya dan benang-benangnya sudah mulai lepas,” ujar Prabowo.
Dia juga mengungkap M Jusuf tidak mau membeli mobil baru. Dia bahkan tidak memiliki penjagaan ataupun ajudan yang menemaninya.
Melihat kondisi mentornya itu, Prabowo sempat menawarkan pengawal dan ajudan dari Kopassus. Jusuf merespons tawaran Prabowo dengan berjanji akan menghubungi jika membutuhkan pengawalan.
2. Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso
Jenderal Hoegeng adalah Kapolri ke-5 yang menjabat periode 1968 hingga 1971. Dalam riwayatnya, pria kelahiran 14 Oktober 1921 ini dikenal sebagai sosok polisi jujur, sederhana, serta memiliki karakter mulia.Sepanjang kehidupannya, Hoegeng memiliki sederet kisah tentang kesederhanaan dan kejujurannya yang menyentuh hati. Salah satunya ketika menolak pemberian mobil dinas.
Singkat cerita, waktu itu Hoegeng menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet. Status tersebut membuatnya mendapatkan jatah dua mobil, yakni mobil untuk dinas sebagai menteri dan mobil untuk keluarga.
Lalu, setelah menjadi Wakapolri, dia kembali ditawari mobil dinas jenis Holden keluaran terbaru. Namun, Hoegeng kembali menolaknya.
"Hoegeng mau simpan di mana lagi ini, Mas Dharto? Hoegeng tak punya garasi lagi?" ucapnya saat beralasan ketika sekretarisnya saat itu, Soedharto Martopoespito, memberitahukan soal jatah mobil dinas untuk keluarganya, dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Namun, aturan waktu itu memang mengharuskan Hoegeng untuk mengambilnya. Dia pun akhirnya mengalah, tapi dengan memberi syarat.
"Ya sudah, tetapi tolong disimpan di rumah Mas Dharto saja ya, suatu saat Hoegeng perlu, Hoegeng akan pinjam saja," kata Hoegeng.
3. Mayjen TNI (Purn) Mung Parahadimulyo
Mayjen TNI (Purn) Mung Parahadimulyo adalah purnawirawan TNI Angkatan Darat. Dia pernah memimpin Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang menjadi cikal bakal Kopassus pada 1958-1964.Pada kepribadiannya, Mung dikenal sebagai sosok bersahaja. Hal ini pernah diungkap Prabowo Subianto dalam buku “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.
Kendati statusnya jenderal, Mung tak memiliki asisten rumah tangga. Prabowo menceritakan bahwa Mung bangun pukul 04.30 WIB, lalu menyapu dan mengepel rumah.
Setelah pekerjaan rumah teratasi, jenderal kelahiran Yogyakarta itu baru berangkat ke kantor. Selain itu, Mung juga dikenal sangat disiplin dan tidak mencampurkan urusan dinas dengan kepentingan pribadi.
Contohnya, dia melarang istri dan anaknya untuk memakai kendaraan dinas. Alhasil, anak Mung harus berjalan kaki ke sekolah, sedangkan istrinya naik becak ketika berbelanja.
Kesederhanaan lain dari Mung adalah sikapnya yang tak mau merepotkan orang lain. Suatu ketika, dia menolak disuguhi makanan mewah ketika bertamu.
“Jamuan itu mesti sama dengan prajurit. Beliau bahkan kerap membawa air minum sendiri,” ucap Prabowo.
4. Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso
Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso adalah Panglima TNI periode 2007-2010. Sebelumnya, lulusan AKABRI 1975 itu juga sempat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) periode 2005-2007.Setelah pensiun dari militer, Djoko menggeluti dunia politik. Dia memilih bergabung dengan Partai Gerindra dan sempat menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
Pada kesehariannya, Djoko dikenal sebagai sosok yang sederhana sejak kecil. Dia menyadari ayahnya hanya pensiunan guru dan punya penghasilan pas-pasan, sehingga terpacu untuk bekerja keras mewujudkan impiannya.
5. Jenderal Besar TNI (Purn) AH Nasution
Jenderal Besar TNI (Purn) Abdul Haris Nasution atau akrab disapa Pak Nas adalah tokoh militer kenamaan dalam sejarah Indonesia. Dia termasuk salah satu pemegang bintang lima di Tanah Air, sama seperti Soedirman dan Soeharto.Pada sepak terjangnya, Pak Nas pernah memangku sederet jabatan tertinggi di dalam pimpinan TNI. Kendati begitu, dia tetap dikenal sebagai sosok pribadi jujur dan sangat sederhana.
Kehidupan sederhana tersebut tetap dipilih Nasution hingga pensiun dari militer. Dikutip dari buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia karya Floriberta Aning, Jenderal Besar AH Nasution tinggal di rumah sederhana di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta.
Rumah tersebut tampak kusam dan tak pernah direnovasi. Berstatus pensiunan jenderal bintang lima, dia bahkan disebut mengalami kesulitan air bersih karena keterbatasan ekonomi.
(jon)