Ketum Pandu Tani Indonesia Sarjan Tahir Dorong Pembentukan Badan Gizi Nasional
loading...
A
A
A
Ketua Umum Pandu Tani Indonesia (Patani) Sarjan Tahir mendorong pemerintahan transisi, Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk nantinya membentuk Badan Gizi Nasional. Keberadaan badan tersebut untuk merealisasikan janji kampanye Prabowo-Gibran dalam melaksanakan program makan siang gratis yang kini sudah berganti menjadi makan bergizi gratis.
baca juga: Prabowo Ganti Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis
"Badan Gizi Nasional lebih fokus dalam mengatasi persoalan gizi buruk dan kekurangan gizi. Dengan begitu, sumber daya manusia (SDM) Indonesia semakin cerdas dan berkualitas karena asupan gizi dalam makanannya tercukupi," kata Sarjan dibincangi di kantornya di Jakarta, belum lama ini.
Menurut Data Badan Pusat Statistik Indonesia melaluiSurvei Konsumsi Makanan Individu tahun 2022 sebanyak 21 juta orang Indonesia mengalami kekurangan gizi. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan setiap warga Indonesia mendapatkan asupan gizi yang memadai.
Sarjan mengungkapkan, berbagai faktor yang menyebabkan kekurangan gizi di Indonesia. Salah satunya adalahakses terbatas terhadap makanan bergizi, terutama di daerah-daerah terpencil atau yang miskin.
"Keterbatasan ekonomi juga menjadi hambatan utama, di mana sebagian besar penduduk Indonesia tidak mampu membeli makanan bergizi secara teratur," kata Sarjan yang juga anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran.
Anak-anak yang menderita kekurangan gizi sering mengalami pertumbuhan yang terhambat, gangguan perkembangan kognitif, dan penurunan daya tahan tubuh, yang semuanya dapat berdampak buruk pada masa depan mereka.
baca juga: Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran, Erick: Hasilkan Pemain Sepak Bola Berkualitas
Selain itu, orang dewasa yang mengalami kekurangan gizi rentan terhadap penyakit, kelelahan kronis, dan produktivitas yang rendah, yang semuanya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial. Sarjan Tahir menginisiasi dan mendorong segera hadirnya Badan Gizi Nasional agar Indonesia Maju dan target generasi cerdas Indonesia Emas dapat tercapai.
"Bukan hanya akses pendidikan tinggi yang terbuka luas, namun akses pemenuhan gizi yang mencukupi bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi pondasi generasi Indonesia Emas di masa depan," pungkas Sarjan.
baca juga: Prabowo Ganti Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis
"Badan Gizi Nasional lebih fokus dalam mengatasi persoalan gizi buruk dan kekurangan gizi. Dengan begitu, sumber daya manusia (SDM) Indonesia semakin cerdas dan berkualitas karena asupan gizi dalam makanannya tercukupi," kata Sarjan dibincangi di kantornya di Jakarta, belum lama ini.
Menurut Data Badan Pusat Statistik Indonesia melaluiSurvei Konsumsi Makanan Individu tahun 2022 sebanyak 21 juta orang Indonesia mengalami kekurangan gizi. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan setiap warga Indonesia mendapatkan asupan gizi yang memadai.
Sarjan mengungkapkan, berbagai faktor yang menyebabkan kekurangan gizi di Indonesia. Salah satunya adalahakses terbatas terhadap makanan bergizi, terutama di daerah-daerah terpencil atau yang miskin.
"Keterbatasan ekonomi juga menjadi hambatan utama, di mana sebagian besar penduduk Indonesia tidak mampu membeli makanan bergizi secara teratur," kata Sarjan yang juga anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran.
Anak-anak yang menderita kekurangan gizi sering mengalami pertumbuhan yang terhambat, gangguan perkembangan kognitif, dan penurunan daya tahan tubuh, yang semuanya dapat berdampak buruk pada masa depan mereka.
baca juga: Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran, Erick: Hasilkan Pemain Sepak Bola Berkualitas
Selain itu, orang dewasa yang mengalami kekurangan gizi rentan terhadap penyakit, kelelahan kronis, dan produktivitas yang rendah, yang semuanya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial. Sarjan Tahir menginisiasi dan mendorong segera hadirnya Badan Gizi Nasional agar Indonesia Maju dan target generasi cerdas Indonesia Emas dapat tercapai.
"Bukan hanya akses pendidikan tinggi yang terbuka luas, namun akses pemenuhan gizi yang mencukupi bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi pondasi generasi Indonesia Emas di masa depan," pungkas Sarjan.