LSM Belanda Apresiasi Pembinaan Napi di Lapas Narkotika Cipinang

Selasa, 25 Juni 2019 - 17:53 WIB
LSM Belanda Apresiasi Pembinaan Napi di Lapas Narkotika Cipinang
LSM Belanda Apresiasi Pembinaan Napi di Lapas Narkotika Cipinang
A A A
JAKARTA - Menjadi manusia yang menyadari dan tak mengulangi kesalahan serta mau memperbaiki diri menjadi tujuan pembinaan di lembaga pemasyarakatan (lapas). Di Lapas Narkotika Kelas II Cipinang, tujuan mulia itu dibentuk melalui pembinaan kepribadian dan kemandirian.

Kepala Lapas Narkotika Cipinang Asep Sutandar mengatakan, penekanan pembinaan kepribadian itu pada peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan untuk seluruh warga binaan. Baik itu bagi Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, maupun Khonghuchu.

"Buat yang muslim ada belajar Alquran, belajar berdakwah, bahkan pelatihan tata cara pemulasaraan jenazah. Intinya bagaimana belajar agama Islam yang baik. Demikian pula bagi pemeluk agama lain. Kami bina kualitas keyakinannya melalui kerja sama dengan berbagai yayasan keagamaan yang ada,” kata Asep kepada wartawan di sela-sela kunjungan delegasi LSM Belanda, The Reclassering Netherland Probation Service (RNPS), pimpinan Ann Marie Bruist di Lapas Narkotika Cipinang, Jakarta, Selasa (25/6/2019).

Yang menarik, Lapas Narkotika Cipinang juga menyediakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk memfasilitasi warga binaan yang terkendala pendidikannya. "Masih banyak mereka yang belum lulus SD, SMP, apalagi SMA. Melalui PKBM mereka bisa mengikuti kegiatan belajar kesetaraan Paket A, B, dan Paket C," ujarnya.

Asep juga menggandeng Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang memungkinkan akreditasi PKBM di Lapas Narkotika meningkat dari B menjadi A dan diakui di tingkat nasional. Tak hanya itu, Lapas Narkotika secara mandiri mulai mengadakan ujian nasional berbasis komputer untuk kejar Paket C bersama peserta dari luar lapas. "Alhamdulillah untuk tahun ini 26 warga binaan kami lulus ujian Kejar Paket C setara SMA," tuturnya.

Terkait program rehabilitasi medis, Lapas juga memberikan fasilitas itu bagi warga binaan yang memerlukan. “Kami bekerja sama dengan Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN)," terangnya.

Pimpinan delegasi RNPS Ann Marie Bruist terpesona dengan berbagai program pembinaan bagi para narapidana di Lapas Narkotika Cipinang. Perempuan yang orang tuanya lahir di Indonesia itu mengaku pernah datang ke Indonesia 30 tahun lalu.

"Kami institusi independen dibiayai Departemen Luar Negeri dan Departemen Keamanan dan Keadilan Belanda. Kami melakukan pendampingan dan monitoring sebagai pekerja sosial di Lapas, bekerja sama dengan Universitas Saxion. Kami ingin belajar satu sama lain di Lapas Narkotika Cipinang," kata Ann Marie Bruist, yang juga chairman The Center for International Legal Corporation (ILC) itu.

Dirjenpas Kemenkumham Sri Puguh Budi Utami mengatakan, dalam pencegahan dan pemberantasan narkoba di dalam lapas pihaknya tidak bisa bekerja sendiri. “Harus ad koordinasi yang baik minimal dengan Polri dan BNN. Dukungan dari masyarakat juga harus ada,” kata Dirjen Utami.

Menurut Utami, ada empat komponen yang harus dibenahi secara simultan terkait pembenahan lembaga pemasyarakatan (lapas) yaitu, regulasi, revolusi mental SDM, kelembagaan, dan infrastruktur. Dari keempatnya yang paling menjadi perhatian adalah pembenahan SDM.

"Yang kami utamakan pada sisi SDM. Penguatan kapasitas melalui revolusi mental, pelatihan, dan monitoring tetap harus dijalankan," ujarnya.

Yang juga dibutuhkan adalah penguatan regulasi agar pengguna narkoba direhabilitasi tidak dipenjara.“Sebab, mereka yang terjerat perkara narko‎ba inilah yang paling banyak menghuni lapas," tuturnya.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5430 seconds (0.1#10.140)