Jakarta, Semarang, dan Makassar Masuk Daftar Kota dengan Suhu Terpanas di Dunia
loading...
A
A
A
"Dalam tiga bulan itu, tercatat rekor suhu global baru yang menyebabkan miliaran orang terkena panas yang dipicu oleh emisi karbon," tulisnya.
Sementara itu, bulan Maret, April, dan Mei 2024 masing-masing memecahkan rekor suhu global bulanan. Selama periode ini, dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil, terlihat jelas di seluruh wilayah di dunia, khususnya dalam bentuk panas ekstrem.
Akibat perubahan iklim, sekitar satu dari empat orang di dunia mengalami peningkatan suhu setidaknya tiga kali lipat setiap hari dari 1 Maret hingga 31 Mei 2024. Puncaknya pada 6 April 2024, ketika 2,7 miliar orang (satu dari tiga orang di dunia) merasakan suhu yang tidak biasa dengan pengaruh kuat dari perubahan iklim.
Di 58 negara, rata-rata orang merasakan dampak perubahan iklim yang kuat setidaknya dua dari tiga hari selama tiga bulan terakhir. Negara-negara ini termasuk di Afrika Tengah, Timur, dan Barat; Asia Tenggara; Amerika Tengah dan Karibia; Amerika Selatan; serta negara kepulauan kecil di Polinesia dan Melanesia.
Sekitar 44% penduduk Afrika dan satu dari tiga orang di Amerika Selatan merasakan panas ekstrem akibat perubahan iklim setidaknya selama 60 hari.
Sementara, kota-kota dengan paparan panas terbesar selama 90 hari atau lebih adalah Quito (Ekuador), Makassar (Indonesia), Kota Guatemala (Guatemala), Caracas (Venezuela), Kigali (Rwanda), dan Monrovia (Liberia).
Di Asia, rata-rata orang di sembilan negara, termasuk delapan di Asia Tenggara seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Indonesia, merasakan pengaruh kuat dari perubahan iklim setidaknya dua dari tiga hari dalam satu musim.
Sebanyak 3,3 miliar orang di Asia mengalami setidaknya satu hari dengan suhu yang sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim, dan sekitar 9% dari populasi, terutama di Asia Tenggara, merasakan panas ekstrem setidaknya selama 60 hari dalam tiga bulan terakhir.
Sementara itu, bulan Maret, April, dan Mei 2024 masing-masing memecahkan rekor suhu global bulanan. Selama periode ini, dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil, terlihat jelas di seluruh wilayah di dunia, khususnya dalam bentuk panas ekstrem.
Akibat perubahan iklim, sekitar satu dari empat orang di dunia mengalami peningkatan suhu setidaknya tiga kali lipat setiap hari dari 1 Maret hingga 31 Mei 2024. Puncaknya pada 6 April 2024, ketika 2,7 miliar orang (satu dari tiga orang di dunia) merasakan suhu yang tidak biasa dengan pengaruh kuat dari perubahan iklim.
Di 58 negara, rata-rata orang merasakan dampak perubahan iklim yang kuat setidaknya dua dari tiga hari selama tiga bulan terakhir. Negara-negara ini termasuk di Afrika Tengah, Timur, dan Barat; Asia Tenggara; Amerika Tengah dan Karibia; Amerika Selatan; serta negara kepulauan kecil di Polinesia dan Melanesia.
Sekitar 44% penduduk Afrika dan satu dari tiga orang di Amerika Selatan merasakan panas ekstrem akibat perubahan iklim setidaknya selama 60 hari.
Sementara, kota-kota dengan paparan panas terbesar selama 90 hari atau lebih adalah Quito (Ekuador), Makassar (Indonesia), Kota Guatemala (Guatemala), Caracas (Venezuela), Kigali (Rwanda), dan Monrovia (Liberia).
Di Asia, rata-rata orang di sembilan negara, termasuk delapan di Asia Tenggara seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Indonesia, merasakan pengaruh kuat dari perubahan iklim setidaknya dua dari tiga hari dalam satu musim.
Sebanyak 3,3 miliar orang di Asia mengalami setidaknya satu hari dengan suhu yang sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim, dan sekitar 9% dari populasi, terutama di Asia Tenggara, merasakan panas ekstrem setidaknya selama 60 hari dalam tiga bulan terakhir.
(cip)