Pameran Totarist Sosial Merbawani Ungkap Paradoks Kehidupan Manusia, Alam dan Pembangunan

Rabu, 08 Mei 2024 - 18:13 WIB
loading...
Pameran Totarist Sosial Merbawani Ungkap Paradoks Kehidupan Manusia, Alam dan Pembangunan
Foto: Doc. Istimewa
A A A
JAKARTA - Seniman Totarist Sosial Merbawani kembali pameran seni tunggal keduanya. Kali ini seniman asal Batang itu mengambil tema "Sang Pembangun". Lewat pameran tunggal seri perdana dari lima seri yang akan digelar hingga Januari 2025 ini dia menyampaikan secara satir mengenai hal paradoks kehidupan keindahan alam dan kompleksitas terkait adanya pembangunan.

Totarist Sosial Merbawani adalah seorang seniman yang lahir dan dibesarkan di sebuah desa terpencil di pegunungan kabupaten Batang, berbatasan langsung dengan daerah Dieng. Desa tersebut terisolasi dari sentuhan teknologi dan industri modern, sehingga pemandangan perbukitan di dataran tinggi menjadi bagian dari kehidupan sehari-harinya semasa kecil.

Totarist Sosial Merbawani mengatakan, pameran ini sebuah gambaran ketika dirinya hidup menggembala kambing di perbukitan Dieng hanya beberapa kilometer jaraknya ada kawah yang terus menyala.

“Pameran ini perspektif saya sebagai seniman yang terus-menerus melihat dirinya terjebak di antara keindahan alam yang memukau dan dorongan untuk membangun sebagai bentuk kuasa manusia atas alam. apakah hal membangun semacam ini merusak alam? Tentu tidak karena rupanya menyediakan ruang terbuka hijau agar tidak kumuh dan tentu sesuai undang2 pemukiman dimana lokasi yang cocok untuk bermukim,” ujar Totarist kepada SINDOnews.com di sela sela pembukaan pameran tunggal seni seri perdana Sang Pembangun di Plaza Senayan, kemarin.

Bisa dikatakan perjalanan spiritual Totarist dalam dunia seni lukis ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Mahfudz Sae seorang pelukis aktif di Ancol yang menjadi kakak angkatnya. Ia lebih tertarik menyelami teknik lukis realis yang dikenalkan Ahmad Naziri dan mengajarkan Totarist menggambar potret, melukis draperi,anatomi tubuh manusia serta pemahaman tentang volume dan perpestif yang akurat.

Totarist pun berharap melalui karyanya yang dipamerkan ini bisa memberikannya semangat untuk bisa terus berkarya apalagi masih ada empat pameran lagi. "Pameran ini juga jadi acuan temen di daerah untuk jangan berkecil hati untuk mengadakan pameran, bahkan saya membuktikan bisa dari nol bahkan minus. Mudah mudahan jadi semangat baru perupa daerah bisa maju menghasilkan karya terbaik," katanya.

Rain Rosidi selaku kurator menyebut lukisan ini coba memadukan kekaguman Totarist keindahan alam dengan kompleksitas pembangunan yang terkait dengan industri dan kemajuan teknologi.

Tema ini ini mengundang para penonton untuk memahami perspektif unik seniman tentang kehidupan, alam, dan pembangunan. Kurator, Rain Rosidi mengatakan, lukisan yang dipamerkan mencoba memadukan kekaguman Totarist keindahan alam dengan kompleksitas pembangunan yang terkait dengan industri dan kemajuan teknologi.

“Lewat pameran seni tunggal ini, Totarist selaku pengusaha dan kontraktor bangunan, dia melihat pembangunan sebagai ekspresi naluri manusia untuk bertahan hidup. Filosofi 'homo faber', bahwa manusia adalah makhluk yang terbentuk dari karakternya sebagai pekerja keras yang hidup mandiri sejak usia muda, membentuk pemahaman dan perspektifnya," jelas Rain Rosidi.

Karya-karya Totarist Sosial Merbawani ini hampir tidak menampilkan manusia atau makhluk hidup lainnya, kecuali beberapa potret dirinya sendiri. Kehidupan manusia yang absen dalam karya-karya ini tercermin dalam representasi rumah yang tumbuh seperti cendawan di musim hujan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1064 seconds (0.1#10.140)