Ahli Psikologi Politik UI Sebut Pilpres 2024 Diwarnai Politisasi Bansos Jokowi

Selasa, 02 April 2024 - 21:55 WIB
loading...
Ahli Psikologi Politik UI Sebut Pilpres 2024 Diwarnai Politisasi Bansos Jokowi
Ahli Psikologi Politik dari UI Hamdi Muluk mengungkap bahwa, sebanyak 29 persen pemilih memilih salah satu paslon dalam Pilpres 2024 karena penggelontoran bansos oleh Pemerintahan Jokowi. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sebanyak 29 persen pemilih memilih salah satu paslon dalam Pilpres 2024 karena penggelontoran bantuan sosial (bansos) oleh Pemerintah Joko Widodo (Jokowi). Hal ini dikatakan oleh Ahli Psikologi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk.

Bahkan, di beberapa negara seperti di Nigeria, 92 persen pemilih memilih calon petahana karena penggelontoran bansos dalam bantuan langsung tunai (BLT).

"Politisasi Bansos bersifat problematika karena bansos hanya bisa dikendalikan oleh orang yang punya otoritas, dalam hal ini petahana," kata Hamdi saat memberi keterangan dalam kapasitas sebagai ahli pada sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Selasa (2/4/2024).



Guru Besar Fakultas Psikologi UI itu menjelaskan, dalam konteks Pilpres 2024, tidak ada petahana yang maju, meski bansos digelontorkan dalam jumlah besar.

Kendati demikian kata dia, ada kontestan yang maju setengah petahana, dalam hal ini putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka. Dia adalah calon wakil presiden (Cawapres) yang berpasangan dengan Capres Prabowo Subianto.

Jika pembagian bansos itu berhasil, ujarnya, maka kepuasan terhadap petahana (Jokowi) terkonversi kepada setengah petahana Gibran.

Hamdi mengatakan, penggelontoran bansos dari sisi politik menjadi masalah, karena menjadi tidak fair bagi paslon lain. Pasalnya, pihak yang memiliki otoritas atas mekanisme, besaran, kapan dan bagaimana didistribusikan adalah petahana.

"Apakah etis, karena oposisi tidak punya kesempatan yang sama?" ujarnya.

Sementara itu, dari sisi pematangan demokrasi, pembagian bansos menimbulkan semacam ketergantungan di antara konstituen. Selain itu, penggunaan bansos bisa memanipulasi pemilih.

Pada kesempatan itu, Hamdi menekankan, bahwa ada kontribusi faktor lain sebesar 71 persen yang mempengaruhi preferensi pemilih menentukan pilihan pada capres-cawapres, seperti penilaian atas kandidat, seperti ada atau tidak aspek positif, komunikasi, juga masalah faktor sosiologis, kesukuan, dan pertemanan.

Faktor-faktor inilah, menurutnya, yang membuat paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran kalah di Sumatra Barat dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1079 seconds (0.1#10.140)