BMKG Sebut Gempa Bawean Jadi Guncangan Terkuat di Laut Jawa

Minggu, 24 Maret 2024 - 16:26 WIB
loading...
BMKG Sebut Gempa Bawean Jadi Guncangan Terkuat di Laut Jawa
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur menambah catatan gempa kuat di Pulau Jawa. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur menambah catatan gempa kuat di Pulau Jawa.

Diketahui, gempa yang terjadi di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, berkekuatan M5,9 dan M6,5 pada 22 Maret 2024.

"Gempa Bawean menambah catatan gempa kuat di Laut Jawa. Sejarah gempa kuat di Laut Jawa tidak banyak, hanya empat kali yaitu pada 1902, 1939, 1950, dan terkini 2024," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangannya, Minggu (24/3/2024).

Selain itu kata Daryono, Gempa Bawean memberi pelajaran penting khususnya pada daerah Jawa Timur.

"Ancaman gempa merusak di Jawa Timur tidak hanya berasal dari selatan yaitu sumber gempa subduksi lempeng/megathrust dan sesar-sesar aktif di daratan, tetapi ternyata juga dari sumber-sumber gempa di Laut Jawa di utara Jawa Timur," ungkapnya.

Daryono juga mengatakan, gempa susulan di Bawean lebih besar dibandingkan gempa sebelumnya. Gempa Bawean memiliki susulan dengan magnitudo lebih besar (M6,5) dari gempa pertama (M5,9).

"Gempa Bawean memiliki "susulan" dengan magnitudo lebih besar (M6,5) dari gempa pertama (M5,9). Hal ini bisa terjadi karena asperity (bidang bakal geser di bidang sesar) yang ukurannya lebih besar (M6,5) mengalami pecah belakangan, salah satunya karena dipicu tekanan dari gempa pertama (M5,9) dengan aspertity yang ukurannya relatif lebih kecil," jelas Daryono.

"Bidang sesar yang pecah pertama kali (first rupture) adalah asperity pada struktur batuan yang lebih lemah, sehingga mengalami pecah duluan sebagai gempa pembuka (foreshock)," tambahnya.

Daryono juga mengatakan, gempa susulan di Bawean terinformasi cukup banyak. Hal itu disebabkan karakteristik gempa kerak dangkal di Bawean terjadi pada batuan kerak bumi permukaan yang batuannya bersifat heterogen sehingga mudah rapuh patah.

"Berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuan bersifat homogen dan elastik sehinga biasanya miskin gempa susulan bahkan terkadang tidak diikuti gempa susulan meskipun magnitudo gempanya cukup besar. Gempa susulan lazim terjadi pascagempa kuat dan bukan untuk ditakuti. Banyaknya gempa susulan justru dapat memberi informasi peluruhan gempa sehingga kita dapat mengestimasi kapan berakhirnya gempa susulan," jelasnya.

Daryono menyebutkan, Gempa Bawean mulai meluruh. Hasil monitoring BMKG hingga Minggu (24/3/2024) pukul 10.00 WIB tercatat sebanyak 239 kali gempa, dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang.

"Jika hari Jumat (22/3/2024) dalam satu jam dapat terjadi 19 kali gempa, maka data terkini Minggu (24/3/2024) menunjukkan dalam 1 jam terjadi 2-3 kali gempa. Semoga kondisi tektonik sumber gempa di Bawean segera stabil dan aman kembali," tutupnya.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1226 seconds (0.1#10.140)