Survei LSI Denny JA: Mayoritas Publik Setuju Keputusan KPU atas Hasil Pilpres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mayoritas publik menyatakan setuju atas keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang Pilpres 2024. Pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2 itu meraih 96.214.691 suara atau 58,58%, unggul atas rivalnya Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang mendapatkan 40.971.906 suara atau 24,94% dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang mengantongi 27.040.878 suara atau 16,46%.
Dukungan mayoritas publik atas hasil Pilpres 2024 diketahui dari hasil survei terbaru LSI Denny JA yang dirilis, Jumat (22/3/2024). Sebanyak 89,8% menyatakan setuju atas keputusan KPU, sebanyak 9,3% menyatakan tidak setuju, dan 0,9% menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
"Penetapan (KPU) tersebut disetujui oleh mayoritas publik. Begitulah yang tergambar dari survei nasional yang kita lakukan beberapa waktu sebelum penetapan," kata Direktur Sigi LSI Denny JA, Ardian Sopa dalam keterangan resminya.
Menurutnya, hasil resmi yang dirilis KPU mengenai pilpres dan pileg, tidak jauh beda dengan hasil quick count LSI Denny JA. Di hasil Resmi KPU Prabowo-Gibran mendapatkan 58,58%, sedangkan hasil hitung cepat LSI Denny JA sebesar 58,47% atau hanya selisih 0,11%.
Ardian Sopa memaparkan, mayoritas publik yang mendukung keputusan KPU tersebar di seluruh kelompok pemilih, baik Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran, maupun Ganjar-Mahfud. Pemilih 01 yang setuju sebesar 79,9%, pemilih 02 93,8%, dan pemilih 03 yang setuju dengan keputusan KPU sebesar 90,5%.
"Pemilih Prabowo-Gibran yang tertinggi persetujuanya dengan KPU. Di ikuti pemilih Ganjar-Mahfud, baru pemilih Anies-Muhaimin," katanya.
Pemilih partai yang berada di Koalisi Indonesia Maju (Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN) persetujuannya di atas 95%, dengan tertinggi adalah pemilih Gerindra sebesar 98,6%. Selanjutnya pemilih Golkar 95,9%; PAN 96,7%; dan Demokrat 95,1%. Adapun pemilih PDIP yang setuju sebesar 92,4%; pemilih PKB 83,1%; pemilih Nasdem 79,4%, dan pemilih PKS 71,4%.
Dari kategori ekonomi, segmen pendapatan wong cilik (Rp2 juta ke bawah) menjadi segmen tertinggi yang setuju dengan KPU sebesar 91,9%. Selanjutnya segmen pendapatan menengah (Rp2-4 juta/bulan) sebesar 90,8%; dan segmen pendapatan atas (pendapatan di atas Rp4 juta/bulan) yang setuju sebesar 81,2%.
Dari kategori pendidikan, segmen pendidikan SD ke bawah yang paling tinggi setuju dengan KPU sebesar 93,4%. Disusul segmen pendidikan SMP Sederajat 90,5%; segmen pendidikan tamat SMA sederajat 87,1%, dan segmen pendidikan tamat D3 ke atas yang setuju sebesar 83,6%.
"Dari sisi usia, pemilih dengan usia 40-49 tahun menjadi pemilih yang paling tinggi persetujuannya terhadap KPU, 91,0%. Segmen usia muda di bawah 30 tahun yang setuju sebesar 90,8%; usia 30-39 tahun yang setuju sebesar 89,3%, pemilih di atas 50 tahun yang setuju sebesar 88,5%," ungkapnya.
Koalisi Semi Permanen 20 Tahun
Meski Prabowo-Gibran menang Pilpres, kata Ardian Sopa, tapi partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju belom mayoritas di DPR. Total perolehan suaranya sebesar 43,18%. Rinciannya, Golkar sebesar 15,29%; Gerindra 13,22%; Demokrat 7,43%; dan PAN 7,24%. Agar pemerintahan kuat, maka Prabowo-Gibran perlu dukungan partai tambahan.
"Perlu ada koalisi partai semi permanen minimal 20 tahun," katanya.
Koalisi partai semi permanen 20 tahun ini penting karena program raksasa seperti pindah ibu kota, hilirisasi, digitalisasi, dan makan siang gratis membutuhkan konsolidasi minimal 20 tahun agar tak goyah. Ganti presiden yang datang dari oposisi dapat mengganti program itu atau membuatnya gagal sebelum kematangan eksekusi program itu.
"Program IKN, hilirisasi, digitalisasi, makan siang gratis, hanya terlaksana tuntas, dengan membutuhkan waktu minimal 20 tahun berjalan, tanpa interupsi," katanya.
Menurut Ardian Sopa, koalisi partai semi permanen ternyata mendapat tempat di hati publik. Sebesar 75,8% publik setuju dengan wacana tersebut karena melanjutkan program-program Presiden Jokowi. Publik setuju pindah ibu kota sebesar 68,4%; program hilirisasi agar Indonesia tidak menjual bahan mentah ke luar tapi bahan yang diolah, terima publik sebesar 87,9%. Kemudian program digitalisasi pemerintah agar mengurangi korupsi, diterima publik sebesar 92,4%. Sedangkan program khas Prabowo-Gibran yaitu makan siang dan susu gratis disetujui publik sebesar 80,1%.
"Publik yang menyatakan sangat setuju/cukup setuju sebesar 75,8%. Publik yang menyatakan kurang setuju/tidak setuju sama sekali sebesar 15,1%. Sebesar 9,1% tidak tahu/tidak menjawab," katanya.
Angka 75,8% bukan hanya mayoritas tetapi mayoritas besar. Sebab, jika di-breakdown dari pilihan capres 2024, terlihat bahwa pemilih Ganjar-Mahfud yang paling tinggi persetujuannya terhadap koalisi partai semi permanen. Diikuti oleh pemilih Anies-Muhaimin, baru kemudian pemilih Prabowo-Gibran.
"Pemilih 01 yang menyatakan setuju terhadap koalisi partai semi permanen sebesar 75,9%; pemilih 02 yang setuju sebesar 74,4%; dan pemilih 03 sebesar 80,7%," katanya.
Jika dilihat dari pemilih partai, pemilih PDIP yang setuju sebesar 77,9%; Golkar 70,1%; Gerindra 77,8%; PKB 81,0%; Nasdem 79,4%; dan PAN 88,3%.
Jika dilihat dari hasil survei tersebut, kata Ardian Sopa, maka kemungkinan besar koalisi semi permanan 20 tahun bisa terwujud. Namun ia juga mengingatkan bahwa bisa saja koalisi partai semi permanen batal.
"Pertama, jika lahir presiden baru di 2029, 2034, 2039, yang lebih populer dari oposisi. Kedua, karena itu koalisi semi permanen 20 tahun ini perlu juga memastikan memiliki capres yang terpilih di pilpres 2029, 2034, dan 2039," katanya.
Untuk diketahui, LSI Denny JA melakukan survei tatap muka pada 1–15 Maret 2024 dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Margin of error survei ini sebesar 2.9%.
Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement dan focus group discussion.
Lihat Juga: Hasil Quick Count LSI Denny JA di 7 Pilkada: DKI Jakarta Belum Bisa Ditentukan Pemenangnya
Dukungan mayoritas publik atas hasil Pilpres 2024 diketahui dari hasil survei terbaru LSI Denny JA yang dirilis, Jumat (22/3/2024). Sebanyak 89,8% menyatakan setuju atas keputusan KPU, sebanyak 9,3% menyatakan tidak setuju, dan 0,9% menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
"Penetapan (KPU) tersebut disetujui oleh mayoritas publik. Begitulah yang tergambar dari survei nasional yang kita lakukan beberapa waktu sebelum penetapan," kata Direktur Sigi LSI Denny JA, Ardian Sopa dalam keterangan resminya.
Menurutnya, hasil resmi yang dirilis KPU mengenai pilpres dan pileg, tidak jauh beda dengan hasil quick count LSI Denny JA. Di hasil Resmi KPU Prabowo-Gibran mendapatkan 58,58%, sedangkan hasil hitung cepat LSI Denny JA sebesar 58,47% atau hanya selisih 0,11%.
Ardian Sopa memaparkan, mayoritas publik yang mendukung keputusan KPU tersebar di seluruh kelompok pemilih, baik Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran, maupun Ganjar-Mahfud. Pemilih 01 yang setuju sebesar 79,9%, pemilih 02 93,8%, dan pemilih 03 yang setuju dengan keputusan KPU sebesar 90,5%.
"Pemilih Prabowo-Gibran yang tertinggi persetujuanya dengan KPU. Di ikuti pemilih Ganjar-Mahfud, baru pemilih Anies-Muhaimin," katanya.
Pemilih partai yang berada di Koalisi Indonesia Maju (Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN) persetujuannya di atas 95%, dengan tertinggi adalah pemilih Gerindra sebesar 98,6%. Selanjutnya pemilih Golkar 95,9%; PAN 96,7%; dan Demokrat 95,1%. Adapun pemilih PDIP yang setuju sebesar 92,4%; pemilih PKB 83,1%; pemilih Nasdem 79,4%, dan pemilih PKS 71,4%.
Dari kategori ekonomi, segmen pendapatan wong cilik (Rp2 juta ke bawah) menjadi segmen tertinggi yang setuju dengan KPU sebesar 91,9%. Selanjutnya segmen pendapatan menengah (Rp2-4 juta/bulan) sebesar 90,8%; dan segmen pendapatan atas (pendapatan di atas Rp4 juta/bulan) yang setuju sebesar 81,2%.
Dari kategori pendidikan, segmen pendidikan SD ke bawah yang paling tinggi setuju dengan KPU sebesar 93,4%. Disusul segmen pendidikan SMP Sederajat 90,5%; segmen pendidikan tamat SMA sederajat 87,1%, dan segmen pendidikan tamat D3 ke atas yang setuju sebesar 83,6%.
"Dari sisi usia, pemilih dengan usia 40-49 tahun menjadi pemilih yang paling tinggi persetujuannya terhadap KPU, 91,0%. Segmen usia muda di bawah 30 tahun yang setuju sebesar 90,8%; usia 30-39 tahun yang setuju sebesar 89,3%, pemilih di atas 50 tahun yang setuju sebesar 88,5%," ungkapnya.
Koalisi Semi Permanen 20 Tahun
Meski Prabowo-Gibran menang Pilpres, kata Ardian Sopa, tapi partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju belom mayoritas di DPR. Total perolehan suaranya sebesar 43,18%. Rinciannya, Golkar sebesar 15,29%; Gerindra 13,22%; Demokrat 7,43%; dan PAN 7,24%. Agar pemerintahan kuat, maka Prabowo-Gibran perlu dukungan partai tambahan.
"Perlu ada koalisi partai semi permanen minimal 20 tahun," katanya.
Koalisi partai semi permanen 20 tahun ini penting karena program raksasa seperti pindah ibu kota, hilirisasi, digitalisasi, dan makan siang gratis membutuhkan konsolidasi minimal 20 tahun agar tak goyah. Ganti presiden yang datang dari oposisi dapat mengganti program itu atau membuatnya gagal sebelum kematangan eksekusi program itu.
"Program IKN, hilirisasi, digitalisasi, makan siang gratis, hanya terlaksana tuntas, dengan membutuhkan waktu minimal 20 tahun berjalan, tanpa interupsi," katanya.
Menurut Ardian Sopa, koalisi partai semi permanen ternyata mendapat tempat di hati publik. Sebesar 75,8% publik setuju dengan wacana tersebut karena melanjutkan program-program Presiden Jokowi. Publik setuju pindah ibu kota sebesar 68,4%; program hilirisasi agar Indonesia tidak menjual bahan mentah ke luar tapi bahan yang diolah, terima publik sebesar 87,9%. Kemudian program digitalisasi pemerintah agar mengurangi korupsi, diterima publik sebesar 92,4%. Sedangkan program khas Prabowo-Gibran yaitu makan siang dan susu gratis disetujui publik sebesar 80,1%.
"Publik yang menyatakan sangat setuju/cukup setuju sebesar 75,8%. Publik yang menyatakan kurang setuju/tidak setuju sama sekali sebesar 15,1%. Sebesar 9,1% tidak tahu/tidak menjawab," katanya.
Angka 75,8% bukan hanya mayoritas tetapi mayoritas besar. Sebab, jika di-breakdown dari pilihan capres 2024, terlihat bahwa pemilih Ganjar-Mahfud yang paling tinggi persetujuannya terhadap koalisi partai semi permanen. Diikuti oleh pemilih Anies-Muhaimin, baru kemudian pemilih Prabowo-Gibran.
"Pemilih 01 yang menyatakan setuju terhadap koalisi partai semi permanen sebesar 75,9%; pemilih 02 yang setuju sebesar 74,4%; dan pemilih 03 sebesar 80,7%," katanya.
Jika dilihat dari pemilih partai, pemilih PDIP yang setuju sebesar 77,9%; Golkar 70,1%; Gerindra 77,8%; PKB 81,0%; Nasdem 79,4%; dan PAN 88,3%.
Jika dilihat dari hasil survei tersebut, kata Ardian Sopa, maka kemungkinan besar koalisi semi permanan 20 tahun bisa terwujud. Namun ia juga mengingatkan bahwa bisa saja koalisi partai semi permanen batal.
"Pertama, jika lahir presiden baru di 2029, 2034, 2039, yang lebih populer dari oposisi. Kedua, karena itu koalisi semi permanen 20 tahun ini perlu juga memastikan memiliki capres yang terpilih di pilpres 2029, 2034, dan 2039," katanya.
Untuk diketahui, LSI Denny JA melakukan survei tatap muka pada 1–15 Maret 2024 dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Margin of error survei ini sebesar 2.9%.
Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement dan focus group discussion.
Lihat Juga: Hasil Quick Count LSI Denny JA di 7 Pilkada: DKI Jakarta Belum Bisa Ditentukan Pemenangnya
(abd)