Muhammadiyah Usul Sidang Isbat Ditiadakan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengusulkan agar sidang isbat awal Ramadan 2024 ditiadakan. Peniadaan sidang isbat untuk menghemat anggaran negara.
"Dengan tidak diadakan isbat, lebih menghemat anggaran negara yang secara keuangan sedang tidak baik-baik saja," kata Abdul dalam keterangannya, Jumat (8/3/2024).
Abdul Mu'ti menjelaskan, hasil kesepakatan Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) digunakan pemerintah untuk mencari titik temu dalam perbedaan. Kriteria baru yang diterapkan sejak awal Ramadan 2022 itu yakni tinggi hilal minimal 3 derajat dengan sudut elongasi minimal 6,4 derajat. Dengan adanya MABIMS seharusnya, kata Abdul, hasilnya sudah dapat diprediksi dengan jelas.
"Pemerintah menggunakan kriteria MABIMS, di mana salah satu syarat adalah posisi hilal 4 derajat di atas ufuk. Pada saat awal Ramadhan, posisi hilal di bawah 1 derajat dan pada saat akhir Ramadhan posisi jauh di atas 6 derajat," katanya.
"Dengan kriteria itu, hasil isbat sudah dapat diprediksi dengan jelas,"sambungnya.
Untuk diketahui, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024, Idulfitri 1 Syawal pada 10 April 2024, dan Puasa Arafah 9 Zulhijah pada 16 Juni 2024, serta Iduladha 10 Zulhijah 1445 H pada 17 Juni 2024. Keputusan penetapan itu dilakukan dengan menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal Hakiki.
Sementara Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) menyampaikan awal bulan Ramadan 1445 H/2024 M diprediksi bertepatan dengan 12 Maret 2024. Adapun pemerintah akan menggelar sidang isbat pada Sabtu, 10 Maret 2024. Sidang isbat bakal dilaksanakan di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Sebanyak 134 lokasi di seluruh wilayah Indonesia ditetapkan sebagai titik rukyatul hilal sebagai persiapan untuk melaksanakan sidang isbat Ramadan 2024 ini.
"Dengan tidak diadakan isbat, lebih menghemat anggaran negara yang secara keuangan sedang tidak baik-baik saja," kata Abdul dalam keterangannya, Jumat (8/3/2024).
Abdul Mu'ti menjelaskan, hasil kesepakatan Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) digunakan pemerintah untuk mencari titik temu dalam perbedaan. Kriteria baru yang diterapkan sejak awal Ramadan 2022 itu yakni tinggi hilal minimal 3 derajat dengan sudut elongasi minimal 6,4 derajat. Dengan adanya MABIMS seharusnya, kata Abdul, hasilnya sudah dapat diprediksi dengan jelas.
"Pemerintah menggunakan kriteria MABIMS, di mana salah satu syarat adalah posisi hilal 4 derajat di atas ufuk. Pada saat awal Ramadhan, posisi hilal di bawah 1 derajat dan pada saat akhir Ramadhan posisi jauh di atas 6 derajat," katanya.
"Dengan kriteria itu, hasil isbat sudah dapat diprediksi dengan jelas,"sambungnya.
Untuk diketahui, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024, Idulfitri 1 Syawal pada 10 April 2024, dan Puasa Arafah 9 Zulhijah pada 16 Juni 2024, serta Iduladha 10 Zulhijah 1445 H pada 17 Juni 2024. Keputusan penetapan itu dilakukan dengan menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal Hakiki.
Sementara Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) menyampaikan awal bulan Ramadan 1445 H/2024 M diprediksi bertepatan dengan 12 Maret 2024. Adapun pemerintah akan menggelar sidang isbat pada Sabtu, 10 Maret 2024. Sidang isbat bakal dilaksanakan di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Sebanyak 134 lokasi di seluruh wilayah Indonesia ditetapkan sebagai titik rukyatul hilal sebagai persiapan untuk melaksanakan sidang isbat Ramadan 2024 ini.
(abd)