Prestasi Presiden Jokowi Ternodai Pembajakan Demokrasi dan Pengangkangan Konstitusi

Kamis, 25 Januari 2024 - 16:47 WIB
loading...
Prestasi Presiden Jokowi Ternodai Pembajakan Demokrasi dan Pengangkangan Konstitusi
Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo dalam diskusi bertajuk Jokowi vs Megawati: Dua Presiden, Dua Rasa Bernegara yang digelar PARA Syndicate, Kamis (25/1/2024). Foto: MPI/Agung Bakti Sarasa
A A A
JAKARTA - Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menilai seluruh prestasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam dua periode ternodai akibat pembajakan demokrasi dan pengangkangan konstitusi.

"Dua periode capaian pembangunan Presiden Jokowi alangkah sayangnya ternodai oleh upaya-upaya membajak demokrasi kemudian melakukan pengangkangan konstitusi," ujar Ari dalam diskusi bertajuk “Jokowi vs Megawati: Dua Presiden, Dua Rasa Bernegara” yang digelar PARA Syndicate, Kamis (25/1/2024).



Dia membandingkan dengan sosok mantan Presiden Megawati Soekarnoputri yang merupakan Ketua Umum PDIP. Megawati adalah pemimpin yang taat terhadap prinsip demokrasi dan konstitusi.

"Komitmen Megawati terhadap prinsip-prinsip reformasi, nilai-nilai demokrasi yang sampai hari ini menjadi catatan kita. Beliau taat prinsip demokrasi, taat konstitusi," tegas Ari.

Hal itu bisa dilihat saat Megawati menjabat Presiden ke-5 RI. Sebagai seorang pemimpin, hasrat untuk mewariskan kekuasaan kepada keturunan itu sangat kuat.

"Semua karakter kekuasaan itu ingin mengestafetkan kekuasaannya kepada keturunan. Tapi, kalau kita lihat bahwa dalam kasus Mega ada Puan, tetapi ruang kekuasaan yang diberi dilingkup partai segala macam saya masih melihat Mega dalam taraf menggunakan partai sebagai ruang untuk anaknya," ungkapnya.

Di kasus lainnya, Megawati juga bisa saja memberikan tiket pencalonan bagi Puan Maharani di Pilpres 2014.

"Tahun 2014 itu Mega bisa saja tidak memberikan kartu pas kepada Jokowi, tapi tidak dilakukan. Dia berikan kepada Jokowi," ucapnya.

Hal yang sama juga terjadi di Pilpres 2024. Ari menuturkan alih-alih mencalonkan Puan sebagai calon presiden demi kekuasaan, namun Megawati justru memilih Ganjar Pranowo.

"Dua momen pilpres yang saya pikir Mega ingin anaknya ikut dalam estafet, tapi dia tidak memaksakan ketika memang batasan itu harus dibatasi dan dua momen pilpres ini bisa menjadi catatan kita," ujar Ari.

Etika inilah yang tidak ada dalam sosok Jokowi. Dia menyebut, Jokowi menghalalkan segala cara demi memuluskan pencalonan Gibran Rakabuming Raka.

"Makanya ini yang kemudian kita versuskan bagaimana ketika dua orang ini dihadapkan dalam tawaran kekuasaan," katanya.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1138 seconds (0.1#10.140)