Pengamat Nilai Gimik Gibran saat Debat Cawapres Kekanak-kanakan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, debat keempat Pilpres 2024 yang dilakukan oleh para cawapres makin menguatkan argumentasi bahwa kematangan dan kedewasaan itu penting.
Hal tersebut merujuk pada gimik yang dikeluarkan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka saat berada di panggung debat. Buat Pangi, hal itu merupakan sikap yang kekanak-kanakan.
"Tidak bijaksana, suka merendahkan dan mempermalukan orang lain, bicara di luar konteks dan cenderung tidak nyambung serta penampilan penuh gimik dan gestur yang cenderung mengejek menjadi tontonan paling memalukan sepanjang sejarah debat capres-cawapres di negeri ini," kata Pangi saat dihubungi, Senin (22/1/2024).
Pangi melanjutkan, pada debat terakhir cawapres dengan tema pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa semalam, Gibran tampil agresif bahkan cenderung mengabaikan substansi dari tema yang diperdebatkan.
"Presiden Jokowi pernah menyoroti kurangnya substansi dan visi dalam debat pemilihan presiden 2024 serta mencela adanya serangan personal. Beliau menyatakan bahwa debat perlu diatur dengan lebih baik agar memberikan pendidikan dan edukasi kepada masyarakat," kata Pangi.
Pangi juga menyoroti soal penggunaan istilah 'Grendflation' yang dipertanyakan Gibran bukan dengan maksud untuk mendapatkan jawaban melainkan hanya ingin mengolok-olok Mahfud MD sebagai seorang profesor.
"Hal ini dilakukan untuk menciptakan kesan bahwa wakil presiden tersebut tidak cerdas atau tidak memiliki pemahaman dan wawasan yang luas," ungkap Pangi.
"Jika itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa si penanya punya pengetahuan dan wawasan yang luas, maka itu adalah kekeliruan dan justru sebaliknya si penanya sedang mempertontonkan kualitas rendahan. Debat seharusnya fokus pada isi dan substansi daripada sekedar tebakan istilah atau singkatan asing yang cenderung merendahkan marwah debat capres-cawapres itu sendiri," pungkas Pangi.
Hal tersebut merujuk pada gimik yang dikeluarkan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka saat berada di panggung debat. Buat Pangi, hal itu merupakan sikap yang kekanak-kanakan.
"Tidak bijaksana, suka merendahkan dan mempermalukan orang lain, bicara di luar konteks dan cenderung tidak nyambung serta penampilan penuh gimik dan gestur yang cenderung mengejek menjadi tontonan paling memalukan sepanjang sejarah debat capres-cawapres di negeri ini," kata Pangi saat dihubungi, Senin (22/1/2024).
Pangi melanjutkan, pada debat terakhir cawapres dengan tema pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa semalam, Gibran tampil agresif bahkan cenderung mengabaikan substansi dari tema yang diperdebatkan.
"Presiden Jokowi pernah menyoroti kurangnya substansi dan visi dalam debat pemilihan presiden 2024 serta mencela adanya serangan personal. Beliau menyatakan bahwa debat perlu diatur dengan lebih baik agar memberikan pendidikan dan edukasi kepada masyarakat," kata Pangi.
Pangi juga menyoroti soal penggunaan istilah 'Grendflation' yang dipertanyakan Gibran bukan dengan maksud untuk mendapatkan jawaban melainkan hanya ingin mengolok-olok Mahfud MD sebagai seorang profesor.
"Hal ini dilakukan untuk menciptakan kesan bahwa wakil presiden tersebut tidak cerdas atau tidak memiliki pemahaman dan wawasan yang luas," ungkap Pangi.
"Jika itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa si penanya punya pengetahuan dan wawasan yang luas, maka itu adalah kekeliruan dan justru sebaliknya si penanya sedang mempertontonkan kualitas rendahan. Debat seharusnya fokus pada isi dan substansi daripada sekedar tebakan istilah atau singkatan asing yang cenderung merendahkan marwah debat capres-cawapres itu sendiri," pungkas Pangi.
(maf)