Yenny Wahid dan Siti Atikoh Hadiri Doa Akhir Tahun, Beberkan Program Ganjar-Mahfud
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional ( TPN ) Ganjar-Mahfud, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid menghadiri Doa Bersama Akhir Tahun bersama Siti Atikoh Ganjar Pranowo di DBL Arena Surabaya, Rabu (20/12/2023) malam. Acara ini turut dihadiri politisi PDIP Puti Guntur Soekarno, Jurkam Ganjar - Mahfud Eri Cahyadi, TPN Ganjar Mahfud Luki Hermawan, para kiai, dan ribuan jamaah masyarakat Jawa Timur.
Mengawali sambutannya, Yenny Wahid menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran masyarakat Surabaya dan sekitarnya dalam acara ini untuk mendoakan bangsa. "Saya sangat berterima kasih kepada Bapak-Ibu semua karena malam ini sudah melakukan sedekah untuk bangsa Indonesia. Bapak-Ibu semua mendoakan keselamatan bangsa dan negara kita. Itu sedekah yang luar biasa sekali," ujar Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.
Yenny Wahid mengatakan bahwa November 1945 para pejuang Indonesia termasuk arek-arek Suroboyo telah bertempur melawan Belanda, demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sehingga tugas para generasi saat ini untuk mendoakan bangsa.
"Sekarang kita mendoakan bangsa. Lewat doa, lewat selawat, istigasah kita memberikan sedekah yang luar biasa untuk kebesaran dan keunggulan bangsa kita," ucapnya.
Dalam kesempatan ini, Direktur Wahid Foundation tersebut mengajak para hadirin untuk memilih pemimpin yang mau bekerja untuk kepentingan masyarakat, menegakkan hukum, dan mau memerangi korupsi. Kriteria tersebut adanya di pasangan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar-Mahfud.
"Mencari pemimpin itu tidak mudah. Kita akan menentukan kualitas negara kita selama lima tahun ke depan," jelasnya.
Yenny Wahid mengatakan masyarakat harus mencari pemimpin yang terbukti dekat dengan rakyat dan memiliki rekam jejak yang baik, dan betul-betul mau mendengarkan suara hati rakyat serta mau bekerja untuk rakyat. "Mas Ganjar kerjanya cepat sat set. Saya mau negara kita dipimpin orang yang mendengarkan aspirasi masyarakat. Orang yang mau menegakkan demokrasi di Indonesia," harapnya.
Dalam demokrasi, kata Yenny, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Dan rakyatlah yang paling berkuasa. Dalam demokrasi anak tukang parkir dan anaknya presiden sama kedudukannya di mata hukum.
"Karena itu demokrasi harus dipertahankan, yang bisa mempertahankan demokrasi saat ini adalah pasangan Ganjar-Mahfud," ungkapnya.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara kaya. Namun rakyatnya masih banyak yang miskin dan tidak sejahtera salah satu faktornya karena masih tingginya angka korupsi.
Dia pun bercerita, ayahandanya Gus Dur yang merupakan seorang anak yatim. Suatu waktu pergi ke Subang Jawa Barat bersama ayahnya Wahid Hasyim menggunakan mobil.
Namun, di tengah perjalanan terjadi kecelakaan sehingga Mbah Wahid Hasyim terluka parah. Namun, karena di daerah terpencil tidak ada fasilitas kesehatan yang memadai dan harus memanggil ambulans lama sekali.
"Akhirnya Gus Dur harus memangku ayahnya. Kepala ayahnya di pangkuan Gus Dur dan mengembuskan nafas terakhir menghadap Allah SWT. Kita tidak ingin itu terjadi lagi di negara kita. Karena itulah saya mendukung Ganjar-Mahfud. Karena janji mereka membangunkan satu desa satu puskesmas," katanya.
Selain itu, lanjut dia, Ganjar-Mahfud juga sangat perhatian dan paham terhadap kebutuhan anak-anak akan pendidikan sehingga memiliki program satu keluarga miskin satu sarjana. "Kalau sudah sarjana kerjanya gampang. Jadi negara akan mendukung setiap keluarga agar anaknya bisa menjadi sarjana dan kemudian membantu ekonomi keluarga," tukasnya.
Berikutnya, Ganjar-Mahfud memperhatikan juga guru ngaji, ibu majelis taklim, dan para marbot masjid dengan memberikan insentif kepada mereka. "Jadi Ganjar-Mahfud kenapa begitu karena datangnya dari kalangan santri," pungkasnya.
Mengawali sambutannya, Yenny Wahid menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran masyarakat Surabaya dan sekitarnya dalam acara ini untuk mendoakan bangsa. "Saya sangat berterima kasih kepada Bapak-Ibu semua karena malam ini sudah melakukan sedekah untuk bangsa Indonesia. Bapak-Ibu semua mendoakan keselamatan bangsa dan negara kita. Itu sedekah yang luar biasa sekali," ujar Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.
Yenny Wahid mengatakan bahwa November 1945 para pejuang Indonesia termasuk arek-arek Suroboyo telah bertempur melawan Belanda, demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sehingga tugas para generasi saat ini untuk mendoakan bangsa.
"Sekarang kita mendoakan bangsa. Lewat doa, lewat selawat, istigasah kita memberikan sedekah yang luar biasa untuk kebesaran dan keunggulan bangsa kita," ucapnya.
Dalam kesempatan ini, Direktur Wahid Foundation tersebut mengajak para hadirin untuk memilih pemimpin yang mau bekerja untuk kepentingan masyarakat, menegakkan hukum, dan mau memerangi korupsi. Kriteria tersebut adanya di pasangan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar-Mahfud.
"Mencari pemimpin itu tidak mudah. Kita akan menentukan kualitas negara kita selama lima tahun ke depan," jelasnya.
Yenny Wahid mengatakan masyarakat harus mencari pemimpin yang terbukti dekat dengan rakyat dan memiliki rekam jejak yang baik, dan betul-betul mau mendengarkan suara hati rakyat serta mau bekerja untuk rakyat. "Mas Ganjar kerjanya cepat sat set. Saya mau negara kita dipimpin orang yang mendengarkan aspirasi masyarakat. Orang yang mau menegakkan demokrasi di Indonesia," harapnya.
Dalam demokrasi, kata Yenny, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Dan rakyatlah yang paling berkuasa. Dalam demokrasi anak tukang parkir dan anaknya presiden sama kedudukannya di mata hukum.
"Karena itu demokrasi harus dipertahankan, yang bisa mempertahankan demokrasi saat ini adalah pasangan Ganjar-Mahfud," ungkapnya.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara kaya. Namun rakyatnya masih banyak yang miskin dan tidak sejahtera salah satu faktornya karena masih tingginya angka korupsi.
Dia pun bercerita, ayahandanya Gus Dur yang merupakan seorang anak yatim. Suatu waktu pergi ke Subang Jawa Barat bersama ayahnya Wahid Hasyim menggunakan mobil.
Namun, di tengah perjalanan terjadi kecelakaan sehingga Mbah Wahid Hasyim terluka parah. Namun, karena di daerah terpencil tidak ada fasilitas kesehatan yang memadai dan harus memanggil ambulans lama sekali.
"Akhirnya Gus Dur harus memangku ayahnya. Kepala ayahnya di pangkuan Gus Dur dan mengembuskan nafas terakhir menghadap Allah SWT. Kita tidak ingin itu terjadi lagi di negara kita. Karena itulah saya mendukung Ganjar-Mahfud. Karena janji mereka membangunkan satu desa satu puskesmas," katanya.
Selain itu, lanjut dia, Ganjar-Mahfud juga sangat perhatian dan paham terhadap kebutuhan anak-anak akan pendidikan sehingga memiliki program satu keluarga miskin satu sarjana. "Kalau sudah sarjana kerjanya gampang. Jadi negara akan mendukung setiap keluarga agar anaknya bisa menjadi sarjana dan kemudian membantu ekonomi keluarga," tukasnya.
Berikutnya, Ganjar-Mahfud memperhatikan juga guru ngaji, ibu majelis taklim, dan para marbot masjid dengan memberikan insentif kepada mereka. "Jadi Ganjar-Mahfud kenapa begitu karena datangnya dari kalangan santri," pungkasnya.
(rca)