Peringati Hari Solidaritas Internasional Palestina, Tokoh Perempuan Desak Hentikan Agresi Israel di Gaza

Minggu, 26 November 2023 - 01:32 WIB
loading...
A A A
Hal yang sama diungkapkan Roziana Ghani dan Dewi Inong Irana. Mereka mengatakan bahwa agresi militer Israel sangat merusak kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak dan bayi yang terluka parah. Luka parah tersebut bisa menyebabkan infeksi berat.

Apalagi dengan tidak adanya obat-obatan dan tenaga medis serta tempat pengobatan yang layak. Akibatnya bisa nyeri yang sangat parah, penderitaan yang sangat mengerikan untuk anak dan wanita, cacat, dan kematian.

"Oleh karena itu, perlu bantuan medis untuk rehabilitasi pascaagresi yang akan menjadi pekerjaan jangka panjang," kata dr Dewi.

Mewakili tokoh agama di kalangan perempuan Syifa menegaskan urgensi para tokoh agama untuk tidak berhenti bersuara tentang Palestina dalam majelis ilmu, khususnya tentang Gaza. Hal senada disampaikan Ustadzah Tere. Kata dia, Palestina adalah isu kemanusiaan, bukan isu SARA. la menekankan bahwa cukup menjadi manusia untuk membela Palestina.

Sedangkan Evi Risna Yanti berpendapat, apa yang terjadi di Gaza pada saat ini merupakan pelanggaran terhadap Hukum Humaniter Internasional (HHI) oleh Israel secara terang-terangan. Hal ini terjadi sekarang karena Israel seolah memiliki impunitas, bahkan didukung oleh negara-negara pemegang hak veto PBB.

Israel juga melakukan pelanggaran terhadap pers, yang seharusnya mendapatkan perlindungan dalam perang. Bahkan dengan sengaja menargetkan para jurnalis agar tidak dapat memberitakan apa yang sebenarnya terjadi di Gaza.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Dazen Vrilla yang merupakan publik speaker dan jurnalis. Menurutnya, yang saat ini paling ditakuti oleh Israel adalah para netizen, karena memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menciptakan awareness terhadap genosida yang dilakukan Israel.

Sejalan dengan itu, menurut Vendryana, sangat penting untuk terus menyuarakan Gaza dan Palestina, meskipun agresi sudah berakhir. Sebagai influencer sekaligus pegiat parenting, ia mengatakan bahwa sosial media merupakan sarana yang sangat efektif untuk menyuarakan kepedulian.

Adapun Asma Nadia, selaku penulis menyampaikan bahwa bersuara untuk Palestina harus dilakukan, karena saat ini diam bukanlah berarti netral.

"Pernahkah kita berfikir bahwa kediaman kita akan membawa korban jatuh lebih banyak. Bahwa kediaman kita adalah serupa dengan membiarkan pembunuhan terjadi ketika kita mungkin masih bisa berbuat sesuatu," kata Asma.

"Apa yang terjadi di Gaza dan Palestina hari ini adalah dampak dari penjajahan, dan oleh karena itu perempuan Indonesia harus terus menyuarakan Palestina hingga dapat merdeka," tambah Fahira Idris.

Senada dengan itu, berbicara sebagai anggota Komisi X DPR RI Desy Ratnasari mengajak melakukan apa pun yang bisa, seperti berdoa, berdonasi, bergerak, dan tidak berhenti untuk menyuarakan Palestina.

"Kita bisa menyumbangkan tenaga dan pikiran kita untuk menggugah pimpinan negara kita. Mereka yang memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengambil kebijakan dan keputusan membantu saudara-saudara kita di Palestina. Bahwa perang membawa duka terutama bagi ibu dan anak, sudah banyak ibu dan anak menjadi sasaran perang,” katanya.

Desin Frila, perwakilan Jurnalis, mengutarakan, pers menurut hukum Internasional harusnya aman dari konflik maupun perang dan harus dilindungi. Namun justru dalam konflik ini pers malah menjadi sasaran.

"Mari kita lakukan boikot produk-produk Israel dan dorong pesan-pesan kemanusiaan melalui jaringan sosial media untuk mendukung kemerdekaan Palestina,” tukasnya.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1254 seconds (0.1#10.140)