40% Pengguna Narkoba Pelajar & Mahasiswa

Rabu, 15 November 2017 - 08:56 WIB
40% Pengguna Narkoba...
40% Pengguna Narkoba Pelajar & Mahasiswa
A A A
JAKARTA - Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut pengguna narkoba di Indonesia mencapai 5,1 juta orang, dan itu terbesar di Asia. Dari jumlah itu, 40% di antaranya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. “Ada yang penasaran lalu mencoba, ada yang sudah berapa kali terus ketagihan, dan ada yang sudah kecanduan lalu jadi bandar. Yang coba-coba pakai saja jumlahnya hampir 1,2 juta orang.

Mereka umumnya pelajar SD hingga perguruan tinggi,” ungkap Kepala Bagian Humas BNN Kombes Pol Sulistiandriatmoko dalam diskusi bertema “Stop Narkoba, Save Generasi Muda” di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kemarin.

Menurut Sulis, panggilan akrab Sulistiandriatmoko, saat ini diperkirakan terdapat 200 narkotika jenis baru didunia.

Dari jumlah itu, yang sudah terdeteksi beredar di Indonesia mencapai sebanyak 68 jenis narkoba, sedangkan yang baru masuk Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) dan Undang-Undang Narkotika sebanyak 60 jenis.

“Sisanya delapan jenis narkoba baru belum masuk ke dalam ketentuan tersebut,” ujarnya.

Sulis mengakui BNN belum berhasil melakukan pencegahan karena darurat narkoba ini tidak didukung institusi lain baik negeri maupun swasta. Dia mencontohkan kegiatan melakukan tesurine, pemerintah daerah masih meminta bantuan dana dari BNN padahal seharusnya mereka sudah menganggarkan.

“Kami sudah berdarah-darah melakukan pencegahan, tapi tidak didukung instansi lain. Pemberantasan narkoba ini tidak bisa hanya mengandalkan BNN, semua pihak terlibat,” katanya.

Sulis menjelaskan, Indonesia darurat narkoba karena penyelundupannya marak dan penggunanya banyak. Penyelundupan paling banyak dilakukan di Selat Malaka.

Modusnya beragam, ada yang dimasukkan ke dalam tiang pancang, barang elektronik, pemoles sepatu, dan sebagainya. Celakanya, narkoba ini dikendalikan narapidana dari dalam tahanan.

Kemudian untuk menghindari sergapan polisi dan hukuman mati, transaksi dilakukan di tengah laut. “Saya ingin katakan bahwa di balik pengungkapan 1 ton sabu sebenarnya ada 4 ton yang sudah beredar di masyarakat,” tandasnya.

Lebih jauh Sulis mengatakan, dalam menangani masalah narkoba, ada tiga pendekatan yang dilakukan, yakni pendekatan supply reduction , demand reduction, dan harm reduction.

BNN memakai dua di antara pendekatan tersebut, yakni pendekatan supply reduction dan demand reduction.‎ Pendekatan supply reduction diketahui bertujuan memutus mata rantai pemasok narkotika mulai dari produsen sampai jaringan pengedarnya, sedangkan pendekatan demand reduction memutus mata rantai para pengguna.

Untuk supply reduction, BNN bisa dinilai sukses menjalankannya. Namun, dalam hal demand reduction, itu belum berhasil dilakukan karena keterbatasan anggaran dan personel yang ada untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

“Total seluruh personel yang dimiliki BNN, baik di tingkat pusat, provinsi, kota atau kabupaten sebanyak 4.700 orang. Padahal idealnya yakni 74.000 personel,” papar Sulis.

Anggaran satu tahun untuk seluruh BNN baik pusat, provinsi, kota atau kabupaten senilai Rp1,3 triliun satu setahun.

Sebesar 70% di antaranya digunakan untuk membayar gaji pegawai, sedangkan sisanya yang 30% untuk pencegahan, rehabilitasi, pemberdayaan masyarakat, dan peberantasan narkoba. “Hanya semangat yang kami punya untuk mengungkap berton-ton sabu, narkotika yang lain,” kata Sulis.

Analisis Kebijakan Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Kombes Pol Alexander Timisela, yang juga sebagai pembicara mengatakan, dari sekitar 100.000 orang yang menjadi tersangka kasus tindak pidana narkoba, 40% di antaranya anak usia muda.

Menurut dia, banyak kasus anakmuda terjerat obat terlarang karena faktor coba-coba. Selain itu, karena faktor pengaruh ajakan dari teman dan pengaruh pergaulan. Padahal narkoba bisa merusak generasi muda bangsa. Misalnya, menjadi suka berbuat yang brutal, tawuran, atau mendorong anak muda bertindak kriminal.

“Bahkan, ada beberapa kasus yang tidak kami ungkap, mereka menjadi korban dan melakukan prostitusi,” papar Alexander. Dia menegaskan bahwa generasi muda harus diselamatkan. Apalagi, pemerintah sudah menetapkan darurat narkoba.

Cara menyelamatkan generasi muda dari pengaruh narkoba bisa lewat berbagai cara. “Melalui agama, pergaulan yang sehat, dan pengawasan orang tua yang berkelanjutan,” ucapnya Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso sebelumnya mengungkapkan, saat ini ada 72 jaringan pengedar narkotika internasional dari 11 negara menjadi penyuplai narkotika ke Indonesia.

Bagi mereka, Indonesia menjadi pangsa pasar besar dan bagus untuk melepas produk baru tersebut. Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur menjadi gerbang masuknya narkotika karena berdekatan dengan negara tetangga.

Produk dari China mendominasi. Pada 2016 ada 250 ton narkotika asal China yang masuk. Ditambah prekusor atau bahan pemula untuk membuat narkotika sebanyak 1.097,6 ton. “Pada 2016 kami hanya bisa mengamankan 3,4 ton sabu, sementara yang masuk lebih dari 300 ton,” ucapnya. (M Yamin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0994 seconds (0.1#10.140)