KSAD Berikan Tali Asih ke Ponpes Sulaimaniyah dan Panti Asuhan Dayah Nurul Huda Aceh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Agus Subiyanto memberikan tali asih kepada Pondok Pesantren (Ponpes) Sulaimaniyah, Sabang dan Panti Asuhan Dayah Nurul Huda, Desa Ajee Cut, Banda Aceh.
Waasintel Kasad Bidang Jemen Intel Brigjen TNI Antoninho Rangel Da Silva menjelaskan, pemberian bantuan ini merupakan pelaksanaan Program Pembinaan Komunikasi (Binkom) Cegah Konflik Sosial Spaban 1 Sintelad sekaligus implementasi UU TNI No. 34 Tahun 2004 sub Pasal 12 yaitu membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan.
”Selain itu, kegiatan tersebut juga merupakan bagian dari implementasi 8 Wajib TNI yaitu menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya,” ujarnya, Sabtu (18/11/2023).
Tidak hanya itu, lanjut dia, pemberian tali asih juga merupakan perwujudan dari Perintah Harian KSAD yaitu, TNI AD harus hadir di tengah-tengah kesulitan masyarakat apa pun bentuknya dan senantiasa menjadi solusi serta melakukan tindakan-tindakan yang berdampak terhadap kesejahteraan rakyat agar mampu menumbuhkan kecintaan dan kasih sayang rakyat kepada TNI AD.
“Bantuan tali asih kali ini melibatkan enam gadis solehah asli Aceh. Mereka sangat tangguh dan berwawasan luas sehingga mau mengorbankan diri untuk bergabung dalam kegiatan sosial melayani masyarakat,” ujarnya.
Keenam gadis solehah tersebut terdiri dari dua anggota Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) yakni, Serda (K) Rini Miya Fikrita dan Serda (K) Jihan Alvani Aziz serta empat mahasiswi Aceh sebagai relawan. Mereka adalah Jihan Bahira dan Tirta Fitrya, mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Muhammadiyah Banda Aceh. Serta Raysa Ayu dan Natasya Dihandra.
”Para gadis tangguh ini dengan sukarela tanpa pamrih ikut membantu kegiatan bantuan tali asih dari Jenderal TNI Agus Subiyanto demi kepentingan masyarakat sekitarnya,” katanya.
Pengorbanan keenam gadis tangguh ini mengingatkan kembali kepada pahlawan nasional yaitu, Cut Nyak Dien yang terkenal berkat kegigihannya melawan Belanda saat perang Aceh dan Raden Ajeng Kartini, yang berjuang untuk kesetaraan hak perempuan dan hak perempuan untuk meraih Pendidikan.
“Jadi perjuangan untuk mengisi bangsa ini bukan hanya dipelopori oleh kaum laki-laki semata namun peran kaum wanita juga sangat berpengaruh dalam membangun negara kita tercinta ini,” kata dia.
Antoninho berharap contoh dan teladan yang ditunjukkan keenam perempuan Aceh tersebut bisa menjadi motivasi bagi perempuan Indonesia lainnya untuk berperan serta dalam berbuat kebaikan kepada sesama manusia yang membutuhkan.
”Ternyata masih ada gadis-gadis tangguh di zaman now yang memiliki jiwa kejuangan dan pengorbanan tinggi untuk mengambil bagian dalam membela Tanah Air tercinta melalui kegiatan sosial melayani masyarakat. Mereka adalah generasi penerus bangsa yang memiliki motivasi dan jiwa rela berkorban untuk mendukung kegiatan sosial,” katanya.
Sikap rela berkorban jiwa, raga, waktu, dan tenaga untuk membantu masyarakat, kata dia, karena mereka sangat mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
”Kita perlu memberi apresiasi positif atas emansipasi keenam gadis muslimah ini. Semoga di kemudian hari akan ada gadis tangguh lainnya yang menjadi perisai bangsa dalam membantu kesulitan rakyat baik nasional, regional maupun global,” paparnya.
Antoninho menambahkan, keenam gadis ini adalah contoh dari miniatur dan barometer muslimah Indonesia yang patut dijadikan figur dan diikuti oleh seluruh wanita Indonesia lainnya maupun dunia internasional. Sebab mereka sangat mengutamakan pentingnya sebuah persatuan dan kesatuan bangsa yang hakiki dalam prespektif national security di Bumi Nusantara.
”Semoga akan lahir gadis-gadis Milenial yang memiliki jiwa patriotisme, nasionalisme yang tinggi serta jiwa militansi yang kokoh untuk berbakti kepada negara dan bangsa tercinta tanpa pamrih,” ucapnya.
Usai membantu menyalurkan bantuan tali asih, mereka kemudian berkumpul di posko dan saling berbagi cerita tentang indahnya bumi Nusantara ke depan apabila semua warga negara bisa saling memahami, menghormati, dan menghargai perbedaan suku, ras serta agama antara satu dengan yang lain. Termasuk merawat kebersamaan serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa secara utuh.
“Jika diimplementasikan maka bisa mewujudkan ketahanan nasional yang tangguh sehingga Indonesia di 2045 akan menjadi negara yang sangat kuat di dunia. Rawatlah keberagaman ini. We love Indonesia forever,” ucap Tirta Fitrya mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Muhammadiyah Banda Aceh.
Waasintel Kasad Bidang Jemen Intel Brigjen TNI Antoninho Rangel Da Silva menjelaskan, pemberian bantuan ini merupakan pelaksanaan Program Pembinaan Komunikasi (Binkom) Cegah Konflik Sosial Spaban 1 Sintelad sekaligus implementasi UU TNI No. 34 Tahun 2004 sub Pasal 12 yaitu membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan.
”Selain itu, kegiatan tersebut juga merupakan bagian dari implementasi 8 Wajib TNI yaitu menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya,” ujarnya, Sabtu (18/11/2023).
Tidak hanya itu, lanjut dia, pemberian tali asih juga merupakan perwujudan dari Perintah Harian KSAD yaitu, TNI AD harus hadir di tengah-tengah kesulitan masyarakat apa pun bentuknya dan senantiasa menjadi solusi serta melakukan tindakan-tindakan yang berdampak terhadap kesejahteraan rakyat agar mampu menumbuhkan kecintaan dan kasih sayang rakyat kepada TNI AD.
“Bantuan tali asih kali ini melibatkan enam gadis solehah asli Aceh. Mereka sangat tangguh dan berwawasan luas sehingga mau mengorbankan diri untuk bergabung dalam kegiatan sosial melayani masyarakat,” ujarnya.
Keenam gadis solehah tersebut terdiri dari dua anggota Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) yakni, Serda (K) Rini Miya Fikrita dan Serda (K) Jihan Alvani Aziz serta empat mahasiswi Aceh sebagai relawan. Mereka adalah Jihan Bahira dan Tirta Fitrya, mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Muhammadiyah Banda Aceh. Serta Raysa Ayu dan Natasya Dihandra.
”Para gadis tangguh ini dengan sukarela tanpa pamrih ikut membantu kegiatan bantuan tali asih dari Jenderal TNI Agus Subiyanto demi kepentingan masyarakat sekitarnya,” katanya.
Pengorbanan keenam gadis tangguh ini mengingatkan kembali kepada pahlawan nasional yaitu, Cut Nyak Dien yang terkenal berkat kegigihannya melawan Belanda saat perang Aceh dan Raden Ajeng Kartini, yang berjuang untuk kesetaraan hak perempuan dan hak perempuan untuk meraih Pendidikan.
“Jadi perjuangan untuk mengisi bangsa ini bukan hanya dipelopori oleh kaum laki-laki semata namun peran kaum wanita juga sangat berpengaruh dalam membangun negara kita tercinta ini,” kata dia.
Antoninho berharap contoh dan teladan yang ditunjukkan keenam perempuan Aceh tersebut bisa menjadi motivasi bagi perempuan Indonesia lainnya untuk berperan serta dalam berbuat kebaikan kepada sesama manusia yang membutuhkan.
”Ternyata masih ada gadis-gadis tangguh di zaman now yang memiliki jiwa kejuangan dan pengorbanan tinggi untuk mengambil bagian dalam membela Tanah Air tercinta melalui kegiatan sosial melayani masyarakat. Mereka adalah generasi penerus bangsa yang memiliki motivasi dan jiwa rela berkorban untuk mendukung kegiatan sosial,” katanya.
Sikap rela berkorban jiwa, raga, waktu, dan tenaga untuk membantu masyarakat, kata dia, karena mereka sangat mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
”Kita perlu memberi apresiasi positif atas emansipasi keenam gadis muslimah ini. Semoga di kemudian hari akan ada gadis tangguh lainnya yang menjadi perisai bangsa dalam membantu kesulitan rakyat baik nasional, regional maupun global,” paparnya.
Antoninho menambahkan, keenam gadis ini adalah contoh dari miniatur dan barometer muslimah Indonesia yang patut dijadikan figur dan diikuti oleh seluruh wanita Indonesia lainnya maupun dunia internasional. Sebab mereka sangat mengutamakan pentingnya sebuah persatuan dan kesatuan bangsa yang hakiki dalam prespektif national security di Bumi Nusantara.
”Semoga akan lahir gadis-gadis Milenial yang memiliki jiwa patriotisme, nasionalisme yang tinggi serta jiwa militansi yang kokoh untuk berbakti kepada negara dan bangsa tercinta tanpa pamrih,” ucapnya.
Usai membantu menyalurkan bantuan tali asih, mereka kemudian berkumpul di posko dan saling berbagi cerita tentang indahnya bumi Nusantara ke depan apabila semua warga negara bisa saling memahami, menghormati, dan menghargai perbedaan suku, ras serta agama antara satu dengan yang lain. Termasuk merawat kebersamaan serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa secara utuh.
“Jika diimplementasikan maka bisa mewujudkan ketahanan nasional yang tangguh sehingga Indonesia di 2045 akan menjadi negara yang sangat kuat di dunia. Rawatlah keberagaman ini. We love Indonesia forever,” ucap Tirta Fitrya mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Muhammadiyah Banda Aceh.
(hab)