5 Fakta Menarik Tentang Ibnu Sutowo, Nomor 3 Kakek Mertua Dian Sastro

Rabu, 08 November 2023 - 05:54 WIB
loading...
5 Fakta Menarik Tentang Ibnu Sutowo, Nomor 3 Kakek Mertua Dian Sastro
Fakta menarik tentang Letnan Jenderal (Letjen) TNI (Purn) Ibnu Sutowo menarik untuk diketahui. FOTO/DOK.National Press Club of Indonesia - perpustakaan.kpk.go.id
A A A
JAKARTA - Fakta menarik tentang Letnan Jenderal (Letjen) TNI (Purn) Ibnu Sutowo menarik untuk diketahui. Mulai dari sebagai bos perusahaan negara dalam bisnis minyak dan gas hingga kaitannya dengan Dian Sastrowardoyo .

Sutowo adalah orang penting di era Presiden Soekarno dan Soeharto. Dia memiliki pengalaman segudang. Salah satunya pernah menjadi dokter pada Gouverment Indische Arts Malariabestrijding di Batavia (2 Juli 1940-31 Agustus 1940).

Setelahnya, dokter pada Rumah Sakit Plaju, Sungai Gerong, Palembang (31 Agustus 1940-16 September 1945). Kemudian, Kepala Rumah Sakit Plaju, Sungai Gerong, Palembang (16 September 1945-16 Desember 1945).

Lalu, Kepala Rumah Sakit Umum Palembang (16 Desember 1945-1947) dan bergabung dengan TRI Darat kemudian menjadi TNI Angkatan Darat (5 Desember 1946).

Setelah itu, Kepala Jawatan Kesehatan Tentara Divisi II / Garuda kemudian pada 1948 berganti nama menjadi Sub Komandemen Sumatera Selatan serta pada 1950 berganti nama menjadi Tentara Teritorium II / Sriwijaya (5 Desember 1946-16 Juni 1951).

Selanjutnya, Kepala Staf Sub Komandemen Sumatera Selatan (18 Februari 1948-9 Juni 1949). Dia juga pernah menjadi Kepala Staf Daerah Militer Istimewa Sumatera Selatan (9 Juni 1949-9 Desember 1949).

Jabatan lain yang pernah dia emban di antaranya Kepala Staf Tentara Teritorium II / Sriwijaya (9 Desember 1949-11 Juni 1955), Kepala DKAD Teritorium II merangkap Kepala DKAD Teritorium I (17 Juni 1951-11 Juni 1955), Panglima Tentara Teritorium II / Sriwijaya (11 Juni 1955-2 Juli 1956).

Selain itu, Asisten IV Kepala Staf Angkatan Darat (2 Juli 1956-25 Agustus 1958), Deputi II Bidang Operasi Kepala Staf Angkatan Darat merangkap Deputi Pelaksana Perang Pusat (29 Desember 1956-Juli 1959), Direktur Utama PT Permina (10 Desember 1957-9 Oktober 1968).

Inspektur Teritorial & Perlawanan Rakyat Markas Besar Angkatan Darat (25 Agustus 1958-Juli 1959), Kepala Jawatan Minyak Gas dan Bumi kemudian menjadi Biro Minyak Gas dan Bumi Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan (18 Oktober 1960-13 November 1963).

Kepala Direktorat Minyak Gas dan Bumi pada Pembantu Menteri Perindustrian Dasar & Pertambangan Bidang Pertambangan dan Urusan Perusahaan Tambang Negara (13 November 1963-27 Agustus 1964), Gubernur Indonesia untuk Organization of the Petroleum Exporting Countries / Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada 1965.

Menteri Urusan Minyak Gas dan Bumi pada Kabinet Dwikora II dan Dwikora III (21 Februari 1966-25 Juli 1966), Direktur Jenderal Minyak Gas & Bumi di Departemen Pertambangan pada Kabinet Ampera I, Kabinet Ampera II serta Kabinet Pembangunan I merangkap Penasihat Presiden R.I Bidang Industri / Pembangunan (25 Juli 1966-6 Juni 1968).

Direktur Utama PT Pertamina (9 Oktober 1968-3 Maret 1976), Ketua Otorita Batam, dan pensiun pada 1976. Ibnu Sutowo meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta pada 12 Januari 2001.

Berikut fakta-fakta menarik tentang Ibnu Sutowo:

1. Direktur Pertama Pertamina


Pria kelahiran Yogyakarta, 23 September 1914 ini merupakan direktur utama pertama Pertamina. Dikutip dari laman resmi Perpusnas, Ibnu Sutowo adalah tokoh yang mengembangkan Permina, perusahaan minyak negara yang kemudian berubah nama menjadi Pertamina.

Dia ditunjuk oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) saat itu Jenderal Besar TNI (Purn) Dr. (H.C.) Abdul Haris Nasution untuk mengelola PT Tambang Minyak Sumatera Utara (PT Permina).

Setelah tamat dari pendidikan kedokteran di Surabaya pada 1940, Ibnu Sutowo bekerja sebagai dokter di Palembang dan Martapura. Dia sempat bertugas sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Tentara Sumatera Selatan (1946-1947) setelah masa kemerdekaan.

Sutowo menjabat sebagai Panglima TT-II Sriwijaya pada 1955. Kemudian, dia pada 1957 diberi tugas mengelola PT Tambang Minyak Sumatera Utara (PT Permina).

Pada 1968, perusahaan ini bergabung (merger) dengan perusahaan minyak milik negara lain hingga menjadi PT. Pertamina. Pertamina dilanda krisis pada 1975 dan Sutowo diberhentikan sebagai Dirut Pertamina.

2. Ayah Ketua Umum KB FKPPI


Ibnu Sutowo menikah dengan Zaleha binti Syafe'ie dinikahinya pada 12 September 1943 dan dikaruniai tujuh anak. Mereka adalah Nuraini Zaitun Kamarukmi Luntungan, Endang Utari Mokodompit, Widarti, Pontjo Nugroho Susilo, Sri Hartati Wahyuningsih, Handara, dan Adiguna.

Anak keempat mereka, Pontjo Nugroho Susilo atau Pontjo Sutowo adalah Ketua Umum Keluarga Besar (KB) Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI). Pontjo kembali terpilih sebagai Ketua Umum KB FKPPI periode 2021-2016 dalam pemilihan yang dilakukan dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke X yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa-Rabu (21-22/12/2021).

Pontjo juga merupakan Ketua Aliansi Kebangsaan sekaligus Pemilik PT Indobuildco, pengelola Hotel Sultan Jakarta.

3. Kakek Mertua Dian Sastro


Ibnu Sutowo juga merupakan kakek mertua artis Dian Sastrowardoyo, pemeran Cinta dalam film “Ada Apa dengan Cinta?”. Dian Sastro menikah dengan Maulana Indraguna Sutowo pada 18 Mei 2010.

Maulana Indraguna Sutowo merupakan cucu dari Ibnu Sutowo. Ayah Maulana adalah anak bungsu Ibnu Sutowo, Adiguna Sutowo.

4. Jadi Nama Rumah Sakit Umum Daerah


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.H.Ibnu Sutowo Baturaja Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) berawal dari sebuah klinik kesehatan yang dibuat dan dibangun oleh pemerintahan kolonial belanda pada 1936 dari hasil pungutan cuka para (karet), dengan kesepakatan 13 marga sebagaimana dilansir dari laman resmi RSUD Ibnu Sutowo.

Saat itu, klinik tersebut terdiri dari Poliklinik, IGD, Zaal Laki-laki dan Perempuan, Zaal khusus Penyakit Jiwa, dan Kamar Mayat. Kemudian, jumlah ketenagaan terdiri dari 1 orang dokter dari Belanda dan beberapa perawat.

Klinik ini berubah menjadi rumah sakit setelah penyerahan kedaulatan RI pada 1948 dan diberi nama RS Budiman yang dipimpin oleh seorang dokter Belanda Zr.Josi (dari rumah sakit Pringsewu) pada 1948-1951. Selanjutnya, RS Budiman berubah menjadi RSUD Baturaja pada 1952.

Melalui perkembangan zaman sejak dari bedirinya sampai sekarang bahkan melalui masa-masa kritis pada zaman perang kemerdekaan dan di masa pelaksanaan pembangunan, Rumah Sakit Umum Baturaja telah berulang kali direhab dan dibangun serta diperluas sampai menjadi rumah sakit Type C melalui Surat Keputusan Kepala Daerah Tingkat II Ogan Komering Ulu Nomor : 4 Tahun 1993 tanggal 30 Juni 1993 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Ogan Komering Ulu Nomor : 8 Tahun 1993 tanggal 7 Juli 1993 serie D.

Setelah itu, pada 16 September 2002 melalui peraturan daerah kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor: 20 tahun 2002 RSUD Baturaja berubah nama menjadi RSUD Dr.H.Ibnu Sutowo Baturaja.

Lalu, pada 1 Januari 2014 RSUD Dr.H.Ibnu Sutowo sudah berubah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui penerapan manajemen keuangan berbasis hasil dalam pengelolaan keuangan, sehingga kualitas layanan publik, cepat, efisien, dan efektif dapat dinikmati masyarakat. Pada 17 Juli 2014 telah diresmikan Pelayanan Hemodialisa.

5. Jadi Nama Perpustakaan


Selain menjadi nama RSUD, Ibnu Sutowo juga dijadikan nama perpustakaan Kantor Pusat Pertamina pada Rabu, 5 Maret 2014, yakni The Ibnu Sutowo Library. Dikutip dari laman resmi Pertamina, Revitalisasi perpustakaan juga sudah dilakukan, termasuk penerapan 9001:2008 yang disahkan oleh British Standard Institution (BSI).

Nama The Ibnu Sutowo Library diresmikan oleh Direktur Umum Luhur Budi Djatmiko pada Rabu, 5 Maret 2014 di Gedung Utama Pertamina. Peresmian itu disaksikan juga oleh Komisaris Utama Sugiharto, Direktur Keuangan Andri T Hidayat, Direktur PIMR M. Afdal Bahaudin, dan Vice President Investor Relations Achmad Herry S.

Hadir juga keluarga almarhum Ibnu Sutowo, Guru Besar Ilmu dan Informasi Perpustakaan Universitas Indonesia Profesor Sulistyo Basuki, serta sastrawan dan penyair terkemuka Indonesia, Taufik Ismail. Para tamu tersebut menerima penghargaan dari Pertamina atas dedikasi untuk negeri.

Saat peresmian itu, Achmad Herry selaku Vice President Investor Relations Pertamina mengungkapkan alasan penggunaan nama ini karena Ibnu Sutowo berjasa besar pada berdirinya perpustakaan Pertamina. “Pak Ibnu Sutowo adalah tokoh yang menggagas pendirian perpustakaan Pertamina,” ujar Herry.

Dia menjelaskan, Ibnu Sutowo menaruh perhatian sangat besar pada dunia literasi. Dia menambahkan, Ibnu Sutowo menginginkan agar pengetahuan seluruh karyawan Pertamina dapat selalu dikembangkan.
(rca)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1328 seconds (0.1#10.140)