Dubes RI untuk RRT Berbagi Pengalaman China Atasi Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) kembali menggelar diskusi online via Zoom. Diskusi mengusung tema utama, "Belajar dari Dunia Mengatasi Covid-19", Rabu (29/4/2020) malam.
Diskusi menghadirkan Duta Besar RI untuk Tiongkok (China) merangkap Mongolia, Djauhari Oratmangun sebagai narasumber. Dua narasumber lainnya, dr. Tirta yang merupakan Co-Founder Kurir Kebaikan serta M. Ageng Dendy, sekretaris jenderal (sekjen) DPP GMNI.
Diskusi garapan DPP GMNI Bidang Riset dan Teknologi ini dipandu Charis Subarkha. Dalam diskusi ini, narasumber bergantian menyampaikan paparannya. Dimulai dari Dubes RI untuk Tiongkok itu. (Baca juga: Jabar Sepakat Ajukan PSBB Tingkat Provinsi)
Disampaikan Djauhari, beberapa kebijakan dari Pemerintah China ata Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang telah dilakukan sejauh ini yaitu pembangunan infrastruktur kesehatan seperti rumah sakit sementara, tempat layanan pemeriksaan. Lalu mobilisasi tenaga medis ke Provinsi Hubei yang menjadi epicentrum wabah virus Corona atau Covid-19.
"Kebijakan wajib menggunakan masker juga menuntut untuk China penyediaan masker secara masif. Maka pemerintah china mengalihfungsikan pabrik-pabrik menjadi industri alat kesehatan, dan menjadikan china suplayer utama alat kesehatan di dunia," katanya.
Pemerintah China juga menerapkan kebijakan memperpanjang masa physical distancing. Dan tak mengizinkan warga untuk berpergian keluar daerah termasuk pulang ke kampung halaman. Serta meliburkan sekolah-sekolah, membatalkan even besar, menunda sidang tahunan partai penguasa.
"Dalam sektor ekonomi Pemerintah China memberikan bantuan kepada kalangan yg paling terpukul, memberikan insentif kepada UKM, karena sebagai salah satu penopang utama ekonomi china," lanjut Djauhari.
Pada Desember, total cadangan devisa China mencapai USD 3,3 triliun, atau setara 25-30 kali cadangan devisa negara Indonesia. Sekarang ini tersisa USD 3,1 trilun yg telah terpakai untuk penanggulangan corona.
Langkah lain juga dilakukan China seperti transparency and coordinated action yang melaporkan perkembangan secara transparan dan diverifikasi oleh WHO.
Pemerintah China juga fokus pada kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mempercepat penelitian dan pengembangan tes obat antibodi dan obat tradisional. Serta melanjutkan pada uji coba teknis agar dapat melihat tingkat keberhasilannya.
"Kerja sama Indonesia dan China juga telah dilakukan. Dalam private sector, investor-investor china mengirimkan bantuan ke Indonesia yang salah satunya mengirimkan ventilator dan PCR," bebernya.
Setelah Djauhari, narasumber selanjutnya dr. Tirto. Dokter muda ini berbagi cerita mengenai kondisi dan pengalamannya sebagai tenaga medis dalam penanganan virus ini.
"Para relawan mengalami kelelahan secara mental dalam membantu penanggulangan Covid-19. Masyarakat Indonesia yg masih belum memiliki kesadaran tentang ancaman Covid-19. Padahal virus ini siap menyerang siapapun itu," katanya.
Dia berharap masyarakat saling membantu dalam kondisi pandemi ini. Dengan peran yang dimiliki masing-masing individu. Dan tetap positif thinking, tetap tenang, jangan takut, tapi tetap waspada. "Covid-19 adalah sebuah ancaman, tapi tidak harus takut berlebihan," tuturnya.
Berikutnya, Sekjen DPP GMNI, M. Ageng Dendy yang memaparkan pandangannya. Di tengah pandemi ini, mantan ketua Korda GMNI Jawa Timur itu mengimbau seluruh anggota dan kader GMNI untuk tetap kritis dalam keadaan seperti ini.
"Jangan berpasrah diri dan diam. Tapi bagaimana kita bisa memberikan masukan-masukan yang logis dan bisa dipertimbangkan pemerintah. Kita juga harus punya kesadaran untuk bergerak bersama," katanya.
Garis besar diskusi ini sebagai wadah menambah referensi, belajar secara detail tentang kebijakan, program dan langkah langkah yang dilakukan di negara Tiongkok.
Diskusi tersebut merupakan Progam Bidang Riset dan Teknologi DPP GMNI, acara tersebut sengaja diadakan secara rutin oleh bidang ristek guna belajar secara detail tentang kebijakan, program dan langkah langkah yang dilakukan di negara Tiongkok.
Diskusi ini merupakan rangkaian diskusi online yang kelima dilaksanakan DPP GMNI Bidang Riset dan Teknologi. Pertama, diskusi online bersama Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia. Kemudian dengan Atdikbud Belanda. Yang ketiga dengan Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI Agus Widjojo. Keempat, bersama Dubes RI untuk Vietnam.
Diskusi menghadirkan Duta Besar RI untuk Tiongkok (China) merangkap Mongolia, Djauhari Oratmangun sebagai narasumber. Dua narasumber lainnya, dr. Tirta yang merupakan Co-Founder Kurir Kebaikan serta M. Ageng Dendy, sekretaris jenderal (sekjen) DPP GMNI.
Diskusi garapan DPP GMNI Bidang Riset dan Teknologi ini dipandu Charis Subarkha. Dalam diskusi ini, narasumber bergantian menyampaikan paparannya. Dimulai dari Dubes RI untuk Tiongkok itu. (Baca juga: Jabar Sepakat Ajukan PSBB Tingkat Provinsi)
Disampaikan Djauhari, beberapa kebijakan dari Pemerintah China ata Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang telah dilakukan sejauh ini yaitu pembangunan infrastruktur kesehatan seperti rumah sakit sementara, tempat layanan pemeriksaan. Lalu mobilisasi tenaga medis ke Provinsi Hubei yang menjadi epicentrum wabah virus Corona atau Covid-19.
"Kebijakan wajib menggunakan masker juga menuntut untuk China penyediaan masker secara masif. Maka pemerintah china mengalihfungsikan pabrik-pabrik menjadi industri alat kesehatan, dan menjadikan china suplayer utama alat kesehatan di dunia," katanya.
Pemerintah China juga menerapkan kebijakan memperpanjang masa physical distancing. Dan tak mengizinkan warga untuk berpergian keluar daerah termasuk pulang ke kampung halaman. Serta meliburkan sekolah-sekolah, membatalkan even besar, menunda sidang tahunan partai penguasa.
"Dalam sektor ekonomi Pemerintah China memberikan bantuan kepada kalangan yg paling terpukul, memberikan insentif kepada UKM, karena sebagai salah satu penopang utama ekonomi china," lanjut Djauhari.
Pada Desember, total cadangan devisa China mencapai USD 3,3 triliun, atau setara 25-30 kali cadangan devisa negara Indonesia. Sekarang ini tersisa USD 3,1 trilun yg telah terpakai untuk penanggulangan corona.
Langkah lain juga dilakukan China seperti transparency and coordinated action yang melaporkan perkembangan secara transparan dan diverifikasi oleh WHO.
Pemerintah China juga fokus pada kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mempercepat penelitian dan pengembangan tes obat antibodi dan obat tradisional. Serta melanjutkan pada uji coba teknis agar dapat melihat tingkat keberhasilannya.
"Kerja sama Indonesia dan China juga telah dilakukan. Dalam private sector, investor-investor china mengirimkan bantuan ke Indonesia yang salah satunya mengirimkan ventilator dan PCR," bebernya.
Setelah Djauhari, narasumber selanjutnya dr. Tirto. Dokter muda ini berbagi cerita mengenai kondisi dan pengalamannya sebagai tenaga medis dalam penanganan virus ini.
"Para relawan mengalami kelelahan secara mental dalam membantu penanggulangan Covid-19. Masyarakat Indonesia yg masih belum memiliki kesadaran tentang ancaman Covid-19. Padahal virus ini siap menyerang siapapun itu," katanya.
Dia berharap masyarakat saling membantu dalam kondisi pandemi ini. Dengan peran yang dimiliki masing-masing individu. Dan tetap positif thinking, tetap tenang, jangan takut, tapi tetap waspada. "Covid-19 adalah sebuah ancaman, tapi tidak harus takut berlebihan," tuturnya.
Berikutnya, Sekjen DPP GMNI, M. Ageng Dendy yang memaparkan pandangannya. Di tengah pandemi ini, mantan ketua Korda GMNI Jawa Timur itu mengimbau seluruh anggota dan kader GMNI untuk tetap kritis dalam keadaan seperti ini.
"Jangan berpasrah diri dan diam. Tapi bagaimana kita bisa memberikan masukan-masukan yang logis dan bisa dipertimbangkan pemerintah. Kita juga harus punya kesadaran untuk bergerak bersama," katanya.
Garis besar diskusi ini sebagai wadah menambah referensi, belajar secara detail tentang kebijakan, program dan langkah langkah yang dilakukan di negara Tiongkok.
Diskusi tersebut merupakan Progam Bidang Riset dan Teknologi DPP GMNI, acara tersebut sengaja diadakan secara rutin oleh bidang ristek guna belajar secara detail tentang kebijakan, program dan langkah langkah yang dilakukan di negara Tiongkok.
Diskusi ini merupakan rangkaian diskusi online yang kelima dilaksanakan DPP GMNI Bidang Riset dan Teknologi. Pertama, diskusi online bersama Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia. Kemudian dengan Atdikbud Belanda. Yang ketiga dengan Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI Agus Widjojo. Keempat, bersama Dubes RI untuk Vietnam.
(maf)