Begini Cara Rafael Alun Trisambodo Samarkan Uang Rp5,2 Miliar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terdakwa kasus gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU), Rafael Alun Trisambodo kembali menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu (27/9/2023). Dalam sidang ini, Jaksa mengungkap cara mantan Pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) itu
menyembunyikan uang sebesar Rp5,2 miliar.
Sidang kali ini menghadirkan mantan Direktur Utama PT Artha Mega Ekadhana (ARME) Ujeng Arsatoko sebagai saksi. Mulanya, jaksa membacakan berita acara pemeriksaan Ujeng terkait Rafael Alun. Jaksa menyebut PT ARME yang didirikan Rafael Alun dan istrinya Ernie Meike Torondek pernah dipinjam untuk pengurusan wajib pajak.
"Dapat saya jelaskan bahwa PT ARME dipinjam bendera oleh Rafael dan saya sebagai Dirut hanya memikirkan bagaimana PT ARME juga memperoleh bagian pendapatan setidaknya Rp100 juta dari peminjaman bendera itu, sehingga waktu itu dibuat skenario tersebut oleh FX Wijayanto dan Rafael. PT ARME hanya dipinjam bendera saja oleh terdakwa bagaimana?" papar jaksa.
"Ada satu klien itu waktu itu cuman meminjam bendera. Ada satu versi, ada pihak di luar ARME dia punya klien tapi nggak punya perusahaan. Kemudian dia pinjam bendera, pinjam PT untuk melakukan jasa perpajakan,” jawab Ujeng.
Jaksa kembali membacakan BAP Ujeng terkait dana taktis. Dalam BAP disebutkan dana taktis perusahaan senilai Rp5,2 miliar.
"Saudara menerangkan terkait dana taktis tadi. Dana taktis yang dititipkan Rp5,2 miliar sekian itu adalah semacam dana yang dimiliki oleh Rafael Alun Trisambodo yang seolah-olah dimiliki PT ARME. Namun sebenarnya yang punya dana tersebut adalah Rafael karena memang posisi ARME hanya dipimjam benderanya, sehingga semua yang mengatur saudara Rafael," kata jaksa.
"Yang menjadi perhatian saya waktu itu hanya masalah pajak. Di sana saya sampaikan pajak harus benar-benar dibayarkan karena apabila tidak dibayarkan akan ditagih orang pajak di kemudian hari. Maksudnya pajak ARME?," tanya jaksa.
"Pajaknya ARME," jawab Ujeng.
"Berarti dari dana taktis tadi yang dititipkan Rp5,2 miliar itu seluruhnya ke terdakwa?” tanya jaksa.
"Iya," jawabnya.
Selain itu, jaksa mempertanyakan penggunaan dana taktis dari Rafael Alun. Namun, Ujeng mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui perihal tersebut.
"Salah satunya untuk pemeriksa yang mengurus ke dalam kantor pajaknya?” tanya jaksa.
"Saya sebenarnya di situ nggak tahu. Saya tahunya dari perusahaan kirim ke Pak Rafael, dari Pak Rafael saya nggak tahu apakah itu ke pemeriksa atau berhenti ke Pak Rafael saya nggak tahu," kata saksi.
menyembunyikan uang sebesar Rp5,2 miliar.
Sidang kali ini menghadirkan mantan Direktur Utama PT Artha Mega Ekadhana (ARME) Ujeng Arsatoko sebagai saksi. Mulanya, jaksa membacakan berita acara pemeriksaan Ujeng terkait Rafael Alun. Jaksa menyebut PT ARME yang didirikan Rafael Alun dan istrinya Ernie Meike Torondek pernah dipinjam untuk pengurusan wajib pajak.
"Dapat saya jelaskan bahwa PT ARME dipinjam bendera oleh Rafael dan saya sebagai Dirut hanya memikirkan bagaimana PT ARME juga memperoleh bagian pendapatan setidaknya Rp100 juta dari peminjaman bendera itu, sehingga waktu itu dibuat skenario tersebut oleh FX Wijayanto dan Rafael. PT ARME hanya dipinjam bendera saja oleh terdakwa bagaimana?" papar jaksa.
"Ada satu klien itu waktu itu cuman meminjam bendera. Ada satu versi, ada pihak di luar ARME dia punya klien tapi nggak punya perusahaan. Kemudian dia pinjam bendera, pinjam PT untuk melakukan jasa perpajakan,” jawab Ujeng.
Jaksa kembali membacakan BAP Ujeng terkait dana taktis. Dalam BAP disebutkan dana taktis perusahaan senilai Rp5,2 miliar.
"Saudara menerangkan terkait dana taktis tadi. Dana taktis yang dititipkan Rp5,2 miliar sekian itu adalah semacam dana yang dimiliki oleh Rafael Alun Trisambodo yang seolah-olah dimiliki PT ARME. Namun sebenarnya yang punya dana tersebut adalah Rafael karena memang posisi ARME hanya dipimjam benderanya, sehingga semua yang mengatur saudara Rafael," kata jaksa.
"Yang menjadi perhatian saya waktu itu hanya masalah pajak. Di sana saya sampaikan pajak harus benar-benar dibayarkan karena apabila tidak dibayarkan akan ditagih orang pajak di kemudian hari. Maksudnya pajak ARME?," tanya jaksa.
"Pajaknya ARME," jawab Ujeng.
"Berarti dari dana taktis tadi yang dititipkan Rp5,2 miliar itu seluruhnya ke terdakwa?” tanya jaksa.
"Iya," jawabnya.
Selain itu, jaksa mempertanyakan penggunaan dana taktis dari Rafael Alun. Namun, Ujeng mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui perihal tersebut.
"Salah satunya untuk pemeriksa yang mengurus ke dalam kantor pajaknya?” tanya jaksa.
"Saya sebenarnya di situ nggak tahu. Saya tahunya dari perusahaan kirim ke Pak Rafael, dari Pak Rafael saya nggak tahu apakah itu ke pemeriksa atau berhenti ke Pak Rafael saya nggak tahu," kata saksi.
(abd)