Tingkatkan Kepedulian Sesama dengan Semangat Idul Adha
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jumat 10 Dzulhijjah 1441 H, umat muslim di dunia merayakan Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban. Idul Adha tersebut merupakan sarana bagi umat manusia berbagi kepedulian antarsesama. Ibadah dan hidup bersama-sama di dalam agama Islam, selain punya pengaruh individu tapi juga harus punya efek sosial.
“Karena di Idul Adha pada 10 hari pertama kita disunahkan untuk berbuat kebajikan, berbuat amal saleh, tolong menolong anta sesama umat manusia dan di sunnahkan juga untuk berpuasa dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah,” kata Ketua Ikatan Dai (Ikadi) bidang Organisasi, Baharuddin Husin di Jakarta, Jumat 31 Juli 2020.
Dia menjelaskan, saat Idul Adha itu disunahkan juga kepada umat Islam untuk meningkatkan kepedulian, yaitu dengan menyembelih hewan pada hari Idul Adha yakni pada 10 sampai 13 Dzulhijjah
“Diharapkan dengan melalui Qurban, bisa berbagi kepada orang-orang yang sangat membutuhkan kepedulian itu. Disinilah kepedulian dan juga membangun solidaritas yang diharapkan rasa persatuan persaudaraan antar sesama umat itu akan dapat meningkat, termasuk juga persaudaaan kebangsaan,” ujarnya.
Tanpa kerukunan, persaudaraan, solidaritas, baik keagamaan dan solidaritas kebangsaan, kehidupan akan sengsara. "Tanpa kebersamaan dan soldaritas, tanpa tolong menolong maka kehidupan ini juga akan sengsara dan menjadi saling mengeksploitasi,” katanya,
Dia mengatakan, persoalan solidaritas keagamaan sering dimaknai sempit dan melupakan persaudaraan kebangsaan. Hal ini bisa saja memicu konflik seperti yang terjadi di luar negeri yang diharapkan tidak terjadi di Indonesia.
“Untungnya dengan keberadaan organisasi massa yang didukung para pemuka agama di Indonesia dapat meredam kasus-kasus yang terjadi di komunitasnya masing-masing sehingga mencegah terjadinya konflik yang lebih luas,” ujarnya.
Apalagi kemudian menurutnya dengan adanya pengertian Hubbul wathon minal iman, “Cinta Tanah Air itu bagian dari iman”. Masyarakat tidak bisa berbuat tanpa ada negara, tanpa tanah air, karena Tanah Air ini merupakan bagian dari anugerah.
Lagipula, kata dia, kemerdekaan Indonesia merupakan perjuangan para ulama berersama para tokoh yang nasionalis dan agamis, sehingga muncul apa yang dikatakan itu lima dasar negara Pancasila.
“Pancasila ini juga hasil dari rembugan yang sangat luar biasa yang dinaungi oleh Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang mana empat sila berikutnya itu di bawah naungan itu semua. Artinya tolok ukur maupun motor penggeraknya adalah Ketuhanan itu sendiri yang luar biasa. Nah, dalam agama juga ada kaitan dengan Tanah Air yang harus dibangun bersama-sama dengan baik,” ujarnya.
Selain itu Baharuddin menuturkan dalam aturan agama ada lima hal yang disebut, yakni "hifdzun nafs" atau memelihara jiwa. Kemudia "hifdzun nasl", yakni menjaga keturunan. Lalu "hafdzul maal" memelihara harta.
Berikutnya juga yang keempat yaitu "hafdzul aql", atau memelihara akal. Terakhir adalah "hifdzud diin", yang artinya memelihara agama.
“Istilahnya membina orang-orang yang kapasitas agamanya masih lemah, jug apara para Ustaz yang setengah-setengah. Tentunya hal ini harus dibina terus hingga mereka punya kapasitas yang betul-betul bisa menjelaskan agama itu secara utuh dan komprehensif,” ungkapnya.( )
Baharuddin menyampaikan bahwa karena masyarakat di Indonesia ini sangat multikultur. Masing-masing dari memiliki komunitas. Seperti Nahdatul Ulama (NU) dengan masyarakatnya, Muhammadiyah dengan masyarakatnya dan lain sebagainya.
Kemudian, Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT) memunculkan ide gugus tugas 20 ormas lintas keagamaan yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) dan juga 14 ormas Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI).
“Tentunya ini hal yang sangat luar biasa. Jumlah masyarakat mereka itu sekitar 150 juta jika ditotal. Kalau hal ini bisa dikembangkan dengan baik ke depan, tentunya masalah terorisme, radikalisme dan sebagainya ini akan mudah teratasi,” ujarnya.
Dia menuturkan, hal ini harus dipupuk dan harus dikembangkan agar jangan sampai kita nanti mengambil inisiatif sendiri telalu cepat tapi hasilnya malah menimbulkan konflik seperti yang terjadi di luar
Menurut dia, persoalan-persoalan masyarakat ini sebenarnya mudah diselesaikan ketika ada kebersamaan. Karena menurutnya masyarakat yang orientasi berpikirnya kurang pas itu akan mudah diluruskan dan diperbaiki ketika dilakukan pembinaan oleh orang yang disegani oleh yang bersangkutan.
“Karena di Idul Adha pada 10 hari pertama kita disunahkan untuk berbuat kebajikan, berbuat amal saleh, tolong menolong anta sesama umat manusia dan di sunnahkan juga untuk berpuasa dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah,” kata Ketua Ikatan Dai (Ikadi) bidang Organisasi, Baharuddin Husin di Jakarta, Jumat 31 Juli 2020.
Dia menjelaskan, saat Idul Adha itu disunahkan juga kepada umat Islam untuk meningkatkan kepedulian, yaitu dengan menyembelih hewan pada hari Idul Adha yakni pada 10 sampai 13 Dzulhijjah
“Diharapkan dengan melalui Qurban, bisa berbagi kepada orang-orang yang sangat membutuhkan kepedulian itu. Disinilah kepedulian dan juga membangun solidaritas yang diharapkan rasa persatuan persaudaraan antar sesama umat itu akan dapat meningkat, termasuk juga persaudaaan kebangsaan,” ujarnya.
Tanpa kerukunan, persaudaraan, solidaritas, baik keagamaan dan solidaritas kebangsaan, kehidupan akan sengsara. "Tanpa kebersamaan dan soldaritas, tanpa tolong menolong maka kehidupan ini juga akan sengsara dan menjadi saling mengeksploitasi,” katanya,
Dia mengatakan, persoalan solidaritas keagamaan sering dimaknai sempit dan melupakan persaudaraan kebangsaan. Hal ini bisa saja memicu konflik seperti yang terjadi di luar negeri yang diharapkan tidak terjadi di Indonesia.
“Untungnya dengan keberadaan organisasi massa yang didukung para pemuka agama di Indonesia dapat meredam kasus-kasus yang terjadi di komunitasnya masing-masing sehingga mencegah terjadinya konflik yang lebih luas,” ujarnya.
Apalagi kemudian menurutnya dengan adanya pengertian Hubbul wathon minal iman, “Cinta Tanah Air itu bagian dari iman”. Masyarakat tidak bisa berbuat tanpa ada negara, tanpa tanah air, karena Tanah Air ini merupakan bagian dari anugerah.
Lagipula, kata dia, kemerdekaan Indonesia merupakan perjuangan para ulama berersama para tokoh yang nasionalis dan agamis, sehingga muncul apa yang dikatakan itu lima dasar negara Pancasila.
“Pancasila ini juga hasil dari rembugan yang sangat luar biasa yang dinaungi oleh Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang mana empat sila berikutnya itu di bawah naungan itu semua. Artinya tolok ukur maupun motor penggeraknya adalah Ketuhanan itu sendiri yang luar biasa. Nah, dalam agama juga ada kaitan dengan Tanah Air yang harus dibangun bersama-sama dengan baik,” ujarnya.
Selain itu Baharuddin menuturkan dalam aturan agama ada lima hal yang disebut, yakni "hifdzun nafs" atau memelihara jiwa. Kemudia "hifdzun nasl", yakni menjaga keturunan. Lalu "hafdzul maal" memelihara harta.
Berikutnya juga yang keempat yaitu "hafdzul aql", atau memelihara akal. Terakhir adalah "hifdzud diin", yang artinya memelihara agama.
“Istilahnya membina orang-orang yang kapasitas agamanya masih lemah, jug apara para Ustaz yang setengah-setengah. Tentunya hal ini harus dibina terus hingga mereka punya kapasitas yang betul-betul bisa menjelaskan agama itu secara utuh dan komprehensif,” ungkapnya.( )
Baharuddin menyampaikan bahwa karena masyarakat di Indonesia ini sangat multikultur. Masing-masing dari memiliki komunitas. Seperti Nahdatul Ulama (NU) dengan masyarakatnya, Muhammadiyah dengan masyarakatnya dan lain sebagainya.
Kemudian, Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT) memunculkan ide gugus tugas 20 ormas lintas keagamaan yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) dan juga 14 ormas Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI).
“Tentunya ini hal yang sangat luar biasa. Jumlah masyarakat mereka itu sekitar 150 juta jika ditotal. Kalau hal ini bisa dikembangkan dengan baik ke depan, tentunya masalah terorisme, radikalisme dan sebagainya ini akan mudah teratasi,” ujarnya.
Dia menuturkan, hal ini harus dipupuk dan harus dikembangkan agar jangan sampai kita nanti mengambil inisiatif sendiri telalu cepat tapi hasilnya malah menimbulkan konflik seperti yang terjadi di luar
Menurut dia, persoalan-persoalan masyarakat ini sebenarnya mudah diselesaikan ketika ada kebersamaan. Karena menurutnya masyarakat yang orientasi berpikirnya kurang pas itu akan mudah diluruskan dan diperbaiki ketika dilakukan pembinaan oleh orang yang disegani oleh yang bersangkutan.
(dam)