PDIP Ingatkan SBY Soal Risiko Masuk Media Sosial
A
A
A
JAKARTA - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Andreas Hugo Pareira menanggapi pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengaku menjadi korban invisible group atau kelompok yang tidak terlihat di media sosial.
Menurut Andreas, status sosial setiap orang sama di media sosial (medsos). "Artinya tidak ada lagi mantan presiden, presiden, dia anggota DPR atau siapapun," ucap Andreas di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (8/2/2017)
Saat acara Dies Natalis ke-15 Partai Demokrat pada di akarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa 7 Februari malam, SBY mengaku sebagai korban the invisible group di medsos. "Saya adalah salah satu korban dari the invisible group yang bekerja bagaikan mesin penghancur itu," kata SBY. (Baca Juga: SBY: Saya Koran Invisible Group )
Menurut Andreas, setiap pernyataan yang disampaikan melalui medsos akan mengundang respons pengguna internet (netizen).
"Nah sekarang justru kalau sebagai pemimpin masuk medsos dengan wibawa kepemimpinan, kita juga memancing situasi justru malah memancing tanggapan yang menyinggung perasaan kita. Itu risiko masuk di medsos," kata Anggota Komisi I DPR itu.
Menurut Andreas, status sosial setiap orang sama di media sosial (medsos). "Artinya tidak ada lagi mantan presiden, presiden, dia anggota DPR atau siapapun," ucap Andreas di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (8/2/2017)
Saat acara Dies Natalis ke-15 Partai Demokrat pada di akarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa 7 Februari malam, SBY mengaku sebagai korban the invisible group di medsos. "Saya adalah salah satu korban dari the invisible group yang bekerja bagaikan mesin penghancur itu," kata SBY. (Baca Juga: SBY: Saya Koran Invisible Group )
Menurut Andreas, setiap pernyataan yang disampaikan melalui medsos akan mengundang respons pengguna internet (netizen).
"Nah sekarang justru kalau sebagai pemimpin masuk medsos dengan wibawa kepemimpinan, kita juga memancing situasi justru malah memancing tanggapan yang menyinggung perasaan kita. Itu risiko masuk di medsos," kata Anggota Komisi I DPR itu.
(dam)