Ajip Rosidi, Sastrawan Serba Bisa

Kamis, 30 Juli 2020 - 01:35 WIB
loading...
Ajip Rosidi, Sastrawan Serba Bisa
Ajip Rosidi meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah, Rabu (29/7/2020) sekitar pukul 22.30 WIB. FOTO/IST/Facebook Iman Soleh
A A A
JAKARTA - Sastrawan Indonesia, Ajip Rosidi meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah, Rabu (29/7/2020) sekitar pukul 22.30 WIB. Penulis berusia 82 tahun itu diketahui mengalami pendarahan otak dan harus menjalani operasi akibat terjatuh di rumah.

Meninggalnya Ajip Rosidi tentu kehilangan yang besar bagi bangsa Indonesia. Hingga saat ini, penyandang gelar Doktor (HC) bidang Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra Universitas Padjajaran itu telah menghasilkan ratusan karya berupa buku, novel, sajak, dan cerpen.

Ajip memulai aktivitas menulis sejak masih belia. Pada usia 12 tahun, saat masih kelas VI Sekolah Rakyat, tulisannya telah dimuat di harian Indonesia Raya. Pria kelahiran Jatiwangi, Cirebon, Jawa Barat, 31 Januari 1938 itu terus mengasah kemampuannya menulis. Hingga di usia 14 tahun, beragam karyanya menghiasai berbagai media, seperti Mimbar Indonesia, Siasat, Gelanggang, dan Keboedajaan Indonesia. ( )

Karya yang Ajip Rosidi cukup beragam. Dari mulai puisi, cerita pendek, novel, terjemahan, saduran, kritik, esai, dan buku, baik dalam bahasa Indonesia maupun daerah. Atas kemampuannya itu, Ajip dikenal sebagai sastrawan dan pengarang yang serba bisa. Di usia 15 tahun dia dipercaya menjadi pengasuh majalah Soeloeh Peladjar dan dua tahun kemudian menjadi redaktur di majalah Prosa.

Selepas menyelesaikan pendidikan dasar di Jatiwangi, Ajip Rosidi kemudian melanjutkan SMP di Majalengka, Bandung, dan Jakarta. Setelah itu, iameneruskan pendidikan SMA di Jakarta meski akhirnya tidak mengantongi ijazah.

Ketekunannya bergelut di dunia sastra mengantar Ajip menjadi dosen Universitas Padjadjaran (Unpad). Dia juga memimpin sejumlah usaha penerbitan dan sempat menjadi anggota staf ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1978-1980, Prof Daud Jusuf.( )

Ajip juga sempat merantau ke Jepang dan diangkat sebagai guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa-Bahasa Asing Osaka), guru besar luar biasa di Kyoto Sangyo Daigaku (Universitas Industri Kyoto), di Tenri Dagigaku (Universitas Tenri) dan di Osaka Gaida (Osaka University of Foreign Studies).

Selama masa hidupnya, Ajip menghasilkan ratusan karya. Karya pertamanya Tahun-Tahun Kematian diterbitkan oleh Penerbit Gunung Agung (1955) kemudian disusul oleh Pesta yang diterbitkan oleh Penerbit Pembangunan ((1956), dan Di Tengah Keluarga yang diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka (1956).

Kumpulan puisinya yang berjudul Pesta memperoleh Hadiah Sastra Nasional BMKN untuk puisi-puisi tahun 1955/1956. Selain itu, kumpulan cerpennya yang berjudul Sebuah Rumah buat Hari Tua juga mendapat hadiah serupa untuk puisi-puisi tahun 1957/1958.

Setelah pensiun, Ajip menetap di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Sebelum meninggal dunia, dia masih aktif mengelola beberapa lembaga nonprofit seperti Yayasan Kebudayaan Rancagé dan Pusat Studi Sunda.

Sumber: ensiklopedia.kemdikbud.go.id,Wikipedia
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2164 seconds (0.1#10.140)