Dongeng Jenaka Ajip Rosidi untuk Butet Kartaredjasa

Kamis, 30 Juli 2020 - 00:21 WIB
loading...
Dongeng Jenaka Ajip Rosidi untuk Butet Kartaredjasa
Butet Kartaredjasa saat mengunjungi Ajip Rosidi di kediamannya di Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. FOTO/FACEBOOK/BUTET KARTAREDJASA
A A A
JAKARTA - Dunia sastra Indonesia berduka. Salah satu sastrawan besar, Ajib Rosidi meninggal dunia, Rabu (29/7/2020) sekitar pukul 22.30 WIB, di Rumah Sakit Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Penulis sekaligus budayawan kelahiran Majalengka, Jawa Barat itu tutup usia di umur 82 tahun.

Berpulangnya Ajip Rosidi meninggal duka mendalam bagi sesama seniman. Salah satunya seniman asal Yogyakarta, Butet Kartaredjasa . "Selamat jalan Pak Ajip. Terima kasih telah menyebabkan saya mencintai seni sastra melalui bacaan buku2 terbitan pustaka Jata tahun 1970an," tulis Butet di akun Facebook-nya, Rabu (29/7/2020) malam.

Dalam unggahan itu, Butet juga menyertakan fotonya bersama Ajip Rosidi saat berkunjung ke kediaman Ajip di Mungkid, Magelang pada Februari 2017. Dalam foto itu, Butet mengenakan kaus warna hitam dan Ajip memakai hem warna putih lengkap kacatamanya.( )

Untuk mengenang Ajip Rosidi, Butet membagikan unggahan lamanya tentang dongeng jenaka yang diceritakan Ajip Rosidi kepadanya.

"DONGENG AJIP. Mengenang Pak Ajip Rosidi yang malam ini meninggalkan kita, saya share lagi dongeng beliaune yang jenaka," tulis Butet.

Berikut ini adalah dongeng Ajip Rosidi yang SINDOnews ambil utuh dari Facebook Butet Kartaredjasa:

"SPECIES KELEDAI ANYAR. Ketemu sastrawan sepuh Ayip Rosidi di kediamannya, di Mungkid, dapat cerita2 lucu semasa dia aktif di DKJ, Dewan Kesenian Jakarta, tahun 70an. Ini kisah ttg Asrul Sani yang sedang meloby gubernur DKI pengganti Ali Sadikin, karena penangkapan Rendra setelah baca puisi di TIM.

Asrul memang paling dipercaya kawan2 seniman utk urusan meyakinkan orang lain. Apalagi saat itu ada amanah dari Bang Ali, pokoknya kalau kesenian di TIM berbenturan dgn politik, serahkan masalahnya ke gubernur. Maka, sepasukan orang DKJ - Asrul sani, Ayip Rosidi, Ramadhan KH, Iravati, Djaduk Djajakusuma, Soemardjono dll - nggrudug kantor gubernur. Mereka ditemui gubernur yang bekas tentara.

Asrul lalu melaporkan soal penangkapan Rendra, dan kasih argumen bhw itu satu kebijakan yang keliru, dan karenanya Rendra harus dibebaskan.

Bisa dibayangkan, tentu Asrul sbg cendekiawan kampiun menjlentrehkan juga alasan logis, akademis dan filosofis.
Pak Gubernur tentu saja manggut2. Lalu gubernur bertanya,"Rendra itu siapa? Saat revolusi dia ada di mana? Apa yang dia sudah berikan bagi bangsa ini?"

Semua diam. Wajah Asrul langsung memerah. Menurut Ayip tidak biasanya wajah Asrul memerah seperti itu, bahkan saat berdebat dan berbeda pandangan dengan tokoh2 hebat pun dia bisa meredam emosi. Tapi ini kali benar2 berbeda. Apalagi, pak gubernur kemudian melanjutkan,"Kalian para seniman harus tahu ya....saya ini keturunan warok." Berkata begitu sambil dia memamerkan otot lengannya yang dempal. "Saya ini tentara. Pejuang. Tidak seperti seniman yang bisanya cuma mengkritik aja!"

Alhasil hari itu mereka gagal membebaskan Rendra. Dan Asrul yang jagoan berdebat, jagoan berdiplomasi, juga majal. Mereka lalu pulang. Asrul semobil dengan Ayip. Ayip bertanya,"Gimana Srul, Bung Karno dan Bang Ali selalu berhasil kau yakinkan soal ide2 kebudayaan,....kok kali ini gak tembus?"

Asrul diam cukup lama, sampai akhirnya dia ngedumel,"Aku tuh praktikum dan mempelajari ilmu hewan. Semua jenis hewan kupelajari. Juga jenis2 keledai. Tapi keledai yang tadi itu aku gak tahu keledai species mana. Jangan2 ada keledai species baru ya?"
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2242 seconds (0.1#10.140)