Tiga WNI Diduga Disandera Kelompok Abu Sayyaf
A
A
A
MAKASSAR - Untuk kesekian kalinya, kelompok perompak Abu Sayyaf kembali menawan dan menyandera tiga warga negara Indonesia (WNI) asal Sulawesi Selatan (Sulsel) yang sedang melaut menggunakan perahu nelayan.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani menyebutkan, awalnya dilaporkan dua anak buah (ABK) kapal nelayan Sandakan dengan nomer register BN 838 asal Kabupaten Kepulauan Selayar, kemarin sore.
Mereka yakni Sudarling Samansung dan Hamdan yang merupakan warga Pulau Bembe, Desa Tanamalala, Kabupaten Kepulauan Selayar.
Namun kata Dicky belakangan diperoleh informasi lagi, seorang ABK lainnya bernama Subandi warga Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba juga ikut diculik kelompok separatis Abu Sayyaf saat melaut di sekitaran perairan Sandakan Sabah, Malaysia.
"Kami dapat informasi dari Komjen RI yang berada di Tawao, tiga warga Sulsel diculik diduga oleh kelompok Abu Sayyaf, dua orang Selayar dan satu lainnya dari Bulukumba," ujar Dicky saat dikonfirmasi Koran SINDO, Jumat (20/1/2017).
Selanjutnya, setelah memperoleh informasi tersebut, Polres Selayar dan Bulukumba kata Dikcy telah diinstruksikan menemui kerabat korban penyanderaan untuk mengabarkan kondisi terakhir para sandera.
"Yang di Selayar sudah disampaikan ke keluarganya, tapi yang di Bulukumba belum," sambung Dicky.
Lebih lanjut Dicky mengaku, hingga saat ini pihaknya belum bisa memastikan dimana keberadaan ketiga sandera asal Sulsel itu ditawan. Meski katanya, kebanyakan sandera kelompok Abu Sayyaf biasanya akan langsung dibawa ke Filipina Selatan setelah diculik.
Sedangkan untuk proses pembebasan para sandera, Polda Sulsel kata Dicky menyerahkan langsung upaya itu ke pemerintah pusat melalui Kementerian Luar Negeri maupun Kementerian Politik, Hukum dan HAM, untuk melakukan koordinasi dengan pemerintah Filipina.
Ketiga nelayan asal Sulsel itu diketahui berangkat ke Nunukan untuk menjadi ABK kapal nelayan sejak 2015. Namun belakangan kapal yang ditumpangi mereka ditemukan dalam keadaan kosong tanpa awak di perairan Taganak Filipina Selatan.
Mesin kapal nelayan itu ditemukan dalam keadaan terus hidup dan bergerak tanpa nahkoda. Sehingga dengan jarak tempuh perkiraan daerah penculikan dengan penemuan kapal, diperkirakan kejadian tersebut pada Rabu 18 Januari lalu.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani menyebutkan, awalnya dilaporkan dua anak buah (ABK) kapal nelayan Sandakan dengan nomer register BN 838 asal Kabupaten Kepulauan Selayar, kemarin sore.
Mereka yakni Sudarling Samansung dan Hamdan yang merupakan warga Pulau Bembe, Desa Tanamalala, Kabupaten Kepulauan Selayar.
Namun kata Dicky belakangan diperoleh informasi lagi, seorang ABK lainnya bernama Subandi warga Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba juga ikut diculik kelompok separatis Abu Sayyaf saat melaut di sekitaran perairan Sandakan Sabah, Malaysia.
"Kami dapat informasi dari Komjen RI yang berada di Tawao, tiga warga Sulsel diculik diduga oleh kelompok Abu Sayyaf, dua orang Selayar dan satu lainnya dari Bulukumba," ujar Dicky saat dikonfirmasi Koran SINDO, Jumat (20/1/2017).
Selanjutnya, setelah memperoleh informasi tersebut, Polres Selayar dan Bulukumba kata Dikcy telah diinstruksikan menemui kerabat korban penyanderaan untuk mengabarkan kondisi terakhir para sandera.
"Yang di Selayar sudah disampaikan ke keluarganya, tapi yang di Bulukumba belum," sambung Dicky.
Lebih lanjut Dicky mengaku, hingga saat ini pihaknya belum bisa memastikan dimana keberadaan ketiga sandera asal Sulsel itu ditawan. Meski katanya, kebanyakan sandera kelompok Abu Sayyaf biasanya akan langsung dibawa ke Filipina Selatan setelah diculik.
Sedangkan untuk proses pembebasan para sandera, Polda Sulsel kata Dicky menyerahkan langsung upaya itu ke pemerintah pusat melalui Kementerian Luar Negeri maupun Kementerian Politik, Hukum dan HAM, untuk melakukan koordinasi dengan pemerintah Filipina.
Ketiga nelayan asal Sulsel itu diketahui berangkat ke Nunukan untuk menjadi ABK kapal nelayan sejak 2015. Namun belakangan kapal yang ditumpangi mereka ditemukan dalam keadaan kosong tanpa awak di perairan Taganak Filipina Selatan.
Mesin kapal nelayan itu ditemukan dalam keadaan terus hidup dan bergerak tanpa nahkoda. Sehingga dengan jarak tempuh perkiraan daerah penculikan dengan penemuan kapal, diperkirakan kejadian tersebut pada Rabu 18 Januari lalu.
(maf)