Membedah Pemikiran Denny JA soal Agama Mendorong Pencerahan

Selasa, 18 Juli 2023 - 12:00 WIB
loading...
Membedah Pemikiran Denny...
Bedah buku Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google di Aula Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)/KAHMI, Cirebon pada Senin (17/7/2023). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Selama ini agama dilihat sebagai sesuatu yang multak, final, dan tidak dapat berubah. Maka, kehidupan beragama menjadi kaku, tidak rileks, bahkan agama mudah ditransformasikan menjadi kekuatan konfliktual.

Gagasan Denny JA tentang agama sebagai warisan kultural milik bersama umat manusia menjungkirbalikkan paradigma tersebut. Ia membawa agama dari ruang tertutup ke ruang terbuka. Dari pemilikan komunal menjadi warisan universal. Dengan begitu, agama menjadi sarana untuk mendorong pencerahan.



Hal itu menjadi benang merah yang muncul dalam diskusi dan bedah buku “Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google” karya Ahmad Gaus di Aula Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)/KAHMI, Cirebon, Senin 17 Juli 2023.

Diskusi yang berlangsung selama tiga jam tersebut dimoderatori oleh Ryal Al-Ghifari dan dihadiri oleh para aktivis HMI dan mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Cirebon.

Dalam acara tersebut, Kolumnis dan Intelektual Muda Afif Rivai secara khusus menyorot aspek-aspek pemikiran Denny JA yang menurutnya dapat digunakan untuk mengubah pandangan orang yang terkungkung dalam ruang sempit teologi dan fikih. Menurutnya, teologi dan fikih perlu namun bukan satu-satunya cara untuk melihat agama, apalagi cara untuk beragama.

Saat ini, kata Afif, toleransi dan Hak Asasi Manusia (HAM) harus menjadi cara hidup beragama. Sebab, peradaban manusia yang paling mutakhir saat ini ialah ditemukannya gagasan tentang HAM.

“Gagasan Denny JA seperti yang ditulis oleh Gaus dalam buku ini sarat dengan ide-ide kebebasan dan hak asasi manusia. Itulah yang saya sebut pencerahan,” kata Afif.

Mantan Aktivis HMI yang berprofesi sebagai wartawan dan penyiar televisi ini mengatakan perlu melihat agama sebagai penggerak perkembangan budaya dan peradaban manusia. Agama dan kebudayaan serta bentuknya yang tertinggi yakni peradaban senantiasa bersimbiosis mutualisme.

“Alangkah ruginya kalau agama diperlakukan semata-mata sebagai dogma yang tertutup. Ia hanya melayani umatnya saja. Sedangkan, rahmat Tuhan seperti yang diajarkan oleh agama apa pun adalah untuk semua. Melampaui batas,” tuturnya.

Ahmad Gaus selaku penulis buku menyoroti hal yang sama. Baginya, ukuran sesuatu itu mencerahkan atau membutakan mudah saja. Jika sesuatu itu membawa ke tempat tertutup dan melahirkan fanatisme maka ia membutakan. Sebaliknya, jika mendorong keterbukaan maka ia mencerahkan.

Gaus mengutip hadis Nabi yang dipopularkan oleh Cendekiawan Nurcholish Madjid, yakni ahabbu ‘din ilallah al-hanifiyyat as-samhah. Artinya, sebaik-baik cara beragama di sisi Allah ialah yang lapang dada, tidak membelenggu jiwa, dan bersikap toleran.

“Nah, gagasan Denny JA ini bisa dibilang merebut monopoli tafsir agama dari kaum fanatik dan mengajak orang beragama untuk bersikap terbuka dan toleran. Itu yang dimaksud dengan pencerahan dalam beragama. Dan itulah ajaran Nabi,” tegasnya.

Menurut Gaus, buku yang ditulisnya itu mengelaborasi pemikiran Denny JA bahwa agama merupakan warisan budaya yang mengandung harta karun kebaikan, moral, dan spiritualitas yang berlimpah, teramat sayang jika dikunci di dalam gudang masing-masing.

Sebagai kekayaan budaya, agama harus dapat dinikmati oleh semua orang tanpa menjadi fanatik, apalagi merugikan orang lain.

Adapun buku “Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google” diterbitkan oleh Cerah Budaya Indonesia (CBI) pada Maret 2023.

Di dalamnya terdapat sembilan bab yang masing-masing membahas mengenai aspek-aspek pemikiran Denny JA seputar femomena agama mutakhir dan spiritualitas.



Ada sembilan bab dalam buku tersebut. Bab 1, Iman Berbasis Riset. Bab 2, Manusia: Dengan atau Tanpa Agama. Bab 3, Kitab Suci di Abad 21. Bab 4, Moderasi Beragama dan Kesetaraan Warga. Bab 5, Hijrah Menuju Demokrasi. Bab 6, Perebutan Tafsir Agama. Bab 7, Menggandeng Sains dan Jalaluddin Rumi. Bab 8, Spiritualitas Baru Abad 21. Bab 9, Agama: Warisan Kultural Milik Bersama Umat Manusia.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1360 seconds (0.1#10.140)