Bisakah Yenny Wahid Bawa Gerbong Nahdlatul Ulama ke Anies Baswedan?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid merupakan salah satu tokoh yang disebut-sebut masuk bursa calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies Baswedan . Yenny dikenal sebagai salah satu tokoh perempuan Nahdlatul Ulama (NU).
Lalu, bisakah Yenny Wahid membawa gerbong NU jika menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan?
Pengamat Politik Citra Institute Yusak Farchan mengakui Yenny memiliki banyak kelebihan. "Yenny Wahid dikenal sebagai tokoh muda visioner yang dekat dengan milenial," kata Yusak Farchan, Senin (10/7/2023).
Menurut Yusak, Yenny juga merepresentasikan kekuatan NU. Tetapi kantong suara NU juga diperebutkan capres lainnya yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
"Jadi berharap ceruk pemilih NU solid ke Anies melalui Yenny saya kira tidak mudah," ujarnya.
Masalah lainnya, sambung Yusak, adanya hambatan ideologis. Yenny dan jaringan Gusdurian selama ini dikenal sebagai pembela pluralisme. Mereka juga kencang menolak politik identitas.
Manuver Partai Nasdem mendorong Yenny bisa jadi memang untuk meredam serangan politik identitas yang terlanjur masif ke Anies. "Tetapi, dalam beberapa titik, hambatan ideologis ini saya kira tidak mudah diurai mengingat pendukung Yenny dan Anies cenderung berseberangan secara ideologis," terang Yusak.
Apalagi, Dekan FISIP Universitas Sutomo ini menjelaskan, akar rumput NU di Jawa Tengah (Jateng) maupun Jawa Timur (Jatim) secara politik lebih mudah bertemu dengan figur Ganjar dan Prabowo dibanding Anies.
"Jadi berharap NU Jawa Timur solid mendukung Anies-Yenny, saya kira juga tidak mudah. Apalagi, Yenny pernah terlibat konflik politik dengan Muhaimin Iskandar di PKB sebelumnya," tuturnya.
Kemudian, kata dia, masalah berikutnya adalah elektabilitas Yenny sebagai cawapres yang tidak cukup kuat menambal kemenangan Anies. Elektabilitas Yenny masih di bawah Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Kalau Anies memilih Yenny sebagai cawapres, pasangan ini dinilai tidak cukup kompetitif melawan Ganjar dan Prabowo. "Selain itu, Yenny tidak mewakili parpol. Pasangan Anies-Yenny justru mendegradasi fungsi parpol sebagai instrumen rekrutmen kepemimpinan politik," katanya.
Oleh karena itu, dia menambahkan, kalau parpol hanya menyediakan tiket capres-cawapres bagi tokoh eksternal, tentu akan mengancam fungsi perkaderan parpol itu sendiri. Dukungan di parlemen juga penting saat capres-cawapres terpilih sebagai kepala pemerintahan.
"Dukungan parpol di parlemen menjadi kunci terhadap stabilitas pemerintahan pascapemilu," tandas Yusak.
Lalu, bisakah Yenny Wahid membawa gerbong NU jika menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan?
Pengamat Politik Citra Institute Yusak Farchan mengakui Yenny memiliki banyak kelebihan. "Yenny Wahid dikenal sebagai tokoh muda visioner yang dekat dengan milenial," kata Yusak Farchan, Senin (10/7/2023).
Menurut Yusak, Yenny juga merepresentasikan kekuatan NU. Tetapi kantong suara NU juga diperebutkan capres lainnya yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
"Jadi berharap ceruk pemilih NU solid ke Anies melalui Yenny saya kira tidak mudah," ujarnya.
Masalah lainnya, sambung Yusak, adanya hambatan ideologis. Yenny dan jaringan Gusdurian selama ini dikenal sebagai pembela pluralisme. Mereka juga kencang menolak politik identitas.
Manuver Partai Nasdem mendorong Yenny bisa jadi memang untuk meredam serangan politik identitas yang terlanjur masif ke Anies. "Tetapi, dalam beberapa titik, hambatan ideologis ini saya kira tidak mudah diurai mengingat pendukung Yenny dan Anies cenderung berseberangan secara ideologis," terang Yusak.
Apalagi, Dekan FISIP Universitas Sutomo ini menjelaskan, akar rumput NU di Jawa Tengah (Jateng) maupun Jawa Timur (Jatim) secara politik lebih mudah bertemu dengan figur Ganjar dan Prabowo dibanding Anies.
"Jadi berharap NU Jawa Timur solid mendukung Anies-Yenny, saya kira juga tidak mudah. Apalagi, Yenny pernah terlibat konflik politik dengan Muhaimin Iskandar di PKB sebelumnya," tuturnya.
Kemudian, kata dia, masalah berikutnya adalah elektabilitas Yenny sebagai cawapres yang tidak cukup kuat menambal kemenangan Anies. Elektabilitas Yenny masih di bawah Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Kalau Anies memilih Yenny sebagai cawapres, pasangan ini dinilai tidak cukup kompetitif melawan Ganjar dan Prabowo. "Selain itu, Yenny tidak mewakili parpol. Pasangan Anies-Yenny justru mendegradasi fungsi parpol sebagai instrumen rekrutmen kepemimpinan politik," katanya.
Oleh karena itu, dia menambahkan, kalau parpol hanya menyediakan tiket capres-cawapres bagi tokoh eksternal, tentu akan mengancam fungsi perkaderan parpol itu sendiri. Dukungan di parlemen juga penting saat capres-cawapres terpilih sebagai kepala pemerintahan.
"Dukungan parpol di parlemen menjadi kunci terhadap stabilitas pemerintahan pascapemilu," tandas Yusak.
(rca)