Lemhannas Akui Pemilu 2024 Rawan Hoaks Berbasis AI

Selasa, 23 Mei 2023 - 15:27 WIB
loading...
Lemhannas Akui Pemilu 2024 Rawan Hoaks Berbasis AI
Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto mengaku telah memperkirakan kemungkinan penyebaran hoaks menggunakan kecerdasan buatan pada Pemilu 2024. Foto: MPI/Riana Rizkia
A A A
JAKARTA - Kemajuan teknologi tidak serta merta hanya membawa manfaat tetapi juga efek negatif. Satu di antaranya adalah hoaks atau berita bohong sebagai dampak dari perkembangan Artificial Intelligence (AI).

Seperti diketahui, AI merupakan istilah kecerdasan buatan. Lewat AI, banyak pekerjaan manusia yang diambil alih. Bahkan AI juga dapat meniru suara manusia. Inilah yang dikhawatirkan dapat mempermudah penyebaran hoaks, terutama di tahun politik.

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto mengaku telah memperkirakan kemungkinan penyebaran hoaks menggunakan kecerdasan buatan tersebut. Itu sebabnya Andi yang menjabat sejak 2022 punya topik khusus guna mengkaji transformasi digital, dan telah diserahkan ke Presiden Jokowi.

"Kajian tentang arsitektur transformasi digital mulai dari doktrin, kebijakan, program, lalu alokasi anggaran, SDM, lalu ada adopsi teknologi, sudah kami selesaikan dan sudah kami serahkan ke presiden," kata Andi saat ditemui di Kantor Lemhannas, Jakarta Pusat, Selasa (23/5/2023).



"Di dalam kajian itu ada prediksi bagaimana teknologi digital termasuk artificial intelligence itu akan menguat," sambungnya.

Bedasarkan hasil kajian, kata Andi, pihaknya menawarkan beberapa solusi kepada pemerintah guna mengantisipasi adanya penyebaran berita bohong melalui AI. Salah satunya adalah dengan meningkatkan peradaban digital Indonesia.

"Terpaan teknologinya begitu cepat, itu harus diimbangi dengan literasi digital yang lebih tinggi," ucapnya.

Artinya, kecerdasan buatan harus dilawan dengan kecerdasan buatan. Harus ada teknologi yang digunakan untuk mengidentifikasi teknologi.

"Pada saat teknologi akhirnya mengemuka, kita juga harus menyiapkan teknologi untuk melawan, tapi yang paling struktural mendasar adalah peradaban digital yang harus termasuk literasi digitalnya yang harus kita kuatkan," katanya.

"Untuk demokrasi presiden memang sudah meminta kami di Lemhannas untuk mengkaji lebih dalam demokrasi di era digital dan meminta kami untuk memperkuat yang disebut presiden sebagai algoritma kebangsaan," sambungnya.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1231 seconds (0.1#10.140)