Dulu Penulis Pidato KSAD, Siapa Sangka Karier Perwira Ini Lebih Tinggi dari Panglima TNI

Senin, 22 Mei 2023 - 10:11 WIB
loading...
Dulu Penulis Pidato KSAD, Siapa Sangka Karier Perwira Ini Lebih Tinggi dari Panglima TNI
Potret lawas Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama Almarhumah Ibu Ani Yudhoyono. Foto/Instagram @presidenyudhoyono album
A A A
JAKARTA - Pernah gagal menjadi Kepala Staf Angkatan Darat ( KSAD ), karier militer Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mentok sebagai kepala staf teritorial ABRI dengan pangkat letnan jenderal pada 1998-1999. Namun siapa sangka putaran waktu membawa lulusan terbaik Akademi Militer 1973 itu menjadi atasan panglima TNI.

Predikat itu tentu dibilang mengejutkan mengingat SBY tak pernah sampai posisi puncak TNI. Impiannya menjadi KSAD pun pernah musnah karena Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur kala itu (1999) lebih memilih Jenderal TNI Tyasno Sudarto untuk menjadi orang nomor satu di matra Darat.

Bukan tiba-tiba, bila SBY kemudian menjadi atasan Panglima TNI, termasuk juga Kapolri. Ini tentu saja berkaitan dengan statusnya sebagai Presiden RI selama 10 tahun pada periode 2004-2009 dan 2009-2014. Seperti diketahui, Panglima TNI berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Catatan itu juga terbilang sebagai hal tak disangka banyak orang. Menengok rekam jejak militernya, SBY banyak dikenal sebagai 'jenderal di balik meja'. Predikat sebagai perwira intelektual membawanya pada banyak jabatan sebagai sosok pemikir strategis di TNI.



Semasa masih perwira menengah, perain lencana Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama itu juga diandalkan KSAD dan wakil KSAD sebagai pembuat naskah pidato. Pengalaman itu diceritakan oleh mendiang istrinya, Ani Yudhoyono.

Ani mengisahkan, paruh pertama dekade 90-an merupakan jalan mulus bagi karier suaminya. SBY menjadi perwira koordinator staf ahli Dinas Penerangan TNI AD. Tugas itu membuat mereka hijrah ke Jakarta. Ani dan SBY tinggal di rumah mungil dalam kompleks perumahan di Bekasi yang telah mereka beri secara mengangsur sejak 1980-an.

"Salah satu tugas suamiku adalah membuat naskah pidato untuk Kepala Staf TNi AD Jenderal TNI Edi Sudrajat dan Wakil KSAD Letjen Wismoyo Arismunandar," kata Ani dalam buku biografinya 'Ani Yudhoyono Kepak Sayap Putri Prajurit' (hal 334), dikutip Minggu (21/5/2023).



Putri mantan komandan RPKAD Sarwo Edhi Wibowo itu menambahkan, jabatan itu membuat SBY berhubungan dekat dengan Jenderal Edi Sudrajat maupun Letjen Wismoyo. Selang beberapa bulan kemudian, prajurit asal Pacitan itu mendapat promosi sebagai koordinator staf ahli KSAD. "Tugas ini makin memperat kedekatan Pak SBY dengan Pak Edi Sudrajat," tuturnya.

Dari Serdadu ke Presiden


Lulus dari Lembah Tidar, Magelang, pengabdian militer SBY banyak di Baret Hijau Kostrad. Periode 1974–1976, anak tentara ini dipercaya sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad. Pada 1976, dia mendapat kesempatan belajar di Airborne School dan US Army Rangers, American Language Course (Lackland-Texas), Airbone and Ranger Course (Fort Benning) Amerika Serikat.

Balik ke Indonesia, berbagai jabatan diembannya. Sebagian besar masih di Pasukan Cakra alias Kostrad. Jabatan mentereng sebagai pemegang tongkat komando kewilayahan diperolehnya pada 1996-1997 yakni sebagai Pangdam II/Sriwijya.

Tapi setelah itu mantan Korspri Pangab (1993) ini kembali ke balik meja. Sus, panggilan masa kecil SBY, bertugas di Senayan sebagai Asospol Kassospol ABRI/ Wakil Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Umum MPR 1998). Setelah itu Kassospol ABRI/ Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) dan akhirnya Kepala Staf Teritorial ABRI (1998–1999).

Pada masa menjabat Kaster TNI inilah nama SBY diusulkan menjadi KSAD oleh Panglima TNI Jenderal TNI Wiranto. Panglima sadar betul SBY memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan itu baik dari sisi kematangan, pengalaman jabatan, maupun lamanya pangkat Letjen yang disandang.

Sayangnya Gus Dur tidak menerima usulan itu. Belakangan sejarah menulis Tyasno Sudarto yang dipilih mantan ketua umum PBNU tersebut untuk menjabat KSAD.

"Saya tidak tahu mengapa saat itu Presiden menolak mentah-mentah saran saya dengan alasan bahwa Letjen Susilo Bambang Yudhoyono terlalu kental dengan urusan-urusan politik," ujar Wiranto dalam buku 'Bersaksi di Tengah Badai' dikutip, Senin (22/5/2023).

Tapi itu juga belum cukup. Karier militer SBY juga terhenti lebih awal karena Gus Dur menyodori jabatan menteri pertambangan dan energi (mentambem). Itu lah akhir pengabdiannya sebagai anggota TNI karena praktis setelahnya mantan dosen seskoad itu menjadi orang sipil.

Dari mentambem, SBY selanjutnya diplot sebagai menteri koordinator politik sosial keamanan. Jabatan itu terus melekat padanya meski rezim berganti. Presiden Megawati Soekarnoputri kembali mempercayai sebagai menteri koordinator politik dan keamanan.

Ketika MPR mengamendemen konstitusi yang membuka ruang pemilihan langsung presiden-wakil presiden, momen ini menjadi loncatan sejarah bagi SBY. Masih sebagai menteri, dia mulai memikirkan untuk terjun ke politik praktis. Pada 2001 dia mulai merancang pendirian parpol.

"(Pada) 12 Agustus 2001 sebuah pertemuan berlangsung di Hotel Hilton (kini Hotel Sultan) yang dipimpin langsung SBY. Dalam pertemuan itu mencuat keinginan untuk mendirikan partai politik," tulis Akbar Faizal dan Dwitri Waluyo dalam buku 'Partai Demokrat & SBY: Mencari Jawab Sebuah Masa Depan' (hal 43).

Seperti diketahui, Partai Demokrat akhirnya mewujud. SBY didapuk sebagai ketua umum. Ketika pemilihan presiden berlangsung pada 2004, lembaran sejarah kembali dituliskan mantan Kasdam Jaya itu. SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla menjadi pemenang.

SBY boleh gagal menjadi KSAD, namun waktu mengantarkan dia sebagai atasan panglima TNI. Status presiden juga menempatkannya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi Angkatan Perang RI.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1209 seconds (0.1#10.140)