Panglima TNI: Pengamanan Laut Dilakukan Ekstra saat KTT ASEAN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono mengungkapkan pengamanan ekstra dilakukan di wilayah laut Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN. Ini dilakukan sebagai antisipasi ancaman yang selalu timbul setiap ada pertemuan antar kepala negara.
“Ancaman dari laut ini kan kemungkinannya besar bisa dari permukaan, udara, maupun ancaman kapal selam,” kata Yudo dalam wawancara khusus bersama iNews TV di Manggarai, NTT, pekan lalu.
Belum lagi, laut di kawasan Labuan Bajo ditengarai mencapai kedalaman hingga 62 meter. Kedalaman itu dimungkinkan terhadap adanya kapal selam yang beroperasi.
Namun demikian pengamanan di bawah laut saat itu tidak dilakukan dengan patroli. TNI menggunakan sonar untuk mendeteksi kapal-kapal yang masuk ke perairan dalam penjagaan TNI.
“Dengan menghidupkan sonar sudah bisa (mendeteksi), itu kapal yang di sana pintu masuknya,” ungkap Yudo.
Bukan hanya soal keamanan, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) ini juga mengatakan TNI juga mendesain lalu lintas mobilitas kepala negara. Hal ini agar mobilitas delegasi ke tiap venue tidak terhambat.
“Sehingga waktu itu saya cek Meurorah adalah tempat yang di pinggir laut dan juga jalan menuju hotel menuju ke Meurorah ini sangat sempit, sehingga dari sisi kelancaran lalu lintas juga harus kita pertimbangkan,” jelas dia.
Yudo mengatakan, keberhasilan pengamanan KTT ASEAN tak lepas dari sinergi setiap instansi. TNI bukan hanya bersinergi dengan Polri namun instansi lain seperti BSSN, BIN, BNP, serta pemerintah daerah setempat.
“Tentunya saya yang ditunjuk sebagai Ketua dalam pengamanan ini harus bisa mensinergikan tadi, antara TNI-Polri dan instansi terkait,” tutupnya.
“Ancaman dari laut ini kan kemungkinannya besar bisa dari permukaan, udara, maupun ancaman kapal selam,” kata Yudo dalam wawancara khusus bersama iNews TV di Manggarai, NTT, pekan lalu.
Belum lagi, laut di kawasan Labuan Bajo ditengarai mencapai kedalaman hingga 62 meter. Kedalaman itu dimungkinkan terhadap adanya kapal selam yang beroperasi.
Namun demikian pengamanan di bawah laut saat itu tidak dilakukan dengan patroli. TNI menggunakan sonar untuk mendeteksi kapal-kapal yang masuk ke perairan dalam penjagaan TNI.
“Dengan menghidupkan sonar sudah bisa (mendeteksi), itu kapal yang di sana pintu masuknya,” ungkap Yudo.
Bukan hanya soal keamanan, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) ini juga mengatakan TNI juga mendesain lalu lintas mobilitas kepala negara. Hal ini agar mobilitas delegasi ke tiap venue tidak terhambat.
“Sehingga waktu itu saya cek Meurorah adalah tempat yang di pinggir laut dan juga jalan menuju hotel menuju ke Meurorah ini sangat sempit, sehingga dari sisi kelancaran lalu lintas juga harus kita pertimbangkan,” jelas dia.
Yudo mengatakan, keberhasilan pengamanan KTT ASEAN tak lepas dari sinergi setiap instansi. TNI bukan hanya bersinergi dengan Polri namun instansi lain seperti BSSN, BIN, BNP, serta pemerintah daerah setempat.
“Tentunya saya yang ditunjuk sebagai Ketua dalam pengamanan ini harus bisa mensinergikan tadi, antara TNI-Polri dan instansi terkait,” tutupnya.
(muh)