Tumbuhkan Optimisme Publik, Dewan Pers Dorong Jurnalisme Positif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Insan pers diingatkan terkait pentingnya jurnalisme positif. Pandangan ini disampaikan oleh Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu bersamaan Peluncuran dan Diskusi Buku Jurnalisme Positif, melalui akun Youtube IJTI Channel, Senin (17/4/2023).
Dijelaskan Ninik, jurnalisme positif, tidak sekadar menyampaikan informasi sesuai dengan fakta di lapangan. Lebih dari itu, insan pers harus mampu menumbuhkan optimisme masyarakat.
"Pers harus mampu menyuguhkan informasi dari sudut pandang yang eksplorasi. Menumbuhkan optimisme masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan," kata Ninik.
Salah satu contoh dari jurnalisme positif, Ninik mengambil contoh pengalamannya bersama Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dari pengalamannya itu, jelas Ninik, masyarakat perlu dibiasakan untuk berpikir kritis terhadap informasi yang disajikan.
"Saya mengingat Presiden Abdurrahman Wahid. Hampir setiap hari Jumat melemparkan satu isu yang membuat kita semua geger. Misalnya enggak usah assalamualaikum, selamat pagi, sama aja. Bagaimana itu kemudian menjadi kursus pembahasan yang tidak selesai-selesai. Mengajak masyarakat kita berpikir kritis," jelas dia.
Dalam kesempatan itu, Ninik juga mengingatkan terhadap bahayanya informasi yang ditutup-tutupi atau dikurangi terhadap masyarakat.
"Informasi yang dikurangi, masyarakat bisa kehilangan arah. Harus diakui, akhir-akhir ini media kita hanya berkutat pada rating," tutupnya.
Dijelaskan Ninik, jurnalisme positif, tidak sekadar menyampaikan informasi sesuai dengan fakta di lapangan. Lebih dari itu, insan pers harus mampu menumbuhkan optimisme masyarakat.
"Pers harus mampu menyuguhkan informasi dari sudut pandang yang eksplorasi. Menumbuhkan optimisme masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan," kata Ninik.
Salah satu contoh dari jurnalisme positif, Ninik mengambil contoh pengalamannya bersama Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dari pengalamannya itu, jelas Ninik, masyarakat perlu dibiasakan untuk berpikir kritis terhadap informasi yang disajikan.
"Saya mengingat Presiden Abdurrahman Wahid. Hampir setiap hari Jumat melemparkan satu isu yang membuat kita semua geger. Misalnya enggak usah assalamualaikum, selamat pagi, sama aja. Bagaimana itu kemudian menjadi kursus pembahasan yang tidak selesai-selesai. Mengajak masyarakat kita berpikir kritis," jelas dia.
Dalam kesempatan itu, Ninik juga mengingatkan terhadap bahayanya informasi yang ditutup-tutupi atau dikurangi terhadap masyarakat.
"Informasi yang dikurangi, masyarakat bisa kehilangan arah. Harus diakui, akhir-akhir ini media kita hanya berkutat pada rating," tutupnya.
(maf)