Jarak Buffer Zone Berstandar Internasional Dinilai Perlu Dicontoh
loading...

Foto udara suasana lokasi sisa kebakaran Terminal BBM (TBBM) Pertamina Plumpang, yang menjalar ke kawasan pemukiman di jalan Koramil, Koja, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023). Foto/Dok MPI/Arif Julianto
A
A
A
JAKARTA - Jarak buffer zone atau zona penyangga dengan standar internasional di luar negeri dinilai bisa menjadi contoh bagi objek vital nasional (obvitnas) di Indonesia. Jarak buffer zone berstandar internasional itu cukup jauh dan steril dari permukiman penduduk.
“Buffer zone sangat dibutuhkan untuk mencegah bahaya sampai ke masyarakat. Untuk itu, kondisi buffer zone pada industri di negara maju yang jauh dari permukiman, patut dicontoh di Indonesia,” ujar pakar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Juwari dihubungi, Jumat (24/3/2023).
Menurut dia, keberadaan buffer zone sangat penting di semua obvitnas, terutama bagi industri atau obvitnas yang punya potensi bahaya seperti ledakan, kebakaran, dan kebocoran bahan beracun. Diakuinya bahwa belum ada ketentuan baku mengenai jarak buffer zone.
Baca juga: Pertamina Bangun Buffer Zone, 1.225 Rumah Bakal Kena Gusur
Jarak tersebut sangat tergantung dari masing-masing potensi bahaya dari industri atau obvitnas. Sebagai ilustrasi, Juwari memberikan contoh dua industri atau obvitnas yang sama, yakni bahan kimia.
Meski sama-sama bahan kimia, ternyata ada perbedaan mengenai jarak buffer zone ideal, yakni antara bahan kimia beracun dan bahan kimia yang hanya mudah terbakar dan meledak. Dia menilai bahan kimia beracun membutuhkan buffer zone lebih jauh dibandingkan yang hanya mudah terbakar dan meledak.
“Hal ini untuk mengantisipasi, jika terjadi kebocoran, agar tidak mengalir dan terbawa angin karena bisa meracuni warga. Sedangkan yang hanya berpotensi meledak, buffer zone dibutuhkan untuk mencegah dari dampak ledakan saja,” katanya.
“Buffer zone sangat dibutuhkan untuk mencegah bahaya sampai ke masyarakat. Untuk itu, kondisi buffer zone pada industri di negara maju yang jauh dari permukiman, patut dicontoh di Indonesia,” ujar pakar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Juwari dihubungi, Jumat (24/3/2023).
Menurut dia, keberadaan buffer zone sangat penting di semua obvitnas, terutama bagi industri atau obvitnas yang punya potensi bahaya seperti ledakan, kebakaran, dan kebocoran bahan beracun. Diakuinya bahwa belum ada ketentuan baku mengenai jarak buffer zone.
Baca juga: Pertamina Bangun Buffer Zone, 1.225 Rumah Bakal Kena Gusur
Jarak tersebut sangat tergantung dari masing-masing potensi bahaya dari industri atau obvitnas. Sebagai ilustrasi, Juwari memberikan contoh dua industri atau obvitnas yang sama, yakni bahan kimia.
Meski sama-sama bahan kimia, ternyata ada perbedaan mengenai jarak buffer zone ideal, yakni antara bahan kimia beracun dan bahan kimia yang hanya mudah terbakar dan meledak. Dia menilai bahan kimia beracun membutuhkan buffer zone lebih jauh dibandingkan yang hanya mudah terbakar dan meledak.
“Hal ini untuk mengantisipasi, jika terjadi kebocoran, agar tidak mengalir dan terbawa angin karena bisa meracuni warga. Sedangkan yang hanya berpotensi meledak, buffer zone dibutuhkan untuk mencegah dari dampak ledakan saja,” katanya.
Lihat Juga :