Dekati Kelompok Islam, Istana Tunjuk 2 Jenderal Hijau Pegang Komando TNI
loading...
A
A
A
Greg menuturkan, Pak Harto jelas khawatir bila Gus Dur terpilih kembali sebagai Ketua Umum PBNU untuk periode ketiga. Yang perlu diperhatikan adalah dalam muktamar kali ini, Gus Dur berada di baris ketiga dari depan ketika acara pembukaan dan tidak disapa secara resmi oleh presiden.
Jurnalis Australia, David Jenkins secara gamblang mengetahui langsung ketidaksukaan Soeharto dengan Islam lewat wawancara khususnya dengan mantan Panglima Teritorium IV/Diponegoro tersebut. Jelang Pemilu 1977 Soeharto menerima IJ Kasimo, Frans Seda, dan beberapa orang lain. Sebelum para tamu duduk, dia berujar.
"Musuh kita bersama ialah Islam," kata Soeharto ditulis Jenkins dalam buku Soeharto & Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975-1983(hal 35).
Presiden Soeharto bersama para menteri menghadiri acara Nuzulul Quran beberapa waktu lampau. Foto/Khastara Perpusnas
Soeharto boleh saja alergi dengan kalangan Islam. Namun secara politis jelas dia tak bisa selamanya berhadapan dengan kaum santri. Berbagai cara pun dilakukan agar kemesraan itu terjalin. Salah satu cara untuk mendekatkan diri dengan kelompok Muslim ditandai dengan didirikannya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada Desember 1990.
Menurut Greg Barton, lima tahun sebelumnya tidak terbayang organisasi semacam ICMI dapat muncul. Dalam bulan-bulan sebelum organisasi ini resmi diluncurkan, Soeharto secara jelas telah mengutarakan niatnya untuk menyeponsori.
Sebagai hasilnya, ICMI sejak kelahirannya menjadi sangat dekat dengan Golkar-nya Soeharto. Indonesianis asal Amerika Serikat, R William Liddle berpandangan, ICMI didirikan bukan hanya untuk kooptasi oposisi yang potensial menentang Soeharto, termasuk para jenderal militer yang bermanuver melawan. ICMI juga sebuah alat untuk merayu kelompok-kelompok Islam tertentu untuk berpihak pada mantan Pangkostrad itu sebelum Pemilu 1992 dan Pemilihan Presiden 1993.
"Karena alasan inilah dikepalai BJ Habibie, orang dekat Soeharto. Dari pendirian ICMI, Soeharto menjamin organisasi ini di bawah control staf Habibie," kata Liddle dalam Media Dakwah Scripturalism: One Form of Islamic Political Thought and Action in New Order Indonesiadikutip Benyamin Fleming Intan di buku Agama Publik di Bumi Pancasila(hal 100).
Upaya merangkul kelompok Islam juga dilakukan melalui militer. The Smilling General, julukan Pak Harto, memilih perwira-perwira tinggi yang dekat dengan kalangan Muslim masuk dalam lingkarannya. Di kalangan militer, yang demikian ini disebut ABRI Hijau. Masuk dalam kategori ABRI Hijau antara lain Jenderal TNI R Hartono, Jenderal TNI Feisal Tanjung dan Letjen TNI Syarwan Hamid.
Rivalitas ABRI Hijau dan ABRI Merah Putih telah mencuat pada 1990. Bukan sekedar berebut pengaruh pada Soeharto, namun perseteruan internal ini juga berujung pada karier militer mereka. Benny Moerdani sebagai pemeluk Katolik dan dianggap memiliki andil besar dalam menghabisi gerakan Islam menyingkirkan para ABRI Hijau dari pusaran inti TNI. Mereka dikotak dan dipinggirkan.
"Tokoh-tokoh militer yang terafiliasi dengan organisasi Islam terkendala untuk menduduki posisi strategis di tubuh TNI. Feisal Tanjung dan R Hartono, misalnya. Keduanya dari keluarga Muhammadiyah terhambat dalam promosi jabatan," tutur Muh Khamdan dalam Politik Identitas dan Perebutan Hegemoni Kuasa: Kontestasi dalam Politik Elektoral di Indonesia(hal 228).
Jurnalis Australia, David Jenkins secara gamblang mengetahui langsung ketidaksukaan Soeharto dengan Islam lewat wawancara khususnya dengan mantan Panglima Teritorium IV/Diponegoro tersebut. Jelang Pemilu 1977 Soeharto menerima IJ Kasimo, Frans Seda, dan beberapa orang lain. Sebelum para tamu duduk, dia berujar.
"Musuh kita bersama ialah Islam," kata Soeharto ditulis Jenkins dalam buku Soeharto & Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975-1983(hal 35).
Merangkul Islam
Presiden Soeharto bersama para menteri menghadiri acara Nuzulul Quran beberapa waktu lampau. Foto/Khastara Perpusnas
Soeharto boleh saja alergi dengan kalangan Islam. Namun secara politis jelas dia tak bisa selamanya berhadapan dengan kaum santri. Berbagai cara pun dilakukan agar kemesraan itu terjalin. Salah satu cara untuk mendekatkan diri dengan kelompok Muslim ditandai dengan didirikannya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada Desember 1990.
Menurut Greg Barton, lima tahun sebelumnya tidak terbayang organisasi semacam ICMI dapat muncul. Dalam bulan-bulan sebelum organisasi ini resmi diluncurkan, Soeharto secara jelas telah mengutarakan niatnya untuk menyeponsori.
Sebagai hasilnya, ICMI sejak kelahirannya menjadi sangat dekat dengan Golkar-nya Soeharto. Indonesianis asal Amerika Serikat, R William Liddle berpandangan, ICMI didirikan bukan hanya untuk kooptasi oposisi yang potensial menentang Soeharto, termasuk para jenderal militer yang bermanuver melawan. ICMI juga sebuah alat untuk merayu kelompok-kelompok Islam tertentu untuk berpihak pada mantan Pangkostrad itu sebelum Pemilu 1992 dan Pemilihan Presiden 1993.
"Karena alasan inilah dikepalai BJ Habibie, orang dekat Soeharto. Dari pendirian ICMI, Soeharto menjamin organisasi ini di bawah control staf Habibie," kata Liddle dalam Media Dakwah Scripturalism: One Form of Islamic Political Thought and Action in New Order Indonesiadikutip Benyamin Fleming Intan di buku Agama Publik di Bumi Pancasila(hal 100).
Upaya merangkul kelompok Islam juga dilakukan melalui militer. The Smilling General, julukan Pak Harto, memilih perwira-perwira tinggi yang dekat dengan kalangan Muslim masuk dalam lingkarannya. Di kalangan militer, yang demikian ini disebut ABRI Hijau. Masuk dalam kategori ABRI Hijau antara lain Jenderal TNI R Hartono, Jenderal TNI Feisal Tanjung dan Letjen TNI Syarwan Hamid.
Duet Jenderal Santri
Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen mengatakan, ABRI Hijau adalah julukan untuk tentara yang berasal dari subkultur Islam dan dekat dengan kalangan tokoh-tokoh Islam seperti ulama, kiai, dan pimpinan ormas Islam. Sebaliknya, muncul pula istilah ABRI Merah Putih. Ini julukan untuk kelompok tentara yang dianggap nasionalis dan tidak membawa bendera agama. Masuk dalam golongan ini yaitu Benny Moerdani dan selanjutnya Edi Sudrajat.Rivalitas ABRI Hijau dan ABRI Merah Putih telah mencuat pada 1990. Bukan sekedar berebut pengaruh pada Soeharto, namun perseteruan internal ini juga berujung pada karier militer mereka. Benny Moerdani sebagai pemeluk Katolik dan dianggap memiliki andil besar dalam menghabisi gerakan Islam menyingkirkan para ABRI Hijau dari pusaran inti TNI. Mereka dikotak dan dipinggirkan.
"Tokoh-tokoh militer yang terafiliasi dengan organisasi Islam terkendala untuk menduduki posisi strategis di tubuh TNI. Feisal Tanjung dan R Hartono, misalnya. Keduanya dari keluarga Muhammadiyah terhambat dalam promosi jabatan," tutur Muh Khamdan dalam Politik Identitas dan Perebutan Hegemoni Kuasa: Kontestasi dalam Politik Elektoral di Indonesia(hal 228).