Menangkal Hantu Resesi Ekonomi
loading...
A
A
A
RESESI ekonomi telah melanda Singapura. Ekonomi negeri jiran itu mengalami kontraksi hingga 41,2% pada kuartal kedua tahun ini. Perekonomian Singapura yang ditopang aktivitas ekspor luluh lantak akibat pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Selama ini ekonomi Singapura yang sangat tergantung pada perdagangan internasional terkunci karena Covid-19 juga melanda banyak negara sehingga berdampak terhadap aktivitas perdagangan global. Di sisi lain, permintaan di dalam negeri (domestic demand) tidak mampu menyubstitusi aktivitas perdagangan internasional yang menjadi mesin pertumbuhan ekonomi (engine of growth). Kini, ekonomi Negeri Singa telah tergelincir masuk jurang resesi. Lalu, apa dampaknya terhadap perekonomian Indonesia mengingat Singapura salah satu mitra dagang utama Indonesia? Bagaimana menyikapinya?
Singapura sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia menduduki urutan kelima. Data terbaru yang dipublikasi Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor Indonesia ke Singapura masih alami peningkatan sebesar USD137,7 juta pada Juni lalu. Adapun komoditas yang meningkat sepanjang bulan lalu adalah logam mulia, perhiasan, dan permata. Menyusul mesin, perlengkapan listrik hingga alat mekanis, dan tembakau. Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia dan Singapura sudah mulai goyang sejak Mei lalu, menyusul melemahnya ekspor sejumlah komoditas yang selama ini menjadi andalan Indonesia.
Resesi ekonomi yang melanda Singapura telah membuat ketar-ketir pemerintah. Apa yang dikhawatirkan pemerintah kini telah menjadi kenyataan di negeri tetangga yang tidak tertutup kemungkinan menular ke Indonesia yang juga diambang resesi ekonomi. Mewaspadai “hantu” resesi ekonomi, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memiliki sejumlah strategi di antaranya bagaimana menjaga kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional meliputi tingkat konsumsi rumah tangga, ekspor, dan investasi.
Apakah Indonesia bakal terseret ke jurang resesi ekonomi? Akan terjawab dari angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga nanti. Sebagaimana penjelasan Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam berbagai kesempatan bahwa Indonesia tak bisa menghindar dari resesi ekonomi apabila pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga mencatatkan angka minus. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama masih positif di kisaran 2,97%. Lalu kuartal kedua diprediksi mencatat minus menyusul pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat aktivitas ekonomi cenderung stagnan. Untuk pertumbuhan ekonomi kuartal kedua, Sri Mulyani Indrawati memprediksi sebesar minus 3,8% belakangan dikoreksi menjadi minus 4,3%. Pasalnya, kinerja sejumlah sektor industri mengalami kontraksi sangat tajam mulai dari transportasi, perdagangan, dan manufaktur, hingga pertambangan.
Sekadar menyegarkan ingatan bahwa resesi ekonomi adalah apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun. Bila terjadi resesi, maka seluruh aktivitas ekonomi mengalami penurunan yang signifikan. Adapun ciri-ciri menuju resesi ekonomi dapat dimonitori mulai dari pendapatan masyarakat yang turun karena sulit mendapatkan pekerjaan. Terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) karena aktivitas ekonomi sudah mulai melambat. Daya beli masyarakat melempem. Lalu, bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat terus berlangsung. Selanjutnya masyarakat kelas menengah mulai mengerem belanja.
Untuk menangkal resesi ekonomi, pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tidak mencatat angka minus. Karena itu, pemerintah bagaimana caranya memaksimalkan belanja yang bisa memancing pergerakan ekonomi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan memantau setiap hari perkembangan anggaran belanja pada kementerian dan lembaga. Sebab, kuartal ketiga adalah pertaruhan bagi pemerintah apakah Indonesia tergelincir ke jurang resesi ekonomi atau tidak.
Pemerintah optimistis apabila anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang nyaris menembus sebesar Rp700 triliun terserap maksimal, maka bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,4% sehingga kuartal ketiga dan keempat pertumbuhan ekonomi bisa positif. Ingat, bila terjadi resesi ekonomi akan menimbulkan dampak PHK massal yang melahirkan pengangguran dan pada ujungnya meningkatkan angka kemiskinan.
Selama ini ekonomi Singapura yang sangat tergantung pada perdagangan internasional terkunci karena Covid-19 juga melanda banyak negara sehingga berdampak terhadap aktivitas perdagangan global. Di sisi lain, permintaan di dalam negeri (domestic demand) tidak mampu menyubstitusi aktivitas perdagangan internasional yang menjadi mesin pertumbuhan ekonomi (engine of growth). Kini, ekonomi Negeri Singa telah tergelincir masuk jurang resesi. Lalu, apa dampaknya terhadap perekonomian Indonesia mengingat Singapura salah satu mitra dagang utama Indonesia? Bagaimana menyikapinya?
Singapura sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia menduduki urutan kelima. Data terbaru yang dipublikasi Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor Indonesia ke Singapura masih alami peningkatan sebesar USD137,7 juta pada Juni lalu. Adapun komoditas yang meningkat sepanjang bulan lalu adalah logam mulia, perhiasan, dan permata. Menyusul mesin, perlengkapan listrik hingga alat mekanis, dan tembakau. Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia dan Singapura sudah mulai goyang sejak Mei lalu, menyusul melemahnya ekspor sejumlah komoditas yang selama ini menjadi andalan Indonesia.
Resesi ekonomi yang melanda Singapura telah membuat ketar-ketir pemerintah. Apa yang dikhawatirkan pemerintah kini telah menjadi kenyataan di negeri tetangga yang tidak tertutup kemungkinan menular ke Indonesia yang juga diambang resesi ekonomi. Mewaspadai “hantu” resesi ekonomi, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memiliki sejumlah strategi di antaranya bagaimana menjaga kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional meliputi tingkat konsumsi rumah tangga, ekspor, dan investasi.
Apakah Indonesia bakal terseret ke jurang resesi ekonomi? Akan terjawab dari angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga nanti. Sebagaimana penjelasan Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam berbagai kesempatan bahwa Indonesia tak bisa menghindar dari resesi ekonomi apabila pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga mencatatkan angka minus. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama masih positif di kisaran 2,97%. Lalu kuartal kedua diprediksi mencatat minus menyusul pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat aktivitas ekonomi cenderung stagnan. Untuk pertumbuhan ekonomi kuartal kedua, Sri Mulyani Indrawati memprediksi sebesar minus 3,8% belakangan dikoreksi menjadi minus 4,3%. Pasalnya, kinerja sejumlah sektor industri mengalami kontraksi sangat tajam mulai dari transportasi, perdagangan, dan manufaktur, hingga pertambangan.
Sekadar menyegarkan ingatan bahwa resesi ekonomi adalah apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun. Bila terjadi resesi, maka seluruh aktivitas ekonomi mengalami penurunan yang signifikan. Adapun ciri-ciri menuju resesi ekonomi dapat dimonitori mulai dari pendapatan masyarakat yang turun karena sulit mendapatkan pekerjaan. Terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) karena aktivitas ekonomi sudah mulai melambat. Daya beli masyarakat melempem. Lalu, bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat terus berlangsung. Selanjutnya masyarakat kelas menengah mulai mengerem belanja.
Untuk menangkal resesi ekonomi, pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tidak mencatat angka minus. Karena itu, pemerintah bagaimana caranya memaksimalkan belanja yang bisa memancing pergerakan ekonomi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan memantau setiap hari perkembangan anggaran belanja pada kementerian dan lembaga. Sebab, kuartal ketiga adalah pertaruhan bagi pemerintah apakah Indonesia tergelincir ke jurang resesi ekonomi atau tidak.
Pemerintah optimistis apabila anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang nyaris menembus sebesar Rp700 triliun terserap maksimal, maka bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,4% sehingga kuartal ketiga dan keempat pertumbuhan ekonomi bisa positif. Ingat, bila terjadi resesi ekonomi akan menimbulkan dampak PHK massal yang melahirkan pengangguran dan pada ujungnya meningkatkan angka kemiskinan.
(ras)