Kepala BNPT: Tak Boleh Ada Ruang bagi Ideologi Kekerasan di Indonesia
Rabu, 07 Desember 2022 - 17:41 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT ) Komjen Pol Boy Rafli Amar menegaskan tak boleh ada ruang bagi ideologi kekerasan bertumbuh kembang di Indonesia.
"Kita harus berupaya maksimal, Tidak ada ruang ideologi-ideologi berbasis kekerasan ini berada di lingkungan kita"Jelas Kepala BNPT di Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Boy Rafli mengatakan semua pihak harus bahu-membahu bergotong-royong membendung arus propaganda paham radikalisme dan terorisme. Seruan-seruan untuk memasang jejaring kewaspadaan perlu diperkuat agar mereka tidak mudah hadir di tengah-tengah masyarakat.
"Begitu luasnya bangsa Indonesia ini, negara kita, begitu besarnya jumlah penduduk kita, maka kita terus memberikan seruan-seruan dalam rangka sama-sama memasang jejaring agar mereka tidak mudah hadir di tengah-tengah masyarakat," katanya.
Orang nomor satu di lembaga koordinator penanggulangan terorisme ini juga merespons aksi teror bom bunuh diri yang baru saja terjadi di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat. BNPT sangat menyayangkan aksi saling melukai antaranak bangsa ini. Aksi tersebut adalah perwujudan dari ideologi kekerasan ekstrem yang mesti dilawan semua pihak.
"Inilah bentuk virus radikal terorisme yang terjadi. Seperti yang saya katakan, menghalalkan segala cara, menggunakan kekerasan ekstrem," tegasnya.
Sebagai respons langsung, BNPT sudah berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk membantu upaya pendalaman kasus kekerasan ekstrem tersebut. BNPT juga telah menerjunkan sejumlah unsur yang berkompeten di bawah komando Deputi Bidang Penindakan. "Sementara dalam penyelidikan lebih lanjut. Dari unsur-unsur BNPT juga ada di Bandung, dengan Polda dan Densus 88," terangnya.
Pemilihan kantor polisi sebagai target sasaran aksi teror ini menurut Boy disebabkan lantaran aparat kepolisian merupakan aktor yang selama ini selalu menggagalkan upaya para teroris. "Karena dianggap selama ini yang menggagalkan misi-misi terorisme adalah aparat penegak hukum. Makanya polisi jadi daftar target mereka, salah satu di antaranya," ujar dia.
Terkait narasi kecolongan, dia berpendapat penggunaan istilah tersebut tidak tepat. Pasalnya, potensi aksi kekerasan itu terdapat di alam pikiran pelaku teror. Potensi itu hadir lantaran distimulasi ideologi kekerasan yang tak serta merta dapat terdeteksi sejak di alam pikiran. "Ideologi terorisme itu adalah dari alam pikiran. Apakah kita bisa membaca alam pikiran dengan serta merta apa yang ada di dalam setiap isi kepala Bangsa Indonesia," ujar Kepala BNPT.
Oleh karena itu, dia mengajak semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan kepekaan di tengah dinamika kehidupan sosial dengan pengaruh-pengaruh yang tidak selamanya positif. "Peristiwa ini bisa terjadi menyasar kepada siapa saja, bisa menjadikan siapa saja menjadi target," kata dia
"Kita harus berupaya maksimal, Tidak ada ruang ideologi-ideologi berbasis kekerasan ini berada di lingkungan kita"Jelas Kepala BNPT di Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Boy Rafli mengatakan semua pihak harus bahu-membahu bergotong-royong membendung arus propaganda paham radikalisme dan terorisme. Seruan-seruan untuk memasang jejaring kewaspadaan perlu diperkuat agar mereka tidak mudah hadir di tengah-tengah masyarakat.
Baca Juga
"Begitu luasnya bangsa Indonesia ini, negara kita, begitu besarnya jumlah penduduk kita, maka kita terus memberikan seruan-seruan dalam rangka sama-sama memasang jejaring agar mereka tidak mudah hadir di tengah-tengah masyarakat," katanya.
Orang nomor satu di lembaga koordinator penanggulangan terorisme ini juga merespons aksi teror bom bunuh diri yang baru saja terjadi di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat. BNPT sangat menyayangkan aksi saling melukai antaranak bangsa ini. Aksi tersebut adalah perwujudan dari ideologi kekerasan ekstrem yang mesti dilawan semua pihak.
"Inilah bentuk virus radikal terorisme yang terjadi. Seperti yang saya katakan, menghalalkan segala cara, menggunakan kekerasan ekstrem," tegasnya.
Sebagai respons langsung, BNPT sudah berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk membantu upaya pendalaman kasus kekerasan ekstrem tersebut. BNPT juga telah menerjunkan sejumlah unsur yang berkompeten di bawah komando Deputi Bidang Penindakan. "Sementara dalam penyelidikan lebih lanjut. Dari unsur-unsur BNPT juga ada di Bandung, dengan Polda dan Densus 88," terangnya.
Pemilihan kantor polisi sebagai target sasaran aksi teror ini menurut Boy disebabkan lantaran aparat kepolisian merupakan aktor yang selama ini selalu menggagalkan upaya para teroris. "Karena dianggap selama ini yang menggagalkan misi-misi terorisme adalah aparat penegak hukum. Makanya polisi jadi daftar target mereka, salah satu di antaranya," ujar dia.
Terkait narasi kecolongan, dia berpendapat penggunaan istilah tersebut tidak tepat. Pasalnya, potensi aksi kekerasan itu terdapat di alam pikiran pelaku teror. Potensi itu hadir lantaran distimulasi ideologi kekerasan yang tak serta merta dapat terdeteksi sejak di alam pikiran. "Ideologi terorisme itu adalah dari alam pikiran. Apakah kita bisa membaca alam pikiran dengan serta merta apa yang ada di dalam setiap isi kepala Bangsa Indonesia," ujar Kepala BNPT.
Oleh karena itu, dia mengajak semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan kepekaan di tengah dinamika kehidupan sosial dengan pengaruh-pengaruh yang tidak selamanya positif. "Peristiwa ini bisa terjadi menyasar kepada siapa saja, bisa menjadikan siapa saja menjadi target," kata dia
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda