Dua Makna Berbeda Duduk Semeja SBY-Megawati dan Anies-Gibran
Rabu, 16 November 2022 - 12:31 WIB
JAKARTA - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) duduk satu meja saat gala dinner Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Selasa (15/11/2022) malam. Foto momen langka tersebut beredar luas di media sosial dan menjadi perbincangan warganet atau netizen.
Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai, foto Megawati dan SBY yang duduk satu meja adalah yang biasa atau lumrah. Sebab, keduanya diundang dalam acara gala dinner KTT G20 di Bali.
"Mereka para mantan presiden yang negaranya ditunjuk sebagai tuan rumah, sehingga mereka para mantan Presiden tersebut di undang dan ditempatkan dalam satu meja. Itu saja," kata Ubedilah Badrun, Rabu (16/11/2022).
Ia juga menilai foto tersebut tidak berkaitan dengan Pemilu 2024. "Saya mencermati foto tersebut tidak menjelaskan suasana keakraban politik maupun pembicaraan politik untuk 2024," ujarnya.
Menurut Ubedilah, ekspresi Megawati dan SBY tidak menunjukan sedang berdiskusi atau berbicara. Meski duduk satu meja, foto itu tidak menunjukkan komunikasi yang intens antarkeduanya.
"Tetapi sebagai gimmick politik pertemuan antartokoh yang dulu berseberangan lalu duduk satu meja itu ada manfaatnya untuk mengurangi ketegangan politik antara dua kubu tersebut," kata Ubedillah.
Hal berbeda malah ditunjukkan foto Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sarapan bersama mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurutnya, foto Anies dan Gibran menunjukan makna keduanya memiliki hasrat politik.
"Sebab tidak mungkin mereka bertemu kecuali memiliki kepentingan menuju 2024. Pengabaian terhadap problem keduanya (nepotisme baru dan politik identitas) mengisyaratkan betapa politik di Indonesia itu sangat pragmatis dan mengabaikan hal-hal etis substantif dalam idealisme politik," kata Ubedilah.
Baca juga: Gibran Unggah Foto Semeja dengan Anies serta Foto SBY Semeja Megawati, Kode Apa Ini?
Soal posisi di antara Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan, Ubedillah menyarankan Jokowi semestinya memilih jalan netral karena saat ini masih menjadi presiden dan bukan ketua umum partai politik.
"Meskipun keliatanya Jokowi kesusu atau telanjur terburu-buru mendukung Prabowo Subianto. Sesuatu yang tidak etis dalam perspektif politik substantif kenegaraan," kata Ubedilah Badrun.
Untuk diketahui, pada Selasa (15/11/2022) kemarin, dua peristiwa duduk bersama di meja makan terjadi dan menjadi perbincangan perpolitikan nasional. Pertama, Gibran bertemu dan sarapan pagi bersama Anies Baswedan di Solo. Kedua, SBY duduk satu meja dengan Megawati dalam Gala Dinner KTT G20 di Garuda Wisnu Kencana, Bali pada Selasa malam.
Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai, foto Megawati dan SBY yang duduk satu meja adalah yang biasa atau lumrah. Sebab, keduanya diundang dalam acara gala dinner KTT G20 di Bali.
"Mereka para mantan presiden yang negaranya ditunjuk sebagai tuan rumah, sehingga mereka para mantan Presiden tersebut di undang dan ditempatkan dalam satu meja. Itu saja," kata Ubedilah Badrun, Rabu (16/11/2022).
Ia juga menilai foto tersebut tidak berkaitan dengan Pemilu 2024. "Saya mencermati foto tersebut tidak menjelaskan suasana keakraban politik maupun pembicaraan politik untuk 2024," ujarnya.
Menurut Ubedilah, ekspresi Megawati dan SBY tidak menunjukan sedang berdiskusi atau berbicara. Meski duduk satu meja, foto itu tidak menunjukkan komunikasi yang intens antarkeduanya.
"Tetapi sebagai gimmick politik pertemuan antartokoh yang dulu berseberangan lalu duduk satu meja itu ada manfaatnya untuk mengurangi ketegangan politik antara dua kubu tersebut," kata Ubedillah.
Hal berbeda malah ditunjukkan foto Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sarapan bersama mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurutnya, foto Anies dan Gibran menunjukan makna keduanya memiliki hasrat politik.
"Sebab tidak mungkin mereka bertemu kecuali memiliki kepentingan menuju 2024. Pengabaian terhadap problem keduanya (nepotisme baru dan politik identitas) mengisyaratkan betapa politik di Indonesia itu sangat pragmatis dan mengabaikan hal-hal etis substantif dalam idealisme politik," kata Ubedilah.
Baca juga: Gibran Unggah Foto Semeja dengan Anies serta Foto SBY Semeja Megawati, Kode Apa Ini?
Soal posisi di antara Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan, Ubedillah menyarankan Jokowi semestinya memilih jalan netral karena saat ini masih menjadi presiden dan bukan ketua umum partai politik.
"Meskipun keliatanya Jokowi kesusu atau telanjur terburu-buru mendukung Prabowo Subianto. Sesuatu yang tidak etis dalam perspektif politik substantif kenegaraan," kata Ubedilah Badrun.
Untuk diketahui, pada Selasa (15/11/2022) kemarin, dua peristiwa duduk bersama di meja makan terjadi dan menjadi perbincangan perpolitikan nasional. Pertama, Gibran bertemu dan sarapan pagi bersama Anies Baswedan di Solo. Kedua, SBY duduk satu meja dengan Megawati dalam Gala Dinner KTT G20 di Garuda Wisnu Kencana, Bali pada Selasa malam.
(abd)
tulis komentar anda