Peringati HUT ke-77 RI, Atdikbud Canberra Gelar Workshop Batik Kontemporer

Selasa, 16 Agustus 2022 - 16:58 WIB
Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra menyelenggarakan workshop membatik kontemporer, Senin (15/8/2022. FOTO/IST
JAKARTA - Memeriahkan Hari Ulang Tahun ( HUT) ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia , Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra menyelenggarakan workshop membatik kontemporer, Senin (15/8/2022. Kegiatan ini diikuti oleh para guru di sekolah-sekolah Canberra dan para istri duta besar dari berbagai negara yang sedang bertugas di Canberra.

Menurut Atdikbud Canberra, Mukhamad Najib, kegiatan ini merupakan bagian dari promosi dan diplomasi budaya. Tujuannya untuk mengenalkan salah satu warisan dunia milik Indonesia, yaitu batik kepada para guru dan masyarakat dunia di Canberra. Khusus untuk para guru, Najib berharap agar para guru bisa lebih dekat dengan Indonesia dan kelak bisa memberikan perspektif baru mengenai kekayaan budaya Indonesia kepada pasa siswanya.

"Tentu banyak orang yang sudah tahu kalau batik merupakan warisan dunia tak benda milik Indonesia. Namun di sini kita ingin mengenalkan kepada para guru cara membuat batik dengan tema kontemporer. Kami berharap para guru memiliki pengalaman yang menarik dalam workshop ini. Dengan mengenalkan teknik membatik kontemporer, kami juga berharap agar dunia semakin tahu bahwa batik Indonesia bisa beradaptasi dengan situasi kekinian," kata Najib dalam keterangan tertulisnya dikutip, Selasa (16/8/2022).



Batik kontemporer menurut Najib memiliki sejumlah perbedaan dengan batik klasik. Batik klasik lebih bersifat tradisional dengan motif yang sudah digunakan secara turun-temurun. Dalam batik tradisional, identitas budaya sangat kuat bahkan ada nuansa spiritual maupun mistis. Warnanya juga cenderung gelap dengan corak simbolik seperti parang, kawung, dan lain sebagainya.

"Sementara batik kontemporer cenderung lebih bersifat dinamis dengan corak warna yang lebih cerah. Dari sisi desain atau motif, batik kontemporer tidak terpaku pada motif lama," katanya.

Batik kontemporer yang diajarkan dalam workshop batik di KBRI Canberra adalah menggambar motif batik dengan pendekatan tematik kekinian, sehingga tidak terpaku pada pakem motif batik yang sudah ada seperti batik motif parang, motif kawung, motif sogan, dan motif lain yang sudah banyak dikenal. Instruktur batik asal Yogyakarta, Dias Prabu, menyebut motif batiknya sebagai Batik Kontemporer Flowing Lifelines. Batik kontemporer sangat cocok untuk semangat kemerdekaan karena seni batik kontemporer mengajak kita merdeka dari pola-pola lama.

Baca juga: Cerita Gadis Cantik Aswita Dewi Jatuh Cinta pada Batik, Dorong Jadi Tren Fashion Kekinian

Menurut Dias, desain yang dikembangkan dalam batik kontemporer dapat berasal dari cerita rakyat dan legenda Indonesia. Semua cerita ditampilkan secara kontemporer namun tetap tidak kehilangan identitas Indonesianya.

"Dapat dikatakan batik kontemporer yang kita kembangkan ini adalah batik tematik atau batik yang bercerita. Khusus untuk di Australia ini kita mencoba merangkai sejarah kedekatan Indonesia dan Australia di masa lalu melalui sebuah batik. Jadi batik yang dihasilkan membawa tema hubungan Australia Indonesia," kata Dias.

Workshop batik kontemporer melewati beberapa proses pengerjaan, yaitu pembuatan sketsa, proses mencanting, pewarnaan, pelorotan hingga pengeringan. Proses yang memakan waktu pengerjaan selama 3 jam ini cukup untuk menghasilkan karya batik yang utuh, sehingga peserta dapat membawa ke rumah hasil karyanya masing-masing. Setiap peserta yang mengikuti workshop mendapatkan satu set alat dan bahan untuk membuat karya gambar batik. Alat tersebut adalah kain, malam, canting, dan bahan kelengkapan untuk melorot.

Guru-guru di sekolah Canberra mengaku senang mengikuti workshop batik kontemporer di KBRI Canberra. Mereka sangat kagum dengan kesenian batik dan merasa beruntung bisa mencoba secara langsung bagaimana menggambar batik.

Salah seorang guru dari sekolah Canberra, Ms Yumi, mengatakan, seni membatik ini luar biasa. Meski saat ini sudah ada batik cetak, tapi batik yang digambar secara manual memberikan daya tarik tersendiri. "Saya baru kali ini mencoba menggambar batik, ternyata tidak mudah ya. Tapi buat saya ini menarik dan mengasyikkan," ujarnya.
(abd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More