Muhibah Jalur Rempah 2022 Pertemukan 4 Kesultanan Maluku Kie Raha
Jum'at, 17 Juni 2022 - 15:40 WIB
TIDORE - Empat Kesultanan Maluku Kie Raha bertemu dalam gala dinner di atas geladak KRI Dewaruci yang bersandar di Pelabuhan Trikora, Tidore, Rabu,15 Juni 2022. Keempat kesultanan tersebut yakni Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.
Mereka bertemu dalam event Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 yang diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Pertemuan ini menjadi sejarah sebab merupakan pertemuan pertama mereka setelah sekian lama.
Di atas geladak kapal, empat kesultanan tersebut merundingkan dan membahas tentang pemajuan kebudayaan Maluku Kie Raha sebagai kepulauan rempah-rempah yang menjadi percontohan daerah-daerah di provinsi lain. Selain empat kesultanan Maluku Kie Raha, jamuan ini turut dihadiri Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, Direktur Pemanfaatan dan Kebudayaan Restu Gunawan, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Ahmad Mahendra, serta pejabat setempat.
Sultan Ternate Hidayatullah Sjah mengakui, pertemuan ini merupakan peristiwa bersejarah. “Kehadiran kami di geladak KRI Dewaruci merupakan pengulangan 500 tahun lalu nenek moyang kami naik ke kapal Galleon Belanda,” katanya.
Hidayatullah bercerita, pada 1322 Bangsa Ternate membangun dan memperluas peradabannya dengan penataan pemerintahan yang lebih lengkap. Mereka membentuk konfederasi yang namanya Moluku Kie Raha. Menggabungkan tiga saudaranya menjadi satu di dalam Konferensi Moti. “Saya yakin pada masa mendatang bahwa akan datang satu fase di mana peradaban gemilang kami akan kembali,” tegasnya.
Hal senada juga dikatakan Perdana Menteri Sultan Bacan, Mochdar Salim Arief. Menurutnya, pertemuan di atas KRI Dewaruci juga menjadi bagian dari sejarah jalur rempah . “Perjalanan rempah telah dilaksanakan di sini, ada beberapa pulau yang meliputi berbagai suku dan ini disertai pula dengan adanya diplomasi. Dari diplomasi inilah muncul tata krama,” jelasnya.
Sultan Jailolo Ahmad Sjah mengapresiasi Muhibah Budaya Jalur Rempah ini. “Apresiasi kami kepada Pak Dirjen karena telah mengimplementasikan masing-masing kerajaan. Terima kasih dengan agenda ini, kerajaan-kerajaan akhirnya bisa hadir, dan merepresentasikan budayanya,” kata Ahmad Sjah.
“Di Tidore ini, kami berterima kasih dengan agenda Muhibah Budaya Jalur Rempah ini yang mempertemukan kita semua. Inilah yang jarang sekali terjadi, kami akhirnya duduk di meja bersama, momen yang jarang sekali terjadi, empat kerajaan ini duduk bersama,” tambah Iskandar S Alting, Jou Mayor Kesultanan Tidore.
Hilmar Farid mengapresiasi agenda yang dihelat di lokasi bersejarah penghasil rempah ini dengan menyatukan para raja. Dia mengingatkan bahwa upaya yang kini sedang dilakukan pemerintah pusat perlu dibantu setiap elemen masyarakat, termasuk empat kerajaan ini.
Mereka bertemu dalam event Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 yang diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Pertemuan ini menjadi sejarah sebab merupakan pertemuan pertama mereka setelah sekian lama.
Di atas geladak kapal, empat kesultanan tersebut merundingkan dan membahas tentang pemajuan kebudayaan Maluku Kie Raha sebagai kepulauan rempah-rempah yang menjadi percontohan daerah-daerah di provinsi lain. Selain empat kesultanan Maluku Kie Raha, jamuan ini turut dihadiri Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, Direktur Pemanfaatan dan Kebudayaan Restu Gunawan, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Ahmad Mahendra, serta pejabat setempat.
Sultan Ternate Hidayatullah Sjah mengakui, pertemuan ini merupakan peristiwa bersejarah. “Kehadiran kami di geladak KRI Dewaruci merupakan pengulangan 500 tahun lalu nenek moyang kami naik ke kapal Galleon Belanda,” katanya.
Hidayatullah bercerita, pada 1322 Bangsa Ternate membangun dan memperluas peradabannya dengan penataan pemerintahan yang lebih lengkap. Mereka membentuk konfederasi yang namanya Moluku Kie Raha. Menggabungkan tiga saudaranya menjadi satu di dalam Konferensi Moti. “Saya yakin pada masa mendatang bahwa akan datang satu fase di mana peradaban gemilang kami akan kembali,” tegasnya.
Hal senada juga dikatakan Perdana Menteri Sultan Bacan, Mochdar Salim Arief. Menurutnya, pertemuan di atas KRI Dewaruci juga menjadi bagian dari sejarah jalur rempah . “Perjalanan rempah telah dilaksanakan di sini, ada beberapa pulau yang meliputi berbagai suku dan ini disertai pula dengan adanya diplomasi. Dari diplomasi inilah muncul tata krama,” jelasnya.
Sultan Jailolo Ahmad Sjah mengapresiasi Muhibah Budaya Jalur Rempah ini. “Apresiasi kami kepada Pak Dirjen karena telah mengimplementasikan masing-masing kerajaan. Terima kasih dengan agenda ini, kerajaan-kerajaan akhirnya bisa hadir, dan merepresentasikan budayanya,” kata Ahmad Sjah.
“Di Tidore ini, kami berterima kasih dengan agenda Muhibah Budaya Jalur Rempah ini yang mempertemukan kita semua. Inilah yang jarang sekali terjadi, kami akhirnya duduk di meja bersama, momen yang jarang sekali terjadi, empat kerajaan ini duduk bersama,” tambah Iskandar S Alting, Jou Mayor Kesultanan Tidore.
Hilmar Farid mengapresiasi agenda yang dihelat di lokasi bersejarah penghasil rempah ini dengan menyatukan para raja. Dia mengingatkan bahwa upaya yang kini sedang dilakukan pemerintah pusat perlu dibantu setiap elemen masyarakat, termasuk empat kerajaan ini.
Baca Juga
tulis komentar anda