Cegah Radikalisme dengan Tetap Menjaga Imunitas Sosial
Minggu, 21 Juni 2020 - 00:25 WIB
JAKARTA - Pandemi virus Corona (Covid-19) menimbulkan dampak sosial luar biasa kepada masyarakat. Kebosanan, frustasi, dan kepanikan sosial bisa memprovokasi pandangan ekslusif dan radikal yang kemudian dapat meradikalisasi masyarakat.
Karena itu, penting adanya "vaksin" yang bisa menjaga imunitas sosial dan kultural agar tidak mudah terprovokasi dari "virus" radikalisme.
Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, KH Yusnar Yusuf Rangkuti mengatakan paham radikal terorisme sebenarnya adalah sesuatu ajaran pemikiran menyimpang dari paham yang sebenarnya tentang Islam itu sendiri.
Penyimpangan tersebut akibat tidak memahami ajaran Islam secara sempurna dan mendalam. “Sehingga kemudian memandang orang lain itu tidak sesuai dengan pandangan dia. Inilah yang kemudian menjadi paham radikal. Padahal paham yang benar tentang Islam itu tentunya adalah ya’lu wala yu’la ‘alaihi' yang artinya adalah Islam itu adalah sesuatu agama yang lebih tinggi dari pada agama yang lain sehingga tidak perlu khawatir,” ujar Yusnar di Jakarta, Jumat 19 Juni 2020.
Dia mengatakan, salah satu cara untuk membendung penyebaran radikalisme adalah melalui dakwah secara terus menerus.
“Dakwah harus terus dilakukan tanpa henti untuk memberikan pandangan yang benar dan meluruskan padangan-pandangan yang melenceng terhadap Islam itu tadi. Dengan begitu masyarakat memiliki paham yang benar bahwa Islam itu adalah agama yang rahmatan lil alamin dan tidak mengajarkan kekerasan atau pun melakukan aksi terorisme,” tuturnya.( )
Imam Besar Masjid Raya Telaga Kahuripan Bogor ini mengungkapkan sebenarnya perbedaan pendapat di dalam agama Islam adalah hal biasa. Contohnya mengenai adanya kebijakan yang mengatakan boleh salat Jumat beberapa gelombang saat pandemi Covid-19 ini.
“Ada yang mengatakan boleh dilakukan bergelombang, berganti-gantian sebagai upaya untuk mencegah peyebaran virus Corona. Ini juga semapat menjadi pertentangan di media. Tapi ya silakan saja salat Jumat sesuai yang ditetapkan, kan itu hanya sementara saja yang tujuannya baik untuk mencegah penyebaran virus,” terang pria yang juga Wakil Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) ini.
Dalam menghadapi virus Covid-19, ada sejumlah provokasi yang menentang kebijakan pemerintah dan bahkan kebijakan ulama yang diembuskan pihak yang tidak bertanggung jawab. Menurut dia, hal itu terjadi karena kurangnya pengawasan di media sosial (medsos) sehingga mudah sekali dalam menyebarkan hoaks.
Karena itu, penting adanya "vaksin" yang bisa menjaga imunitas sosial dan kultural agar tidak mudah terprovokasi dari "virus" radikalisme.
Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, KH Yusnar Yusuf Rangkuti mengatakan paham radikal terorisme sebenarnya adalah sesuatu ajaran pemikiran menyimpang dari paham yang sebenarnya tentang Islam itu sendiri.
Penyimpangan tersebut akibat tidak memahami ajaran Islam secara sempurna dan mendalam. “Sehingga kemudian memandang orang lain itu tidak sesuai dengan pandangan dia. Inilah yang kemudian menjadi paham radikal. Padahal paham yang benar tentang Islam itu tentunya adalah ya’lu wala yu’la ‘alaihi' yang artinya adalah Islam itu adalah sesuatu agama yang lebih tinggi dari pada agama yang lain sehingga tidak perlu khawatir,” ujar Yusnar di Jakarta, Jumat 19 Juni 2020.
Dia mengatakan, salah satu cara untuk membendung penyebaran radikalisme adalah melalui dakwah secara terus menerus.
“Dakwah harus terus dilakukan tanpa henti untuk memberikan pandangan yang benar dan meluruskan padangan-pandangan yang melenceng terhadap Islam itu tadi. Dengan begitu masyarakat memiliki paham yang benar bahwa Islam itu adalah agama yang rahmatan lil alamin dan tidak mengajarkan kekerasan atau pun melakukan aksi terorisme,” tuturnya.( )
Imam Besar Masjid Raya Telaga Kahuripan Bogor ini mengungkapkan sebenarnya perbedaan pendapat di dalam agama Islam adalah hal biasa. Contohnya mengenai adanya kebijakan yang mengatakan boleh salat Jumat beberapa gelombang saat pandemi Covid-19 ini.
“Ada yang mengatakan boleh dilakukan bergelombang, berganti-gantian sebagai upaya untuk mencegah peyebaran virus Corona. Ini juga semapat menjadi pertentangan di media. Tapi ya silakan saja salat Jumat sesuai yang ditetapkan, kan itu hanya sementara saja yang tujuannya baik untuk mencegah penyebaran virus,” terang pria yang juga Wakil Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) ini.
Dalam menghadapi virus Covid-19, ada sejumlah provokasi yang menentang kebijakan pemerintah dan bahkan kebijakan ulama yang diembuskan pihak yang tidak bertanggung jawab. Menurut dia, hal itu terjadi karena kurangnya pengawasan di media sosial (medsos) sehingga mudah sekali dalam menyebarkan hoaks.
tulis komentar anda