Makna Rabu Pon bagi Jokowi

Rabu, 23 Maret 2022 - 17:55 WIB
Presiden Jokowi duduk di depan tenda usai memimpin seremoni ritual Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022). ANTARA FOTO/HO/Setpres-Agus Suparto
JAKARTA - Isu reshuffle kabinet oleh Presiden Jokowi selalu muncul ketika mendekati Rabu Pon. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mencatat bahwa isu perombakan jajaran menteri telah muncul sebanyak 5 kali sepanjang periode kedua Jokowi.

Lantas mengapa Rabu Pon identik dengan Jokowi mengambil keputusan-keputusan besar? "Rabu Pon merupakan hari kelahiran Jokowi. Karena itu, wajar kalau Jokowi mengambil keputusan penting pada hari kelahirannya," kata Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta, M Jamiluddin Ritonga kepada wartawan, Rabu (23/3/2022).

Jamil menjelaskan, Pon berasal dari kata panyorote dino atau sinar yang menerangi hari. Rabu Pon sendiri memiliki neptu atau nilai wetonan berjumlah 14. Dan orang yang lahir pada Rabu Pon dipercaya dapat menentramkan hati dan menjadi penerang.



"Sehingga dipercaya orang yang lahir pada weton ini memiliki sifat seperti rembulan, yakni bisa menjadi penerang dan menentramkan hati orang," katanya.

Sebagai orang timur, kata Jamil, tentu hal yang wajar bila Jokowi berkomunikasi dengan menggunakan lambang-lambang yang memiliki makna khusus. Lambang khusus yang sering digunakan Jokowi adalah Rabu Pon, yang diyakini punya makna sinar yang menerangi.

"Jadi, dengan hari Rabu Pon, keputusan yang diambilnya diharapkan akan seperti sinar yang dapat menerangi," ujar mantan Dekan FIKOM IISIP ini.

Jamil menjelaskan, komunikasi seperti itu, menurut antropolog Edward T Hall, termasuk high context culture atau budaya konteks tinggi. Budaya ini selalu menggunakan gaya komunikasi tidak langsung (indirect), komunikasi yang kurang formal, dan mengutamakan pesan nonverbal.

Baca juga: Jawab Isu Reshuffle, PKS: Kalau MU Kalah Terus yang Diganti Pelatihnya

"Rabu Pon merupakan pesan nonverbal yang mempunyai makna khusus bagi Jokowi. Bentuk pesannya merupakan pesan-pesan implisit yang tersembunyi, yang tidak semua orang dapat memahaminya," katanya.

Karena itu, kata Jamil, pesan-pesan politik yang disampaikan Jokowi kerap dipersepsikan berbeda oleh khalayak yang berlainan budaya. Hal ini membuat masyarakat kehilangan konteks dalam memahami pesan yang diterimanya. Perbedaan persepsi itu kerap membuat komunikasi menjadi gaduh. Wacana pun akan berkembang menjauhi konteks dan makna awal yang dimaksud Jokowi.

"Itulah sebabnya, kenapa pesan-pesan yang disampaikan Jokowi dipersepsi berbeda oleh masyarakat, khususnya di luar etnik Jawa. Masyarakat kelompok ini tidak dapat memahami makna Rabu Pon," katanya.

"Karena itu, gaya kepemimpinan Jokowi memang unik dan kental dengan budayanya. Tentu gaya kepemimpinan dan komunikasi politik seperti ini akan kerap menuai pro dan kontra," kata Jamil.
(abd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More