Belva dan Andi Taufan Lebih Nyaman di Perusahaan ketimbang Jadi Pejabat yang Kerap Di-Bully
Jum'at, 24 April 2020 - 12:59 WIB
JAKARTA - Setelah Adamas Belva Syah Devara, Andi Taufan Garuda Putra juga mundur dari jabatan Staf Khusus Presiden Joko Widodo. Keduanya dinilai punya perasaan yang sama, lebih nyaman di perusahaan ketimbang jadi pejabat yang kerap di-bully.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat menduga keputusan Andi Taufan dipengaruhi langkah yang dilakukan Belva Devara. Mereka semacam mempunyai perasaan yang sama. Keduanya sudah mencoba mengklarifikasi permasalahan yang menerpa, tapi tekanan publik terus membesar.
"Akhirnya merasa hal yang sama. Lagi pula mereka sudah merasa nyaman dan mapan dengan jabatan sebelumnya (di perusahaan). Okelah keluar daripada jadi pejabat publik di-bully terus oleh netizen," tuturnya saat dihubungi SINDOnews, Jumat (24/4/2020).
Cecep menilai, Andi Taufan memang sudah melakukan kesalahan fatal saat mengirim surat kepada camat agar bekerja sama dengan perusahaannya, Amartha Mikro Fintek.
Cecep mengatakan, ketika masuk menjadi pejabat publik, Andi Taufan seharusnya bisa memisahkan antara dirinya dan perusahaan. Sementara itu, yang terjadi Andi Taufan malah menyeret Amartha dalam kebijakan pemerintahan.
"Kenapa bisa terjadi seperti ini? Apakah dia benar-benar polos, enggak tau. Kalau dibilang polos enggak mungkin juga, pendidikannya tinggi dan bagus. Masak dia tidak tahu ada konflik kepentingan," terangnya. (
).
Dalam suratnya, Andi Taufan menyatakan telah mengajukan pengunduran diri pada 17 April lalu. Tak menyinggung kasus surat kepada camat dalam surat itu. Alasan yang diungkapkan adalah ingin fokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama usaha, kecil, dan menengah (UKM).
“Saya pun tidak luput dari berbagai kekurangan. Untuk itu, sekali lagi saya mohon maaf dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi lebih baik," ujarnya dalam surat yang ditandatangani pada 24 April ini. ( ).
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat menduga keputusan Andi Taufan dipengaruhi langkah yang dilakukan Belva Devara. Mereka semacam mempunyai perasaan yang sama. Keduanya sudah mencoba mengklarifikasi permasalahan yang menerpa, tapi tekanan publik terus membesar.
"Akhirnya merasa hal yang sama. Lagi pula mereka sudah merasa nyaman dan mapan dengan jabatan sebelumnya (di perusahaan). Okelah keluar daripada jadi pejabat publik di-bully terus oleh netizen," tuturnya saat dihubungi SINDOnews, Jumat (24/4/2020).
Cecep menilai, Andi Taufan memang sudah melakukan kesalahan fatal saat mengirim surat kepada camat agar bekerja sama dengan perusahaannya, Amartha Mikro Fintek.
Cecep mengatakan, ketika masuk menjadi pejabat publik, Andi Taufan seharusnya bisa memisahkan antara dirinya dan perusahaan. Sementara itu, yang terjadi Andi Taufan malah menyeret Amartha dalam kebijakan pemerintahan.
"Kenapa bisa terjadi seperti ini? Apakah dia benar-benar polos, enggak tau. Kalau dibilang polos enggak mungkin juga, pendidikannya tinggi dan bagus. Masak dia tidak tahu ada konflik kepentingan," terangnya. (
Baca Juga
Dalam suratnya, Andi Taufan menyatakan telah mengajukan pengunduran diri pada 17 April lalu. Tak menyinggung kasus surat kepada camat dalam surat itu. Alasan yang diungkapkan adalah ingin fokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama usaha, kecil, dan menengah (UKM).
“Saya pun tidak luput dari berbagai kekurangan. Untuk itu, sekali lagi saya mohon maaf dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi lebih baik," ujarnya dalam surat yang ditandatangani pada 24 April ini. ( ).
(zik)
tulis komentar anda