BPIP Resmikan Perpustakaan dan Klinik Pancasila Jajaran Pemasyarakatan Se-Aceh
Minggu, 14 November 2021 - 19:08 WIB
MEULABOH - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi meresmikan Perpustakaan dan Klinik Pancasila Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan Kemenkumham Se-Aceh, Minggu (14/11), terpusat di Lapas Kelas IIB Meulaboh, Aceh Barat.
Dalam sambutannya Yudian Wahyudi menilai membaca itu sebuah mukjizat bermanfaat sepanjang zaman. Kalau Warga Binaan memanfaatkan perpustakaan, niscaya akan memiliki jiwa baru plus dipandu keterampilan selama dibui.
"Waktu kuliah, saya menerbitkan 53 buku. Produk itu lahir justeru saat saya kesulitan ekonomi. Jadi, sungguh masa depan lebih baik dari permulaan," ucapnya.
Penjara bukan akhir perjalanan hidup. Yudian mencontohkan kisah Presiden pertama Soekarno. Penjara Banceuy, Bandung, sel Lapas Sukamiskin, hingga beberapa tempat pengasingan, bikin Sang Proklamator tambah rajin membaca buku dan Alquran. "Dengan berbagai alasan, banyak tokoh di penjara sejak dahulu kala," ungkapnya.
Selama di Lapas/Rutan hendaknya saling gotong royong, kalau ada yang sering dibesuk atau dikunjungi keluarga mereka saling membagi yang tidak pernah atau jarang dikunjungi. Hidup saling membantu dan saling meringankan, memanfaatkan waktu dengan kegiatan ketrampilan, berinovasi karya dan itulah wujud kegiatan Klinik Pancasila.
Di sisi lain Yudian juga menceritakan keberhasilan orang orang Aceh, antara lain tokoh guru besar yang dijadikan nama gedung Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yakni gedung Prof. Dr. Tgk. M. Hasbi Ash Shiddieqy, nama Gedung Pascasarjana Prof. Dr. H. Nourouzzaman Shiddiqi, M.A., juga yang ikut turun aktif menggagas Ide rumusan Pancasila disusun oleh asli orang Aceh yakni Dr. Mr. H. Muhammad Hasan.
Acara yang digelar langsung dan daring ini, hadir Plt. Sestama BPIP Karjono, Deputi Hubungan Kerjasama, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan Prakoso, Staf khusus Dewan Pengarah Benny Susetyo, Kepala Divisi Pemasyarakatan, unsur Forkominda Aceh Barat dan para Kepala UPT Jajaran Pemasyarakatan Se-Aceh. Usai penandatanganan prasasti, Yudian dan rombongan sempat masuk meninjau langsung Lapas Meulaboh. Mereka tampak terenyuh saat para warga binaan menyambut di dalam aula masjid dengan lantunan lagu religius.
Pada kesempatan yang sama Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Aceh, Meurah Budiman menjelaskan, ada 31 UPT Pemasyarakatan dan 3.600 Warga Binaan di Bumi Teuku Umar. Mayoritas perkara narkoba yakni ganja dan sabu-sabu.
"Lapas Meulaboh bagus, dari security dan bangunan, pasca tsunami. Bagai Bintang Kejora dalam penanganan kasus narkoba. Secara umum, Lapas/Rutan se-Aceh sangat kondusif," ungkapnya.
Soal pembinaan wargabinaan, Meurah mengajak peran serta semua pihak, bukan hanya jajaran PAS atau Kemenkumham. "Saya mengapresiasi program Perpustakaan dan Klinik Pancasila. Untuk peningkatan kualitas SDM yang selama ini rutinitas pengamanan dan pembinaan," tuturnya.
Bupati Aceh Barat Ramli MS yang hadir pada acara secara khusus menyebut Perpustakaan Pancasila sebagai metode luar biasa menyelesaikan kompleksitas masalah di Lapas. "Untuk menghilangkan kejenuhan, kemalasan, balas dendam. Perpustakaan bisa mengubah pola pikir orang dalam Lapas," ucapnya.
Politisi Partai Aceh ini mengingatkan tidak selamanya wargabinaan itu salah. Masalah moralitas juga tergantung banyak hal. "Ke depan, mari kita pikirkan lapangan kerja untuk wargabinaan," ujar Ramli.
Dalam sambutannya Yudian Wahyudi menilai membaca itu sebuah mukjizat bermanfaat sepanjang zaman. Kalau Warga Binaan memanfaatkan perpustakaan, niscaya akan memiliki jiwa baru plus dipandu keterampilan selama dibui.
"Waktu kuliah, saya menerbitkan 53 buku. Produk itu lahir justeru saat saya kesulitan ekonomi. Jadi, sungguh masa depan lebih baik dari permulaan," ucapnya.
Penjara bukan akhir perjalanan hidup. Yudian mencontohkan kisah Presiden pertama Soekarno. Penjara Banceuy, Bandung, sel Lapas Sukamiskin, hingga beberapa tempat pengasingan, bikin Sang Proklamator tambah rajin membaca buku dan Alquran. "Dengan berbagai alasan, banyak tokoh di penjara sejak dahulu kala," ungkapnya.
Selama di Lapas/Rutan hendaknya saling gotong royong, kalau ada yang sering dibesuk atau dikunjungi keluarga mereka saling membagi yang tidak pernah atau jarang dikunjungi. Hidup saling membantu dan saling meringankan, memanfaatkan waktu dengan kegiatan ketrampilan, berinovasi karya dan itulah wujud kegiatan Klinik Pancasila.
Di sisi lain Yudian juga menceritakan keberhasilan orang orang Aceh, antara lain tokoh guru besar yang dijadikan nama gedung Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yakni gedung Prof. Dr. Tgk. M. Hasbi Ash Shiddieqy, nama Gedung Pascasarjana Prof. Dr. H. Nourouzzaman Shiddiqi, M.A., juga yang ikut turun aktif menggagas Ide rumusan Pancasila disusun oleh asli orang Aceh yakni Dr. Mr. H. Muhammad Hasan.
Acara yang digelar langsung dan daring ini, hadir Plt. Sestama BPIP Karjono, Deputi Hubungan Kerjasama, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan Prakoso, Staf khusus Dewan Pengarah Benny Susetyo, Kepala Divisi Pemasyarakatan, unsur Forkominda Aceh Barat dan para Kepala UPT Jajaran Pemasyarakatan Se-Aceh. Usai penandatanganan prasasti, Yudian dan rombongan sempat masuk meninjau langsung Lapas Meulaboh. Mereka tampak terenyuh saat para warga binaan menyambut di dalam aula masjid dengan lantunan lagu religius.
Pada kesempatan yang sama Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Aceh, Meurah Budiman menjelaskan, ada 31 UPT Pemasyarakatan dan 3.600 Warga Binaan di Bumi Teuku Umar. Mayoritas perkara narkoba yakni ganja dan sabu-sabu.
"Lapas Meulaboh bagus, dari security dan bangunan, pasca tsunami. Bagai Bintang Kejora dalam penanganan kasus narkoba. Secara umum, Lapas/Rutan se-Aceh sangat kondusif," ungkapnya.
Soal pembinaan wargabinaan, Meurah mengajak peran serta semua pihak, bukan hanya jajaran PAS atau Kemenkumham. "Saya mengapresiasi program Perpustakaan dan Klinik Pancasila. Untuk peningkatan kualitas SDM yang selama ini rutinitas pengamanan dan pembinaan," tuturnya.
Bupati Aceh Barat Ramli MS yang hadir pada acara secara khusus menyebut Perpustakaan Pancasila sebagai metode luar biasa menyelesaikan kompleksitas masalah di Lapas. "Untuk menghilangkan kejenuhan, kemalasan, balas dendam. Perpustakaan bisa mengubah pola pikir orang dalam Lapas," ucapnya.
Politisi Partai Aceh ini mengingatkan tidak selamanya wargabinaan itu salah. Masalah moralitas juga tergantung banyak hal. "Ke depan, mari kita pikirkan lapangan kerja untuk wargabinaan," ujar Ramli.
(atk)
Lihat Juga :
tulis komentar anda