Jadikan Komitmen Beragama dan Bernegara dalam Satu Napas NKRI untuk Lawan Ideologi Transnasional

Sabtu, 18 September 2021 - 05:21 WIB
Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) Maman Imanulhaq. FOTO/IST
JAKARTA - Serangan ideologi transnasional terbukti banyak menimbulkan kekisruhan di Indonesia. Banyak kelompok-kelompok yang terkontaminasi ideologi tersebut sering membuat kegaduhan dengan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan budaya Indonesia. Terutama kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama untuk menghalalkan tindakan-tindakan tidak terpuji mereka.

Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) Maman Imanulhaq mengungkapkan, serangan kelompok pengusung ideologi transnasional tidak boleh dikesampingkan. Untuk membendung ideologi transnasional, bangsa Indonesia harus terus memperkuat komitmen beragama dan bernegara dalam satu nafas yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Beragama dan bernegara dalam konsep NKRI memang harus memiliki satu napas, bahwa orang yang memiliki komitmen keagamaan yang kuat, ia pasti mencintai Indonesia. Sebaliknya ia yang menjadi warga negara Indonesia, dia akan memiliki keyakinan agama sesuai yang diyakini," ujar Kang Maman di Jakarta, Jumat (17/9/2021).

Baca juga: Alissa Wahid: Perkaya Wawasan Kebangsaan untuk Tangkal Ideologi Transnasional





Maka, lanjut Maman, ketika dua komitmen itu luntur, di mana komitmen keagamaan ketika orang menganggap bahwa dirinya paling benar dan orang lain salah, maka muncullah kelompok-kelompok yang justru ingin membuat kegaduhan, bahkan melakukan diskriminasi serta kriminalisasi sekelompok orang lain yang berbeda.

"Padahal komitmen keagamaan mengharuskan kita untuk selalu mengasihi siapa pun orang walau pun dia berbeda. Dengan kita meyakini bahwa Tuhan Itu satu, maka kita wajib bersatu, Tuhan itu tunggal maka kita wajib manunggal dengan tetap menghargai adat istiadat dan budaya," kata Kang Maman.

Begitu pula dengan komitmen kebangsaan, ia mengatakan bangsa Indonesia sudah terlahir menjadi bangsa yang memang beragam tapi disatukan dalam sebuah ikatan bernama Indonesia. Dengan demikian, tidak ada orang atau kelompok yang disebut mayoritas atau minoritas.

"Tidak ada orang yang dianggap sebagai orang lain semuanya satu dengan jiwa Indonesia," katanya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More