Vaksin Johnson and Johnson Lebih Efektif untuk Masyarakat Adat dan Kelompok Rentan

Rabu, 15 September 2021 - 20:50 WIB
Vaksin Janssen dari Johnson & Johnson dinilai lebih efektif diberikan kepada masyarakat adat yang tinggal di daerah pedalaman dan kalangan disabilitas karena hanya satu kali suntikan. FOTO/Stanislav Sukhin via openaccessgovernment.org
JAKARTA - Vaksin Janssen dari Johnson and Johnson yang baru diterima Indonesia dari Belanda, Sabtu (11/9/2021) pekan lalu, dinilai lebih efektif diberikan kepada masyarakat adat yang tinggal di daerah pedalaman dan kalangan disabilitas. Sebab vaksin ini membutuhkan hanya satu kali suntikan.

Untuk diketahui, Indonesia telah menerima 500.000 dosis vaksin Janssen dari Belanda. Empat hari sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah memberikan izin penggunaan darurat atau EUA (Emergency Use Authorization) untuk penyuntikan vaksin ini. Vaksin Janssen ini diperuntukkan bagi masyarakat umum yang berusia 18 tahun ke atas dengan dosis tunggal sebanyak 0,5 mililiter.

Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, Hamid Abidin mengatakan, penggunaan vaksin sekali suntik dari Johnson & Johnson, khususnya di luar Jawa, akan membuat vaksinasi lebih efisien karena tak perlu dua kali penyelenggaraan vaksinasi. "Efisiensi ini bermanfaat bagi pemerintah dan penerima vaksin," kata Hamid yang merupakan bagian dari Koalisi Koalisi Masyarakat Sipil untuk Akses Vaksinasi bagi Masyarakat Adat dan Kelompok Rentan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/9/2021).

Baca juga: Vaksin Janssen Siap Didistribusikan ke Wilayah Aglomerasi





Koalisi sudah bekerja membantu pemerintah melakukan vaksinasi bagi masyarakat adat dan kelompok rentan di lebih dari 30 kabupaten/kota di sembilan provinsi. Dari pengalaman Koalisi, menggelar vaksinasi di luar Jawa bukan hal mudah. Faktor jarak, kondisi jalan, hingga sarana transportasi bisa menyurutkan minat warga.

Menurut Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat (AMAN) Rukka Sombolinggi, Vaksin Johnson & Johnson ini lebih cocok digunakan di daerah yang warganya tinggal jauh dari kota seperti masyarakat adat, di mana akses angkutan kendaraan minim. Misalnya di Meratus, Kalimantan Selatan, orang harus berjalan kaki dua hari demi menempuh jarak ke tempat vaksin. "Jika mereka hanya perlu sekali vaksin, akan sangat membantu," kata Rukka.

Contoh lain adalah di Jambi. Warga di Desa Lubuk Mandarsah, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo harus menempuh perjalanan 4 jam hanya untuk ke pusat kota kecamatan. Belum lagi jika cuaca sedang turun hujan, maka jalanan berubah jadi lumpur yang susah dilewati. Di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, banyak warga yang sudah susah payah menuju lokasi vaksinasi, gagal divaksin karena mabuk akibat perjalanan jauh dengan mobil bak terbuka.

Baca juga: Menag Bersama Kemenkes Upayakan Vaksin Johnson and Johnson untuk Calhaj
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :