Anis Matta Harap Penyebaran Covid-19 di Desa Tak Jadi Sumber Kepanikan Baru
Sabtu, 14 Agustus 2021 - 13:05 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta berharap penyebaran Covid-19 di desa tidak menjadi sumber kepanikan baru bagi masyarakat dan tidak berujung pada ledakan sosial. Maka itu, langkah antisipasi yang lebih cepat diperlukan, tidak bisa dibebankan kepada pemerintah saja, tapi perlu kolaborasi bersama-sama.
"Ini masalah bersama, karena itu penting sekali bagi kita keluar dari polemik pro pemerintah atau oposisi. Partai Gelora bukan dari pemerintah, juga bukan oposisi. Tapi kami yakin, masalah yang kita hadapi bersama ini akan terselesaikan bersama sama pula," ujarnya, Sabtu (14/8/2021).
Sebagai negara kepulauan dengan wilayah teritorial yang luas, kata Anis, maka populasi masyarakat yang hidup di perkotaan dan pedesaan tidak jauh berbeda. Maka itu, Covid-19 sudah melakukan penetrasi sampai ke pedesaan dan pelosok-pelosok yang sulit terjangkau.
"Virus ini kelihatannya tidak akan sampai ke desa. Mereka bercanda virus enggak bisa nyebrang, tapi kemudian setelah itu Madura meledak, maka kita mulai menyaksikan satu fenomena baru, virus Covid-19 masuk desa. Saya kira semua mengerti persoalan besar yang akan kita hadapi ketika terjadi ledakan," tuturnya.
Pemerintah pun diingatkan kemungkinan terjadinya silent pandemi di daerah pedesaan terutama di luar Pulau Jawa-Bali. Pakar Kebijakan Bioteknologi dan Kesehatan IPMI Business School Sidrotun Naim mengatakan bahwa silent pandemi adalah ada pandemi, namun tidak kelihatan karena ketidaktahuan masyarakat maupun pemerintah daerahnya.
"Salah satu faktornya adalah kepadatan penduduknya kecil dibandingkan di Jawa ke luar Jawa-Bali, sehingga penanganannya sedikit lebih lambat," ujar Sidrotun, Ahli virus lulusan Harvard University ini.
Dia menilai penanganan Covid-19 di pedesaan Jawa-Bali masih kurang maksimal karena minimnya faslitas kesehatan. Apalagi, kata dia, di luar Jawa-Bali. "Menurut saya di luar Jawa Bali ada potensi yang lebih besar terjadinya silent pandemi. Sebagai orang beriman kita berdoa agar hal itu tidak sampai buruk seperti di Eropa," imbuhnya.
"Ini masalah bersama, karena itu penting sekali bagi kita keluar dari polemik pro pemerintah atau oposisi. Partai Gelora bukan dari pemerintah, juga bukan oposisi. Tapi kami yakin, masalah yang kita hadapi bersama ini akan terselesaikan bersama sama pula," ujarnya, Sabtu (14/8/2021).
Sebagai negara kepulauan dengan wilayah teritorial yang luas, kata Anis, maka populasi masyarakat yang hidup di perkotaan dan pedesaan tidak jauh berbeda. Maka itu, Covid-19 sudah melakukan penetrasi sampai ke pedesaan dan pelosok-pelosok yang sulit terjangkau.
"Virus ini kelihatannya tidak akan sampai ke desa. Mereka bercanda virus enggak bisa nyebrang, tapi kemudian setelah itu Madura meledak, maka kita mulai menyaksikan satu fenomena baru, virus Covid-19 masuk desa. Saya kira semua mengerti persoalan besar yang akan kita hadapi ketika terjadi ledakan," tuturnya.
Pemerintah pun diingatkan kemungkinan terjadinya silent pandemi di daerah pedesaan terutama di luar Pulau Jawa-Bali. Pakar Kebijakan Bioteknologi dan Kesehatan IPMI Business School Sidrotun Naim mengatakan bahwa silent pandemi adalah ada pandemi, namun tidak kelihatan karena ketidaktahuan masyarakat maupun pemerintah daerahnya.
"Salah satu faktornya adalah kepadatan penduduknya kecil dibandingkan di Jawa ke luar Jawa-Bali, sehingga penanganannya sedikit lebih lambat," ujar Sidrotun, Ahli virus lulusan Harvard University ini.
Dia menilai penanganan Covid-19 di pedesaan Jawa-Bali masih kurang maksimal karena minimnya faslitas kesehatan. Apalagi, kata dia, di luar Jawa-Bali. "Menurut saya di luar Jawa Bali ada potensi yang lebih besar terjadinya silent pandemi. Sebagai orang beriman kita berdoa agar hal itu tidak sampai buruk seperti di Eropa," imbuhnya.
(cip)
tulis komentar anda