PPKM Darurat, Pemerintah Tingkatkan 3T dan Vaksinasi

Kamis, 08 Juli 2021 - 08:10 WIB
Dialog Produktif KPCPEN yang ditayangkan di FMB9ID_IKP, Rabu (7/7/2021). FOTO/TANGKAPAN LAYAR
JAKARTA - Kebijakan PPKM Darurat dinilai krusial di tengah melonjaknya angka kenaikan kasus COVID-19 dan munculnya varian virus COVID-19 baru (Alpha, Beta, Delta dan Kappa) yang diyakini lebih menular dan menimbulkan gejala berat pada pengidapnya. Di masa PPKM Darurat, pemerintah memperkuat 3T (testing, tracing, treatment) dengan target positivity rate kurang dari 5% serta tracing mengincar 15 pelacakan kontak erat. Selain itu, pemerintah juga melakukan percepatan vaksinasi .

Menurut Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, di masa pandemi COVID-19 diperlukan langkah-langkah dalam memutus rantai transmisi penyakit, salah satunya dengan pelacakan kontak (contact tracing). "Bagi kasus terkonfirmasi positif harus menjalani karantina/isolasi mandiri guna memutus rantai penyebaran," katanya pada Dialog Produktif KPCPEN yang ditayangkan di FMB9ID_IKP, Rabu (7/7/2021).

Selama Juni 2021 terjadi peningkatan kasus COVID-19 yang luar biasa, jauh melebihi Desember 2020-Januari 2021. "Angka positif harian saat ini mencapai 28.000-30.000 kasus, yang sangat dimungkinkan disebabkan oleh varian Delta yang mendominasi pulau Jawa. "Penularan varian Delta sangat cepat yaitu 5 sampai 8 kali lebih menular dibanding varian asli dengan penularan 2,5 sampai 3 kali," kata Nadia.

Baca juga: DKI Diminta Pidanakan Perusahaan Pelanggar PPKM Darurat





Ketua Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Gunadi mengatakan, kemunculan Variant of Interest dan Variant of Concern dipengaruhi perilaku manusia sebagai inangnya. "Pelanggaran prokes, tidak divaksinasi, interaksi sosial yang sangat masif merupakan sarana kemunculan varian baru," ujarnya.

Ia melanjutkan, berdasarkan genome sequencing, varian Delta ini menguasai 17,7% varian yang bertransmisi di Indonesia. Sedangkan varian Alpha dan Beta hanya di bawah 2%. Jadi jelas eskalasi kasus COVID-19 di Indonesia dipicu oleh varian Delta.

Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama mengatakan, saat ini kasus COVID-19 di DKI Jakarta ibarat fenomena gunung es. "Berdasarkan Infection Fatality Rate yang mencapai 0,5-1%, kemungkinan ada 1,1 hingga 2,3 juta orang telah terpapar COVID-19 di DKI Jakarta," ujarnya.

Menyoroti varian Delta yang cepat menular dan menyebabkan angka rawat inap di rumah sakit yang tinggi, Ngabila mengakui di DKI Jakarta angka positif naik dua kali lipat. "Berdasarkan pengujian genome sequencing sekitar 3.000 sampel di DKI Jakarta, 11% di antaranya Variant of Concern, termasuk dalam hal ini varian Delta," ujarnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More