Upaya Preventif Secara Kolektif Menjadi Solusi Mengatasi Pandemi Covid-19
Jum'at, 18 Juni 2021 - 11:03 WIB
JAKARTA - Upaya preventif secara kolektif dinilai perlu dalam upaya melandaikan kenaikan kasus Covid-19. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut dengan melakukan upaya ini, maka setiap orang punya peranan penting memutus mata rantai penularan.
Jika melihat penambahan kasus pada Maret 2020 lalu, hal itu disebabkan belum terbentuknya kekompakan masyarakat dalam menjalankan upaya pencegahan. Dan saat itu Covid-19 merupakan penyakit baru dan pengetahuan terkaitnya masih sangat minim.
"Hal ini akhirnya berimbas pada kenaikan kasus positif dan menipisnya kapasitas pelayanan kesehatan," kata Wiku saat memberi keterangan pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Merujuk pada hasil studi Matraj dan Leung (2020), menyatakan bahwa semakin dini intervensi pencegahan, maka semakin berdampak melandasinya kurva kasus dan menguatnya kapasitas sistem kesehatan. Karena upaya pencegahan penyakit menular seperti Covid-19 bersifat multiplikatif. "Makanya, dari setiap satu kasus dicegah, berperan besar menekan meluasnya penularan," ujarnya.
Pada upaya preventif ialah melakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) secara disiplin, memasifkan 3T (testing, tracing dan treatment), menjauhi kerumunan, menunda perjalanan tidak mendesak, memasifkan vaksinasi khususnya pada populasi berisiko, dan memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan, serta sistem kerja tenaga kesehatannya.
Namun perlu dimengerti bahwa upaya pencegahan yang baik harus terus dilakukan secara konsisten. Karena selama masa pandemi belum berakhir, peluang penularan masih ada. Seperti yang terjadi pascaperiode libur panjang yang menimbulkan kenaikan kasus.
Untuk itu patut disadari, bahwa kehidupan masa pandemi tidaklah mudah dan banyak berimbas pada berbagai hal. Dan ini tidak hanya soal sehat dan sakit, tetapi menyentuh kepentingan lainnya. "Tidak ada jalan lain untuk keluar dari pandemi melainkan mampu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru ini secara berkelanjutan," ucapnya. CM
Jika melihat penambahan kasus pada Maret 2020 lalu, hal itu disebabkan belum terbentuknya kekompakan masyarakat dalam menjalankan upaya pencegahan. Dan saat itu Covid-19 merupakan penyakit baru dan pengetahuan terkaitnya masih sangat minim.
"Hal ini akhirnya berimbas pada kenaikan kasus positif dan menipisnya kapasitas pelayanan kesehatan," kata Wiku saat memberi keterangan pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Merujuk pada hasil studi Matraj dan Leung (2020), menyatakan bahwa semakin dini intervensi pencegahan, maka semakin berdampak melandasinya kurva kasus dan menguatnya kapasitas sistem kesehatan. Karena upaya pencegahan penyakit menular seperti Covid-19 bersifat multiplikatif. "Makanya, dari setiap satu kasus dicegah, berperan besar menekan meluasnya penularan," ujarnya.
Pada upaya preventif ialah melakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) secara disiplin, memasifkan 3T (testing, tracing dan treatment), menjauhi kerumunan, menunda perjalanan tidak mendesak, memasifkan vaksinasi khususnya pada populasi berisiko, dan memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan, serta sistem kerja tenaga kesehatannya.
Namun perlu dimengerti bahwa upaya pencegahan yang baik harus terus dilakukan secara konsisten. Karena selama masa pandemi belum berakhir, peluang penularan masih ada. Seperti yang terjadi pascaperiode libur panjang yang menimbulkan kenaikan kasus.
Untuk itu patut disadari, bahwa kehidupan masa pandemi tidaklah mudah dan banyak berimbas pada berbagai hal. Dan ini tidak hanya soal sehat dan sakit, tetapi menyentuh kepentingan lainnya. "Tidak ada jalan lain untuk keluar dari pandemi melainkan mampu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru ini secara berkelanjutan," ucapnya. CM
(ars)
Lihat Juga :
tulis komentar anda