Nadiem Makarim Diingatkan Jangan Berjudi dengan Kesehatan Anak Indonesia

Jum'at, 04 Juni 2021 - 11:45 WIB
Mantan Koordinator Tim Kampanye Nasional Jokowi–Ma’ruf Amin, Hendra Setiawan Boen mengatakan pemikiran Nadiem bahwa vaksinasi guru membuat sekolah tatap muka aman jelas salah besar. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim dinilai memaksakan pembukaan sekolah tatap muka di tengah pandemi COVID-19 mematikan yang belum terkendali. Alasan-alasan yang diberikan Nadiem Makarim untuk sikap ngototnya membuka sekolah juga dinilai kurang masuk akal, salah, dan sering berubah yang menunjukkan kebijakan tersebut tidak dilandasi dengan pertimbangan matang dan terburu-buru.

Awalnya Nadiem Makarim menyatakan sekolah tatap muka baru dilaksanakan setelah semua guru mendapatkan vaksinasi. Sekarang Nadiem justru semakin ngotot agar sekolah dibuka walaupun walaupun belum semua guru divaksin.

Mantan Koordinator Tim Kampanye Nasional Jokowi–Ma’ruf Amin, Hendra Setiawan Boen mengatakan pemikiran Nadiem bahwa vaksinasi guru membuat sekolah tatap muka aman jelas salah besar. Terbukti cukup banyak kasus orang yang sudah mendapat vaksin justru kembali tertular. Selanjutnya ada juga virus COVID-19 varian baru yang justru kebal terhadap vaksin yang ada sekarang.



"Bukti lain yang memperlihatkan Nadiem terburu-buru dengan kebijakannya tersebut adalah dia melupakan bahwa komponen sekolah bukan hanya guru, melainkan juga ada staf administrasi, petugas kebersihan, petugas keamanan, bus antar-jemput sekolah, pihak penjemput anak yang bisa terdiri dari pengasuh, orang tua, hingga warga sekitar," ujarnya dalam keteranganya yang diterima SINDOnews, Jumat (4/6/2021).

Lantas, apakah Nadiem bisa menjamin semua komponen tersebut sudah divaksin dan/atau disiplin dalam melaksanakan protokol kesehatan? Padahal Nadiem sendiri mengakui tidak ada anggaran untuk menyediakan alat tes COVID-19 di sekolah. Padahal tes PCR adalah cara paling akurat untuk men-screening apakah seseorang membawa virus COVID-19 atau tidak.

"Yang patut disayangkan, Nadiem juga menolak berbicara mengenai klaster di lingkungan sekolah yang muncul setelah kebijakan uji coba tatap muka dilaksanakan. Dari pemberitaan, terakhir kali Nadiem berbicara mengenai klaster sekolah adalah Agustus 2020 padahal akhir-akhir ini sudah cukup banyak klaster pendidikan misalnya di Pekalongan yang terjadi karena pegawai sakit namun tidak melapor dan berbaur dengan rekan lain di sekolah; klaster sekolah Tasikmalaya dan lain-lain. Bisa dibayangkan nasib anak-anak apabila klaster yang menimpa guru-guru di atas terjadi pada saat sekolah tatap muka sudah berjalan," jelasnya.

Hendra melanjutkan alasan utama yang diberikan Nadiem adalah sekolah di rumah merusak masa depan. Sebagai orang yang menyelesaikan hampir seluruh usia sekolahnya di luar negeri, seharusnya Nadiem Makarim sudah mengetahui bahwa sekolah di rumah (homeschooling) sudah menjadi salah satu pilihan orang tua untuk mendidik anak karena lebih fleksibel dan orang tua dapat menentukan sendiri mata pelajaran yang dipelajari anak sesuai minat dan bakat serta dapat melahirkan hubungan orang tua dan anak yang lebih baik.

Dengan semua kelebihan homeschooling ini, kata dia, tidak heran bahkan sebelum COVID-19, orang tua di Indonesia banyak mempercayakan pendidikan anak kepada sistem homeschooling seiring bertambahnya sekolah yang menyediakan program homeschooling. Selain dua alasan utama di atas, vaksin dan homeschooling buruk, alasan yang sering diutarakan Nadiem adalah angka pernikahan dini naik karena sekolah di rumah.

"Pernyataan tersebut membuktikan bahwa Nadiem memang tidak memahami kultur dan sosiologis di Indonesia. Faktanya, bahkan sebelum COVID-19, penikahan dini sudah marak ditemukan di seluruh Indonesia. Misalnya berdasarkan data 2018 atau satu tahun sebelum COVID-19, sebanyak 1.184.100 perempuan menikah di bawah 18 tahun dengan jumlah terbanyak di Jawa sebesar 668.900 perempuan. Jadi sama sekali tidak ada korelasi antara pernikahan dini dengan sekolah di rumah," paparnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More