Warning! Medsos Sarana Subur Penyebaran Radikalisme dan Intoleransi
Jum'at, 28 Mei 2021 - 17:04 WIB
JAKARTA - Media sosial (medsos) menjadi sarana yang subur bagi perkembangan radikalisme dan intoleransi . Medsos dapat mengubah karakter seseorang dalam waktu singkat.
Di Indonesia terdapat satu keluarga yang rela jadi pelaku bom bunuh diri di Surabaya dan Makassar karena mengikuti kajian-kajian di medsos. "Kami kerap merasa khawatir dengan medsos yang sering dimanfaatkan untuk penyebaran radikalisme, intoleransi dan terorisme. Orang dengan mudah menemukan ajaran-ajaran tentang panduan bom bunuh diri atau mati sahid serta ajaran radikal lainnya," kata perwakilan Densus 88, Brigjen Pol Ibnu Suhendra dalam dialog bertajuk Peranan Medsos dalam Mengarus Utama Pancasila di Jakarta Selatan, Jumat (28/5/2021).
Hal senada disampaikan Staf Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ( BPIP ) Romo Benny Susatyo. Dia prihatin dengan kondisi penggunaan medsos di Tanah Air.
”Tantangan kita adalah menjaga martabat bangsa, maka kita harus menjaga Pancasila di ranah media sosial. Kalau menjalankan Pancasila berarti kita menjalankan agama yang benar. Kita harus menjadikan medsos sarana membangun. Namun saat ini, medsos sering menjadi sarana penghancuran. Mari kita lawan hal tersebut dan jadikan medsos jadi sarana menebarkan kebaikan," katanya.
Romo Benny menambahkan pentingnya mengarusutamakan Pancasila dalam dalam sistem pendidikan nasional. Ini menjadi kebutuhan dasar bagi anak-anak bangsa merajut keindonesian.
Pengamat politik Sebastian Salang mengatakan, perlu ada sinergitas untuk membangun ruang publik terhadap toleransi dan Pancasila di medsos. Di Indonesia, medsos sudah jadi alat pembelah bangsa. Ini berdasarkan analisis data perilaku pengguna medsos.
Perkembangan IT tak hanya memberi efek positif, tapi juga memberi efek negatif luar biasa. ”Revolusi IT luar biasa seperti berjalan dengan kecepatan cahaya. Sehingga prilaku kita berubah. Kalo tidak siap mengadaptasi diri repot. Bicara Pancasila, medsos punya potensi untuk dikembangkan, tapi harus membangun sinergi menggunakan medsos untuk merebut ruang publik untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila,” tuturnya.
Jurnalis senior, Rikard Bangun menuturkan, saat ini Indonesia sedang menghadapi dua perang yakni perang nyata dan perang dunia maya. Fungsi media awalnya untuk menyatukan, tapi sekarang malah jadi sarana pemecah belah. Medsos jadi penyebar hoaks yang paling hebat. Tidak ada kekuatan yg bisa menghambat medsos.
”Medsos menimbulkan budaya radikal. Kita harus memperkuat narasi soal Pancasila harus terus dinarasikan terus menerus,” terangnya.
Di Indonesia terdapat satu keluarga yang rela jadi pelaku bom bunuh diri di Surabaya dan Makassar karena mengikuti kajian-kajian di medsos. "Kami kerap merasa khawatir dengan medsos yang sering dimanfaatkan untuk penyebaran radikalisme, intoleransi dan terorisme. Orang dengan mudah menemukan ajaran-ajaran tentang panduan bom bunuh diri atau mati sahid serta ajaran radikal lainnya," kata perwakilan Densus 88, Brigjen Pol Ibnu Suhendra dalam dialog bertajuk Peranan Medsos dalam Mengarus Utama Pancasila di Jakarta Selatan, Jumat (28/5/2021).
Hal senada disampaikan Staf Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ( BPIP ) Romo Benny Susatyo. Dia prihatin dengan kondisi penggunaan medsos di Tanah Air.
”Tantangan kita adalah menjaga martabat bangsa, maka kita harus menjaga Pancasila di ranah media sosial. Kalau menjalankan Pancasila berarti kita menjalankan agama yang benar. Kita harus menjadikan medsos sarana membangun. Namun saat ini, medsos sering menjadi sarana penghancuran. Mari kita lawan hal tersebut dan jadikan medsos jadi sarana menebarkan kebaikan," katanya.
Romo Benny menambahkan pentingnya mengarusutamakan Pancasila dalam dalam sistem pendidikan nasional. Ini menjadi kebutuhan dasar bagi anak-anak bangsa merajut keindonesian.
Pengamat politik Sebastian Salang mengatakan, perlu ada sinergitas untuk membangun ruang publik terhadap toleransi dan Pancasila di medsos. Di Indonesia, medsos sudah jadi alat pembelah bangsa. Ini berdasarkan analisis data perilaku pengguna medsos.
Perkembangan IT tak hanya memberi efek positif, tapi juga memberi efek negatif luar biasa. ”Revolusi IT luar biasa seperti berjalan dengan kecepatan cahaya. Sehingga prilaku kita berubah. Kalo tidak siap mengadaptasi diri repot. Bicara Pancasila, medsos punya potensi untuk dikembangkan, tapi harus membangun sinergi menggunakan medsos untuk merebut ruang publik untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila,” tuturnya.
Jurnalis senior, Rikard Bangun menuturkan, saat ini Indonesia sedang menghadapi dua perang yakni perang nyata dan perang dunia maya. Fungsi media awalnya untuk menyatukan, tapi sekarang malah jadi sarana pemecah belah. Medsos jadi penyebar hoaks yang paling hebat. Tidak ada kekuatan yg bisa menghambat medsos.
”Medsos menimbulkan budaya radikal. Kita harus memperkuat narasi soal Pancasila harus terus dinarasikan terus menerus,” terangnya.
(poe)
Lihat Juga :
tulis komentar anda