Peran Perantau Dinilai Beri Dampak Positif bagi Kemajuan Daerahnya
Senin, 17 Mei 2021 - 13:57 WIB
JAKARTA - Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) Jemaat Menteng Jakarta telah menggelar diskusi daring bertajuk "Peran Masyarakat Perantau dan Gereja dalam Memajukan Kawasan Kaldera Toba", Sabtu 15 Mei 2021 malam.
Baca juga: Rumah Pemudik Dipasangi Stiker, Wagub DKI: Tanggung Jawab di Era Keterbukaan
Sejumlah pembicara di antaranya Ketua Perkumpulan Gaja Toba Semesta Dr Ir Budi Situmorang, Dr Ir Ramles Manampang Silalahi, Pendeta Citra Simbolon STh, dan dimoderatori oleh Ir Lambok Antonius Siahaan MBA.
Dia juga menilai perlunya membangun kesadaran pemimpin gereja dalam merespons misi Gereja, dengan perhatian dan pengalokasian anggaran atau persembahan yang berimbang, tidak fokus untuk persekutuan saja.
Dia menambahkan, struktur di dalam gereja untuk pelayanan diakonia perlu independen, mobile, lepas dari birokrasi sinode atau majelis. "Rumuskan hal yang akan dilakukan dan rencana ke depannya. Ingat Matius 25:31-46," ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa hasil penelitian, anggota jemaat gereja bersedia memberi persembahan lebih besar sepanjang program gereja atau lembaga bagus. Dia pun membeberkan sejumlah hal yang bisa dilakukan masyarakat Batak perantau.
Salah satunya, menyalurkan persembahan ke wilayah KDT atau miskin. Kata dia, tidak semua melalui gereja jika gereja tidak berperan. Kemudian, bangun atau ikut lembaga yang kredibel dan konkrit programnya.
"Sinergikan gereja atau lembaga lokal sebagai mitra kerja sama: gereja kota-kota, gereja dengan parachurch, Bumdes, Pemkab, Perkumpulan Marga-marga, BPODT dan lain-lain," ungkapnya.
Baca juga: Rumah Pemudik Dipasangi Stiker, Wagub DKI: Tanggung Jawab di Era Keterbukaan
Sejumlah pembicara di antaranya Ketua Perkumpulan Gaja Toba Semesta Dr Ir Budi Situmorang, Dr Ir Ramles Manampang Silalahi, Pendeta Citra Simbolon STh, dan dimoderatori oleh Ir Lambok Antonius Siahaan MBA.
Dia juga menilai perlunya membangun kesadaran pemimpin gereja dalam merespons misi Gereja, dengan perhatian dan pengalokasian anggaran atau persembahan yang berimbang, tidak fokus untuk persekutuan saja.
Dia menambahkan, struktur di dalam gereja untuk pelayanan diakonia perlu independen, mobile, lepas dari birokrasi sinode atau majelis. "Rumuskan hal yang akan dilakukan dan rencana ke depannya. Ingat Matius 25:31-46," ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa hasil penelitian, anggota jemaat gereja bersedia memberi persembahan lebih besar sepanjang program gereja atau lembaga bagus. Dia pun membeberkan sejumlah hal yang bisa dilakukan masyarakat Batak perantau.
Salah satunya, menyalurkan persembahan ke wilayah KDT atau miskin. Kata dia, tidak semua melalui gereja jika gereja tidak berperan. Kemudian, bangun atau ikut lembaga yang kredibel dan konkrit programnya.
"Sinergikan gereja atau lembaga lokal sebagai mitra kerja sama: gereja kota-kota, gereja dengan parachurch, Bumdes, Pemkab, Perkumpulan Marga-marga, BPODT dan lain-lain," ungkapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda